Foreign Affair : a Perspective of IR's Paradigm in eRepublik
ijnapanji
[img]http://www.kent.ac.uk/politics/images/flag%20globe.JPG[/img]
Paradigma Realis (Realism)
Negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional yang bersifat rasional dan monolith, jadi bisa memperhitungkan cost dan benefit dari tindakannya demi kepentingan kemanan nasional sehinga fokus dari penganut realism adalah struggle for power atau realpolitik. Kemudian realism berpendapat bahwa sifat dasar interaksi dalam sistem internasional adalah anarki, kompetitif, kerap kali konflik dan stabilitas hubungan internasional akan dicapai melalui distribusi kekuatan. (power politics)
Dalam politik luar negeri suatu negara, paham realism ini dapat dilihat dari pelaksanaan politik luar negeri yang bersifat unilateralis, nationalis, dengan strategi penangkalan (detterece), perimbangan kekuatan (balance of power), dan aliansi-aliansi pertahanan.
Paradigma idealis (Idealism)
Paham idealis bersifat normatif, apa yang seharusnya terjadi, pentingnya peran prinsip-prinsip, hukum dan organisasi internasional, dan adanya pengaruh opini publik yang suka damai, bercita-cita membentuk world government. Dengan kata lain, negara-negara saling bekerjasama dalam berbagai organisasi internasional untuk mencapai tujuan-tujuan global dan kemanusiaan.
Dalam politik luar negeri suatu negara, paham idealis ini dapat dilihat dari pelaksanaan politik luar negeri yang bersifat multiratelaris, internasionalis, liberalis, humanis, dengan strategi utama diplomasi yang mengedepanmkan legalitas, moralitas, dan demokrasi melalui perundingan-perundingan untuk mencapai kompromi dan harmonis.
eIndonesia, sebuah negara penganut paham Realis atau Idealis?
Dalam perkembangannya, tak dapat dielakkan bahwa eIndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki latar belakang sejarah yang naik turun serta tarik menarik dari kedua paradigma di atas. Namun secara umum, menurut opini saya, eIndonesia merupakan negara yang sangat dipengaruhi paradigma realis. Kita semua tahu eIndonesia pernah menjadi sebuah negara superpower di dunia, sebuah negara yang pernah menjadi penakluk yang memiliki koloni-koloni, bahkan hingga daratan Eropa dan Amerika.
Melihat napak tilas negara ini, terjadi tarik menarik pengaruh antara paradigma realis dan idealis yang juga secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan luar negeri kita. Wujud nyata pengaruh paradigma realis yang kental dalam kebijakan luar negeri eIndonesia ini adalah bergabungnya eIndonesia ke dalam aliansi-aliansi seperti FIST, kemudian PEACE-GC, lalu yang terakhir PHOENIX.
Jika ditinjau dari power yang dimiliki eIndonesia di masa lalu (bahkan kini pun masih), juga kondisi sistem internasional yang mengedepankan pakta-pakta pertahanan dalam menangkal agresi dan imperialisme, adalah wajar jika eIndonesia pun turut ke dalam paham yang menekankan power dan force dalam pencapaian sebuah stabilitas internasional.
Dari realis menuju idealis
Tak dapat dipungkiri lagi, peningkatan populasi pemain merupakan faktor besar dalam game ini dalam mengukur power yang dimiliki suatu negara. eIndonesia yang dulunya merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk paling besar di eWorld kini harus jauh tertinggal dengan negara-negara seperti Brazil, Serbia, dan bahkan berada sedikit di bawah Yunani.
Satu per satu pemain dengan pangkat tertinggi kita berguguran, wilayah-wilayah koloni mulai lepas secara bertahap. Dan ancaman dari musuh bebuyutan eUSA semakin besar, mengingat dalam sekutu mereka ada sebuah negara superpower baru, ePolandia.
Sudah saatnya menerapkan paradigma idealis untuk menyelamatkan bangsa ini. Perlu langkah-langkah diplomatis dan kerjasama lebih jauh lagi dengan negara-negara non aliansi. Strategi baru tentang wajah diplomasi eIndonesia ke depan harus segera dirumuskan. Kita harus merubah pola pemikiran dari sekedar memenangkan pertempuran kepada sebuah strategi memenangkan peperangan. Waktunya eIndonesia berkompromi.
