[SHARING] The Whole Bunch of Upside Down World of Me

Day 4,274, 01:06 Published in Indonesia Indonesia by LarasDea

Hey all!
Selamat pagi/siang/sore/malam, dimanapun kalian berada.

Well as you know, maybe, aku kembali ke eDunia ini hahaha. Dengan pengetahuan yang tidak sebesar biji jagung terkait kondisi terkini eNegarakh, namun semangat seluas samudera di lagu Agnes Monica.

Di artikel kali ini, aku pengen sharing soal apa yang pernah aku alami di eDunia. Bahasa kerennya mah curcol yesss. Tapi aku berharap, dengan sharing article ini, bisa membuat teman-teman yang mungkin baru bermain game ini melihat sisi lain di game ini, atau justru jadi nostalgia buat para sesepuh terkasih. Shall we begin?



Terjunnya akun LarasDea yang dipegang oleh seorang perempuan bernama asli seperti nama akunnya, adalah hasil dari polemik kehidupan kampus yang membosankan ketika dosen tidak semangat ngajarnya (aku rasa semua pernah ngalamin ini ya hahaha). Di kala itu Rhazor, teman sebangku semasa 3 semester awal, mengenalkanku pada sebuah game web based yang seru. Awalnya dia cuma bilang, "Gue liat lo mainnya game strategi sama RPG melulu ya? Udah pernah coba game webbased?", ujar Rhazor dengan wajah penuh tanya. "Belom. Kongregate doang palingan. Emang ada yang seru?", tanyaku skeptis.

Rhazor menjawab dengan menunjukkan penampakan erepublik dikala itu. Dia juga membuka IRC room channel yang kemudian aku ketahui sebagai #mentornubi. Aku tertarik ketika ia menjelaskan kalau makna game ini bukan hanya di gameplay web saja. Tapi ada politik praktis di belakangnya, di chat IRC itu. Fyi, kala itu whatsapp belum terkenal seperti sekarang. "Lo kayaknya cocok deh kalo jadi MoFA", usulnya yang mengetahui aku kerap bersurat dengan kawan-kawan Diaspora ku.

Benar saja, aku dikenalkan kepada salah seorang punggawa MoFA di PReI, Riansya. Aku teruskan minatku kepadanya beserta dengan kemauan ingin belajar yang tinggi. Ilmimi, sesama dedengkot MoFA turut membantu menjelaskan seperti apa sih permainan ini dan kehidupan politik bilateral & multilateralnya. Aku mengangguk paham dengan jutaan hal yang ingin aku lakukan demi eIndonesia.

Karirku dimulai dengan menjadi eDubes untuk UK. Sebagai penggemat british music dan Liverpool (#YNWA always!), aku begitu semangat mencoba untuk mendatangkan keuntungan bagi eIndonesia. Lahirlah pakta-pakta yang menguntungkan "jam malam" kita. Saat menjadi eDubes inilah aku mengenal banyak sekali MoFA lain di seluruh eNegeri. Mencoba menjalin relasi yang baik, hingga hampir mengirimkan satu kardus Indomie ke Venezuela.

Aktivitasku dikala itu adalah membaca artikel di seluruh eNegeri, membuka IRC dan log in ke semua room MoFA yang ada, membalas message di Inbox, sampai akhirnya meeting bersama para petinggi eNegara. Terbayang kan seperti apa rasanya kalau tidak login 1 hari aja? Lucunya, aku menganggap semua ini hal yang menarik untuk dijalankan.

Menjadi MoFA adalah achievement yang begitu menyenangkan untukku. Nongkrong di tempat ngopi aja berasa keren ketika membicarakan strategi eNegara dengan lantang. Tak jarang orang menoleh untuk melihat kumpulan orang yang mengklaim dirinya sebagai menteri dan presiden. Dan disinilah aku kenal Rhiannon.

Rhiannon adalah orang pertama yang mengajakku untuk bergabung di ReRI. Dia begitu percaya bahwa aku bisa menjadi penyiar yang diminati eCitizen di seluruh dunia. Aku yang merasa tertantang, menyambut baik tawaran ini. Ketika malam tiba, dan aku sudah siap menyalakan laptop beserta dengan perangkatnya, ReRI pun siap mengudara.

Di kala itu, aku menyempatkan siaran Bilingual, Indonesia-Inggris. Dengan lagu request apa saja boleh asal bisa di download. Setiap hari selalu ada topik terbaru yang bisa disampaikan melalui ReRI. Bahkan eLamaran Rhiannon dan Koepretz pun dilangsungkan melalui bantuan ReRI. Cara ini pun ternyata ampuh untuk membuat eNegara lain melihat bahwa eIndonesia adalah sekutu yang patut dipertimbangkan.

Setahun menjalani rutinitas, mulailah tergagas kumpul-kumpul erepindo yang lebih besar. Awalnya aku hanya sering gath kecil-kecilan dengan pemain lain di sekitaran Jakarta. Saat gath, aku tidak peduli dia dari ePartai apa, ePahamnya apa. Yang aku tau, mereka kawanku di game. Yang kemudian menjadi keluargaku di kehidupan nyata.

Kumpul-kumpul ini pun digagas dengan baik. Melalui bantuan banyak pihak, terlaksanalah Futsal Ceria, Erepindo Goes To Kota Tua, hingga Trip to Pulau Seribu. Disini aku melihat bahwa game ini bukan hanya sekedar game. Karena game cuma formalitas, yang penting komunitas.

Skripsi dan pekerjaan di RL menyita waktuku untuk dapat sekedar menyapa keluargaku di erepublik. Aku memutuskan untuk WnT saja selama masa ini. Aku tidak tau seperti apa pergerakan politiknya, bahkan tidak tau harus mengerahkan tank ku kemana kalau tidak ada DO yang terpampang. Disinilah aku pensi sementara.

Lho terus kok balik lagi?

Satu hal yang aku suka dari kekeluargaan game ini adalah aktifnya komunikasi walau sudah tidak pernah login kembali. Group whatsapp PReI selalu aktif dengan berbagai update. Selalu memanggil namaku apabila ada bahasan terkait "karaoke", "kayang", dan "jalan-jalan". Theant bahkan selalu mengajakku untuk dapat menikmati makan malam di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Ini adalah hal yang menjadi trigger ku untuk dapat kembali berjuang demi eIndonesia.


Cerita barusan menggambarkan seperti apa LarasDea dahulu di game ini. Ya sejujurnya banyak yang aku persingkat ceritanya. Namun intisarinya bisa kalian baca di artikel ini.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menyimak curcolku. 10 orang pertama yang comment akan dapat hadiah spesial dari aku 🙂

Akhir kata, izinkan saya untuk memohon Vote, Comment, dan Subscribe nya.

Semua punya cerita, semua memberi makna.

Keep Cool, Calm, and Confident.

Best regards,
LarasDea