Foreign Affair : a Perspective of IR's Paradigm in eRepublik

Day 790, 19:31 Published in Indonesia Indonesia by ijnapanji
January 19th, Day 790 of the New World

[img]http://www.kent.ac.uk/politics/images/flag%20globe.JPG[/img]

Paradigma Realis (Realism)

Negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional yang bersifat rasional dan monolith, jadi bisa memperhitungkan cost dan benefit dari tindakannya demi kepentingan kemanan nasional sehinga fokus dari penganut realism adalah struggle for power atau realpolitik. Kemudian realism berpendapat bahwa sifat dasar interaksi dalam sistem internasional adalah anarki, kompetitif, kerap kali konflik dan stabilitas hubungan internasional akan dicapai melalui distribusi kekuatan. (power politics)

Dalam politik luar negeri suatu negara, paham realism ini dapat dilihat dari pelaksanaan politik luar negeri yang bersifat unilateralis, nationalis, dengan strategi penangkalan (detterece), perimbangan kekuatan (balance of power), dan aliansi-aliansi pertahanan.

Paradigma idealis (Idealism)

Paham idealis bersifat normatif, apa yang seharusnya terjadi, pentingnya peran prinsip-prinsip, hukum dan organisasi internasional, dan adanya pengaruh opini publik yang suka damai, bercita-cita membentuk world government. Dengan kata lain, negara-negara saling bekerjasama dalam berbagai organisasi internasional untuk mencapai tujuan-tujuan global dan kemanusiaan.

Dalam politik luar negeri suatu negara, paham idealis ini dapat dilihat dari pelaksanaan politik luar negeri yang bersifat multiratelaris, internasionalis, liberalis, humanis, dengan strategi utama diplomasi yang mengedepanmkan legalitas, moralitas, dan demokrasi melalui perundingan-perundingan untuk mencapai kompromi dan harmonis.

eIndonesia, sebuah negara penganut paham Realis atau Idealis?

Dalam perkembangannya, tak dapat dielakkan bahwa eIndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki latar belakang sejarah yang naik turun serta tarik menarik dari kedua paradigma di atas. Namun secara umum, menurut opini saya, eIndonesia merupakan negara yang sangat dipengaruhi paradigma realis. Kita semua tahu eIndonesia pernah menjadi sebuah negara superpower di dunia, sebuah negara yang pernah menjadi penakluk yang memiliki koloni-koloni, bahkan hingga daratan Eropa dan Amerika.

Melihat napak tilas negara ini, terjadi tarik menarik pengaruh antara paradigma realis dan idealis yang juga secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan luar negeri kita. Wujud nyata pengaruh paradigma realis yang kental dalam kebijakan luar negeri eIndonesia ini adalah bergabungnya eIndonesia ke dalam aliansi-aliansi seperti FIST, kemudian PEACE-GC, lalu yang terakhir PHOENIX.

Jika ditinjau dari power yang dimiliki eIndonesia di masa lalu (bahkan kini pun masih), juga kondisi sistem internasional yang mengedepankan pakta-pakta pertahanan dalam menangkal agresi dan imperialisme, adalah wajar jika eIndonesia pun turut ke dalam paham yang menekankan power dan force dalam pencapaian sebuah stabilitas internasional.

Dari realis menuju idealis

Tak dapat dipungkiri lagi, peningkatan populasi pemain merupakan faktor besar dalam game ini dalam mengukur power yang dimiliki suatu negara. eIndonesia yang dulunya merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk paling besar di eWorld kini harus jauh tertinggal dengan negara-negara seperti Brazil, Serbia, dan bahkan berada sedikit di bawah Yunani.

Satu per satu pemain dengan pangkat tertinggi kita berguguran, wilayah-wilayah koloni mulai lepas secara bertahap. Dan ancaman dari musuh bebuyutan eUSA semakin besar, mengingat dalam sekutu mereka ada sebuah negara superpower baru, ePolandia.

Sudah saatnya menerapkan paradigma idealis untuk menyelamatkan bangsa ini. Perlu langkah-langkah diplomatis dan kerjasama lebih jauh lagi dengan negara-negara non aliansi. Strategi baru tentang wajah diplomasi eIndonesia ke depan harus segera dirumuskan. Kita harus merubah pola pemikiran dari sekedar memenangkan pertempuran kepada sebuah strategi memenangkan peperangan. Waktunya eIndonesia berkompromi.

Sebuah Solusi : Kerjasama Dengan eMalaysia

Saya pribadi adalah orang yang sangat mendukung proses perdamaian dengan eMalaysia, bahkan lebih jauh lagi, sebuah kerjasama multidimensi. Anda bisa lihat eUSA dan eCanada sebagai model kerjasama dua negara tetangga. eMalaysia sejauh ini tidak memiliki beban sejarah yang cukup besar terhadap eIndonesia dalam eRepublik, bahkan pada awal berdirinya kita sempat membantu upaya-upaya terjadinya Political Take Over di negeri Jiran itu. Terkecuali invasi kita 2 bulan lalu, yang membawa eWorld dalam Perang Dunia, tak ada sebuah dasar yang logis bagi kedua negara ini untuk bermusuhan. Kecuali satu hal, isu sentimen Real Life antar kedua negara.