Sebuah Solusi : Kerjasama Dengan eMalaysia
Saya pribadi adalah orang yang sangat mendukung proses perdamaian dengan eMalaysia, bahkan lebih jauh lagi, sebuah kerjasama multidimensi. Anda bisa lihat eUSA dan eCanada sebagai model kerjasama dua negara tetangga. eMalaysia sejauh ini tidak memiliki beban sejarah yang cukup besar terhadap eIndonesia dalam eRepublik, bahkan pada awal berdirinya kita sempat membantu upaya-upaya terjadinya Political Take Over di negeri Jiran itu. Terkecuali invasi kita 2 bulan lalu, yang membawa eWorld dalam Perang Dunia, tak ada sebuah dasar yang logis bagi kedua negara ini untuk bermusuhan. Kecuali satu hal, isu sentimen Real Life antar kedua negara.
Beberapa waktu lalu saya pernah memuat sebuah artikel tentang perdamaian ini, dan tampaknya memang ada niatan yang baik dari kedua negara untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara ini. Bahkan presiden masila dan ww88 sempat bercakap-cakap panjang lebar soal pemulihan hubungan kedua negara, dan ini merupakan awal yang baik bagi masa depan hubungan eIndonesia-eMalaysia. Saya membayangkan sebuah awal yang baik untuk mencapai stabilitas regional di eAsia Tenggara, dan bahkan sebuah poros baru kekuatan di eAsia dalam target jangka panjangnya.
Sebuah kalimat penutup dari saya:
Kepada yang terhormat presiden Masila agar segera menekan tombol propose untuk peace dengan eMalaysia, jangan sampai kita dianggap sebuah bangsa yang tidak konsisten.
Saya berbicara disini dengan kapasitas saya sebagai warga negara, dan segala opini saya tidak bertujuan untuk menyerang pemerintah atau pihak manapun.
Salam,
Anies Baswedan
==============================
english version
==============================
[img]http://www.kent.ac.uk/politics/images/flag%20globe.JPG[/img]
Realist paradigm (Realism)
The state is the primary actor in international relations that is rational and the monolith, so you can calculate costs and benefits of actions for national security interests so that the focus of the adherents of Realism is the struggle for power or realpolitik. Then Realism argues that the nature of interactions in the international system is anarchic, competitive, often conflict and stability in international relations will be achieved through the distribution of power. (power politics)
In the foreign policy of a country, Realism can be seen from the implementation of foreign policy is unilateralist, nationalist, with counteract strategies (detterece), the balance of power, and defense alliances.
Idealist paradigm (Idealism)
Understand normative ideals, what should happen, the importance of the principles, laws and international organizations, and the influence of public opinion who like peace, aspires to establish world government. In other words, the countries cooperate with each other in various international organizations to achieve global goals and humanity.
In the foreign policy of a country, understand this idealist can be seen from the implementation of foreign policy that is multiratelarist, internationalist, liberal, humanist, with the main strategy of diplomacy that forwarding legality, morality, and democracy through negotiations to achieve compromise and harmony.
eIndonesia, a Country with Realist or Idealist paradigm?
In the process, inevitable that eIndonesia is one country that has a historical background of the rise and fall as well as the second attraction of the above paradigm. But in general, according to my opinion, eIndonesia is the country which highly influenced by realism. We all know eIndonesia had ever become a superpower in the world, a country that had become conquerors who have colonies, even to mainland Europe and America.
As we saw the nation's history, there is the influence attraction between realist and idealist paradigms which also indirectly influence our foreign policy. Tangible manifestation of the influence of strong realist paradigm in eIndonesia's foreign policy is eIndonesia joining alliances such as Fist, then PEACE-GC, and lastly, PHOENIX.
If viewed from eIndonesia's power that we owned in the past (even now still), as well as the international system conditions that promote defense pacts in warding off aggression and imperialism, it is normal if any part eIndonesia into ideologies that emphasize power and force in achieving a international stability.
From realist to idealist
Not be denied again, increasing player population is a major factor in this game in measuring power of a state-owned. eIndonesia that used to be one of the countries with the largest population in the eWorld now have lagged far behind countries such as Brazil, Serbia, and even slightly below Greece.
One by one player with the highest rank we fall, the colony areas started off gradually. And threats from sworn enemies eUSA greater, considering that in their allies have a new superpower, ePoland.
