Memahami Hakikat eHidup dan eDunia (Sebuah renungan filosofis) - #1
![Indonesia](http://www.erepublik.net/images/flags_png/S/Indonesia.png)
Nietzsche Guevara
Essay mini ini hanyalah pandangan dan refleksi personal saya setelah menjalani e-hidup selama 6 hari. Sebagai seorang e-bayi yang baru lahir, tingginya rasa penasaran, ingin mengetahui lebih banyak hal, senang bermain-main, akan selalu diiringi pula dengan tingginya sifat sotoy. Tentunya saya juga mengharapkan koreksi dari kawan-kawan (terutama yang sudah banyak makan asam garam di e-dunia ini) jika terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian dari artikel ini dengan kondisi e-dunia dan e-hidup yang sebenarnya.
Plato menciptakan berbagai penghargaan untuk semua e-manusia di e-dunia ini. Setiap player akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya, berlomba-lomba memposisikan dirinya di atas e-orang lain, dalam kata lain, menguasai e-orang lain. Hal ini kita lakukan baik secara individual maupun secara komunal (melalui partai, military unit, dan negara). Segala aktivitas harian kita dalam e-kehidupan kita hanyalah cara-cara kecil dan temporer kita untuk mendapatkan kekuasaan di atas e-dunia ini.
Di level individual, kekuasaan ini di antaranya terepresentasi pada pencapaian national rank, medal serta atribut-atribut lain yang akan terpampang di halaman profil kita. Mendapatkan setiap medal tentunya adalah harapan setiap pemain. Kita melakukan segenap usaha untuk mendapatkannya satu per satu. Dorongan untuk menguasai dan mendapatkan hal-hal tersebutlah yang membuat kita bekerja, mencari uang untuk membeli senjata dan makanan atau permen untuk cadangan energi, kita berperang, bergabung dengan military unit, partai politik, bahkan membuat koran. Semua adalah untuk memudahkan kita mendapatkan pencapaian-pencapaian yang kita dambakan.
![](http://2.bp.blogspot.com/-A7Av68-yacI/UOD6X5tYjVI/AAAAAAAAADY/z6hKv9JySv8/s400/medal.png)
Achievement orang
Sementara di level komunal, pertempuran dan perebutan kekuasaan yang sangat jelas ada di level negara. Pertempuran antar-negara di dunia ini juga lah yang menurut saya adalah 'inti' dari e-kehidupan ini, sekaligus hal yang membuat permainan ini menjadi menarik. Untuk memperbesar wilayah kekuasaannya, setiap e-negara menjalankan bentuk pemerintahan terbaiknya, membentuk aliansi dengan negara lain, membuat room IRC, berkoordinasi (baik di dunia maya, maupun di dunia lain), mengajak lebih banyak warga negaranya untuk bergabung ke game, mendidik nubi, membagikan logistik rakyat, bahkan sampai mendirikan institusi-institusi dan lembaga-lembaga semacam IPDN dan ReRI. Semua itu adalah potongan-potongan aktivitas yang sesungguhnya bermuara pada sebuah tujuan besar yang terpendam dalam dada setiap pemain di setiap negara. Membuat negaranya menguasai lebih banyak area di peta serta menjadi imperium di e-dunia.
![](http://www.erepublik.com/images/maps/Indonesia.jpg)
Peta e-indonesia di suatu masa yang lalu
Kehendak untuk berkuasa inilah daya yang mendorong setiap e-manusia untuk menggerakkan roda e-kehidupan di e-dunia. Kehendak untuk berkuasa ini juga yang memaksa setiap pemain untuk lebih berfikir kreatif, lebih banyak membaca dan belajar, bahkan mungkin mengeluarkan uang benerannya untuk memudahkannya memenuhi kehendaknya untuk berkuasa.
Kekuasaan adalah sesuatu yang dihasrati oleh setiap e-manusia, disadari atau tidak. Seperti yang diungkapkan Friedrich Nietzsche dalam filsafatnya, kehendak untuk berkuasa adalah dorongan alamiah di alam ini. Baik manusia maupun e-manusia secara naif seringkali menganggap pengejaran kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak baik dengan alasan-alasan moral, padahal di dalam dirinya ia sendiri menginginkannya (sadar atau tidak). Mengenai hal ini, Nietzsche juga mengungkapkan bahwa penolakan terhadap kehendak untuk berkuasa menciptakan ketegangan di dalam diri manusia, karena ia sedang melawan dorongan alamiahnya di dalam dirinya.