Beberapa waktu lalu saya pernah memuat sebuah artikel tentang perdamaian ini, dan tampaknya memang ada niatan yang baik dari kedua negara untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara ini. Bahkan presiden masila dan ww88 sempat bercakap-cakap panjang lebar soal pemulihan hubungan kedua negara, dan ini merupakan awal yang baik bagi masa depan hubungan eIndonesia-eMalaysia. Saya membayangkan sebuah awal yang baik untuk mencapai stabilitas regional di eAsia Tenggara, dan bahkan sebuah poros baru kekuatan di eAsia dalam target jangka panjangnya.

Sebuah kalimat penutup dari saya:

Kepada yang terhormat presiden Masila agar segera menekan tombol propose untuk peace dengan eMalaysia, jangan sampai kita dianggap sebuah bangsa yang tidak konsisten.

Saya berbicara disini dengan kapasitas saya sebagai warga negara, dan segala opini saya tidak bertujuan untuk menyerang pemerintah atau pihak manapun.


Salam,



Anies Baswedan


==============================
english version
==============================
[img]http://www.kent.ac.uk/politics/images/flag%20globe.JPG[/img]

Realist paradigm (Realism)

The state is the primary actor in international relations that is rational and the monolith, so you can calculate costs and benefits of actions for national security interests so that the focus of the adherents of Realism is the struggle for power or realpolitik. Then Realism argues that the nature of interactions in the international system is anarchic, competitive, often conflict and stability in international relations will be achieved through the distribution of power. (power politics)

In the foreign policy of a country, Realism can be seen from the implementation of foreign policy is unilateralist, nationalist, with counteract strategies (detterece), the balance of power, and defense alliances.

Idealist paradigm (Idealism)

Understand normative ideals, what should happen, the importance of the principles, laws and international organizations, and the influence of public opinion who like peace, aspires to establish world government. In other words, the countries cooperate with each other in various international organizations to achieve global goals and humanity.

In the foreign policy of a country, understand this idealist can be seen from the implementation of foreign policy that is multiratelarist, internationalist, liberal, humanist, with the main strategy of diplomacy that forwarding legality, morality, and democracy through negotiations to achieve compromise and harmony.

eIndonesia, a Country with Realist or Idealist paradigm?

In the process, inevitable that eIndonesia is one country that has a historical background of the rise and fall as well as the second attraction of the above paradigm. But in general, according to my opinion, eIndonesia is the country which highly influenced by realism. We all know eIndonesia had ever become a superpower in the world, a country that had become conquerors who have colonies, even to mainland Europe and America.

As we saw the nation's history, there is the influence attraction between realist and idealist paradigms which also indirectly influence our foreign policy. Tangible manifestation of the influence of strong realist paradigm in eIndonesia's foreign policy is eIndonesia joining alliances such as Fist, then PEACE-GC, and lastly, PHOENIX.

If viewed from eIndonesia's power that we owned in the past (even now still), as well as the international system conditions that promote defense pacts in warding off aggression and imperialism, it is normal if any part eIndonesia into ideologies that emphasize power and force in achieving a international stability.

From realist to idealist

Not be denied again, increasing player population is a major factor in this game in measuring power of a state-owned. eIndonesia that used to be one of the countries with the largest population in the eWorld now have lagged far behind countries such as Brazil, Serbia, and even slightly below Greece.

One by one player with the highest rank we fall, the colony areas started off gradually. And threats from sworn enemies eUSA greater, considering that in their allies have a new superpower, ePoland.

It was time to apply the paradigm of idealists to save this nation. Necessary diplomatic steps and further cooperation with the countries non-alliance. New strategy of diplomacy faces forward eIndonesia must be formulated. We must change the pattern of thought than just winning a battle to win a war strategy. Time for eIndonesia to compromise.

A Solution: Cooperation With eMalaysia

I personally was very supportive of the peace process with eMalaysia, even further, a multi-dimensional cooperation. You can see eUSA and eCanada as a model of cooperation the two neighboring countries. eMalaysia so far does not have a great burden of history to eIndonesia in eRepublik, even at the beginning of our establishment could help the efforts of the Political Take Over in the Jiran country. With the exception of our invasion 2 months ago, which brought another World War in eWorld, there is no a logical basis for the two countries to hostile. Except for one thing, the issue of Real Life sentiment between the two countries.

Some time ago I had to load an article about this peace, and there seems good intentions of both countries to improve bilateral ties this. Even masila President and ww88 had talked at length about the restoration of relations between the two countries, and this is a good start for future relations eIndonesia-eMalaysia. I imagine a good start to achieving regional stability in Southeast eAsia, and even a new axis of power in eAsia in long-term targets.

A closing sentence from me:

To the honorable president Masila to immediately pressing the button for propose peace with eMalaysia, we should not be an inconsistent nation.


Im speaking here in my capacity as a private citizen, and all of my opinions is no threat to my government or any other.

Regards,



Anies Baswedan