It was time to apply the paradigm of idealists to save this nation. Necessary diplomatic steps and further cooperation with the countries non-alliance. New strategy of diplomacy faces forward eIndonesia must be formulated. We must change the pattern of thought than just winning a battle to win a war strategy. Time for eIndonesia to compromise.
A Solution: Cooperation With eMalaysia
I personally was very supportive of the peace process with eMalaysia, even further, a multi-dimensional cooperation. You can see eUSA and eCanada as a model of cooperation the two neighboring countries. eMalaysia so far does not have a great burden of history to eIndonesia in eRepublik, even at the beginning of our establishment could help the efforts of the Political Take Over in the Jiran country. With the exception of our invasion 2 months ago, which brought another World War in eWorld, there is no a logical basis for the two countries to hostile. Except for one thing, the issue of Real Life sentiment between the two countries.
Some time ago I had to load an article about this peace, and there seems good intentions of both countries to improve bilateral ties this. Even masila President and ww88 had talked at length about the restoration of relations between the two countries, and this is a good start for future relations eIndonesia-eMalaysia. I imagine a good start to achieving regional stability in Southeast eAsia, and even a new axis of power in eAsia in long-term targets.
A closing sentence from me:
To the honorable president Masila to immediately pressing the button for propose peace with eMalaysia, we should not be an inconsistent nation.
Im speaking here in my capacity as a private citizen, and all of my opinions is no threat to my government or any other.
Regards,
Anies Baswedan
Comments
there is no pertamax between us.
tapi keduaxxxx berlaku!!!!
nice article
jangan ngejunk yak!!
sst... ketiax coy
mantep gan ane
comment bentar sambil istirahat
page one
klimax!
walaupun di rl bermusuhan, tetapi eLife tetaplah eLife...
Hmmm.. Menunggu si xeno komen.
Berasa di kelas pihi.
setuju gan,namanya jg negara tetangga tuh harusnya bersahabat. klo bermusuhan mending sama yg jauh2,tetangga bsa saling mengamankn. i cover ur back,u cover mine
hhmm... gw suka ide lo untuk kita menjalin kerjasama dengan negara tetangga kita emalaysia,,
btw buat semua warga eIndonesia, kalian juga boleh kok main-main ke room emalaysia di #erepublik.my (semoga bener).
dengan begitu g ada batasan diantara kita dan mereka,,
lupakanlah masalah RL, disini adalah erep
vote
*udeh subscribe
lagi ah biar banyak
numpang ngiklan gan
http://www.erepublik.com/en/article/1152340" target="_blank">http://www.erepublik.com/en/article/1152[..]2340
^
^
SENSUS DI MULAI
guw ga sepaham karena perang dengan eMalay mungkin merupakan salah satu magnet orang" untuk maen erep jadi jika kita damai ya kayaknya jadi kurang seru aja untuk maen erep gini..
AnB, IMHO paradigma IR di RL gak bisa dibawa kesini. Karena game ini built on war dan memang bersifat imperialis. Gua gak bisa bayangin game ini tanpa war, ekonomi sama sekali gak bakal jalan, karena industri bisa dibilang hanya utk war.
Oil = tiket = mobile army = war
oil = tiket = mobile org to buy RM = iron/grain
iron = wp = war
grain = food = wellness = fight = war
wood = house = more wellness = more fight = more war
kesimpulan:
no war = no industry = no salary = no player = no game.
Bukan gua gak setuju dengan peace treaty dengan eMy tapi apapun kebijakan kita dalam game ini, baik itu peace treaty, alliance etc, harus based on realist perspective. Karena game ini beda dengan RL. This game was built on realist perspective.
Gud, sejauh ini tulisan2 anda telah menjadi api di eIndonesia.
keep up the gud article!
Lihat kondisi aja, gan. Untuk sekarang memang sebaiknya kita pelukan ama emalay. terlalu beresiko dengan banyaknya ally mereka, dan sedikt musuh. sedangkan kita punya banyak musuh. tapi dikemudian hari, sebaiknya semua border, kita taklukkan. supaya tidak akan ada yang bisa masuk ke Original Land kita. Karena semakin dekat dengan kita, semakin berbahayalah dia.... Seperti Musuh dalam selimut
=_= in my personal opinion: still no to malay.
tapi dari sisi strategis.. "ho-oh damai.."
cm berubah urutan waiting list na di belakang eUSA 😃
hidup rasialis...