Meski kekuasaan seringkali dianggap destruktif, namun perlu disadari bahwa kebutuhan akan kekuasaan di sisi lain adalah dorongan yang menghasilkan kekuatan untuk mencipa. Kesadaran dan penerimaan akan hal ini diperlukan sebagai dasar untuk memahami hakikat e-hidup dan e-dunia sehingga memungkinkan kita menentukan ideologi/pandangan politik yang tidak hanya sesuai dengan tujuan bangsa, namun juga sesuai dengan realita e-kehidupan di e-dunia dan batasan-batasannya, serta membawa ke arah e-kehidupan yang lebih menarik.
Bersambung ...
![](http://izquotes.com/quotes-pictures/quote-the-philosophers-have-only-interpreted-the-world-in-various-ways-the-point-however-is-to-change-karl-marx-250986.jpg)
Comments
komen pertamax di artikel pertamax 😃
keduaxxx
mpoted
voted
voted
kerennn pakkk!! ditunggu sambunganya 🙂
makasih pak! 😃
voted..
problemnya gagasan kuasa nya Nietzsche dan kuasa dalam pandangan marxist atau weberian sangat berbeda. Kuasa tidak dimiliki, tidak diperebutkan, dan adalah hidup itu sendiri. Dalam gagasan Nietzsche, ia nyaris seperti kekuatan metafisis yang niscaya menghindar dari kepemilikan. Sedangkan gagsan kuasa tradisional lebih terepresentasikan dalan teori politik yang diakrabi oleh Marx dan Weber.
Bagaimanapun, essaynya menarik dan ditunggu #2 nya.
[removed]
betul pak mas, tadinya saya ingin menggunakan istilah "kehendak untuk berkuasa" ini sebagai judul, namun khawatir terasa terlalu Nietzschean. Bisa dbilang di sini saya mengulang kesalahan Elizabeth-Forster (adik Nietzsche) yg menggunakan gagasan "kehendak untuk berkuasa" ini sebagai pembenaran ideologi ultranasionalisme dan supremasi ras NAZI, padahal jelas, Nietzsche bukanlah seorang nasionalis dan mengaggap negara sebagai monster yg dg aturan2nya justru menghambat manusia utk bertindak sesuai "kehendak untuk berkuasa". Saya hanya mencomot sedikit Nietzsche untuk menyusun sebuah filsafat yg bisa menjelaskan fenomena-fenomena di e-dunia ini.
Menurut saya, menelan bulat-bulat gagasan "kehendak utk berkuasa" Nietzsche tidak relevan di e-dunia ini, karena konsep individunya masih terbilang sederhana, tidak sekompleks di RL. Saya justru sedang memposisikan kuasa setara dengan "basis yang menggerakkan suprastruktur" dalam filsafat Marxian -walaupun bkn berbentuk material (😉. Lebih tepat kalau gagasan kuasa ini digunakan sbg semacam kerangka utk melihat fenomena-fenomena yg terjadi e-dunia, tepatnya kuasa sebagai tujuan e-manusia, seperti judul artikel ini. Namun, bagaimanapun juga saya akui gagasan ini masih sangat mentah, perlu banyak masukan, diskusi, bahkan debat (terutama dari yg lebih senior di edunia ini) utk menyempurnakannya.
😉 Menelan filsafat Marx bulat-bulat juga buat saya bukan sebuah langkah yang bijak, mengingat banyak hal di dalamnya yg tdk relevan jg dengan kondisi e-dunia.
Nah, akhirnya nemu juga artikel menarik. Voted, ditunggu edisi #2 nya. Kalo bisa ada tentang hubungan antara nasionalisme dan kehendak untuk berkuasanya ya, keh keh keh.
thankss bung mun! tentang nasionalisme rencananya ada di #3 hehe
WEDEW, Ga di kelas, di facebook, di twitter, ketemu meneh ama filsafat ini 😑
Go go Ubermensch dah !! hahahaha
menunggu ada yang komentar fenomena negosiasi antar eCountry di eRepublik pake teori discourse Jurgen Habermas :v
Btw ... MANTAP ARTIKELNY VOTE & SUB!!!
hueuehehe.. makasi kaka
Nietzsche emang fenomenal, liat aja kumisnya.. waduh gmn tuh menurut si Jurgen Habermas? Ane baru denger sekarang 😃
btw anak filsafat nih pasti!