eh salah realis... 😃
okelah klo begitu adanya. temenan ma malaysia dn china aja
kalo ada yang ingat betapa digdayanya swedia dan pakistan dulu kemudian menjadi paria di e-world ditinggalkan negara-negara lain yang dulunya jauh di bawah,..seperti itulah kita sekarang.
si AnB anak HI juga ya?
begini, dalam pengalaman saya yang pernah ikut berkecimpung dalam politik luar negeri eIndonesia, tidak ada jalan lain bagi kita kecuali bersikap realis, karena sistem internasional game ini dan juga sifat alami para pemain erep tidak memungkinkan kita menjadi idealis.
pada waktu saya masih jadi pejabat, saya berusaha idealis dan membantu negara lain. eIndonesia melakukan banyak diplomasi untuk kepentinan negara lain. Apa yang kita dapat? Jepang meludahi kita, China bohong sama kita, India mengkhianati kita, Aussie mau melawan kita.
Kenyataannya, kita harus realis dan berpegang pada power. Asal kita punya power dan bisa menang perang, kepentingan kita akan terjaga. Dari situ baru kita bisa melihat lebih jauh jika kita mau murah hati. So, selamatkan dulu diri sendiri, baru menyelamatkan orang lain.
Realis disini bukan berarti isolasionis atau fasis. Kita tentunya bisa membantu aliansi atau negara sahabat, karena secara tak langsung membantu kepentingan kita juga. Kita bisa berdamai dengan malaysia bahkan menjadi sekutu, jika memang hal tersebut menguntungkan kita.
Intinya, selalu berasumsi bahwa sifat alami pemain erep adalah jahat (kecuali citizen negri sendiri), negara lain tak bisa dipercaya, diplomat negara lain selalu bisa bohong, dan tiap presiden negara lain punya tengkorak di wc-nya.
Karena itu, selalu sediakan senjata dan uang yang cukup, dan bayi-bayi yg sehat, karena negara tetangga bahkan yang bukan tetangga bisa saja declare war dan datang ke java besok.
Sekian.
Xenocross,
seorang mantan pejabat eDeplu.
"😉engan kata lain, negara-negara saling bekerjasama dalam berbagai organisasi internasional untuk mencapai tujuan-tujuan global dan kemanusiaan."
di dunia nyata, kerjasama ini ada dalam bentuk kerjasama untuk mengurangi global warming, buat bantuan bencana alam, kerjasama perdagangan internasional, bantuan kemanusiaan dll.
di erep gimana? sistem ekspor impor aja simple. Kita ga bisa memberi status "favored nations" yang mempunyai pajak impor khusus. Akhirnya harus proteksi pake pajak 99%
tidak ada bencana ataupun krisis lingkungan hidup juga di erep. Akhirnya kerjasama antar negara cuma berkisar soal perang, karena memang ada fitur aliansi.
lagipula, paham idealis menolak perang karena adanya korban jiwa dan penderitaan. Di game ini tidak ada 2 hal itu.
jadi menjalankan paradigma idealis di erep bukan saja tidak berguna, tapi juga tidak ada fiturnya.
😁^
ah, bang xeno, tengkorak ane ga di wc koq, dah ane umpeting yg jauh 😛
voted
"..Intinya, selalu berasumsi bahwa sifat alami pemain erep adalah jahat (kecuali citizen negri sendiri), negara lain tak bisa dipercaya, diplomat negara lain selalu bisa bohong, dan tiap presiden negara lain punya tengkorak di wc-nya..."
ngakak baca na.. ^o^
numpang eksis gan.. dipot +1 deh...
/me sambil coret2 "bolodewo was here"
i see
Wuanjritt, panjang bener xenocross.....
Hmm
Realis ==> keadaan real, keadaan sebenarnya, sedangkan Idealis ==> Keadaan yang ideal (Mimpi2 kita). Kita harus selalu menjadikan keadaan ideal sebagai cita-cita kita. dengan cara 'mengubah dan mengelola keadaan real yang terjadi saat ini sehingga tercapailah keadaan ideal yang kita inginkan'. jangan sampai keadaan real menjebak kita sehingga tindakan kita terus tergantung dengan keadaan real.
@Mphen:
Realis dan idealis di sini bukan dalam konteks itu, ini dalam konteks paradigma hubungan internasional. Berbeda dengan idealisme dan realisme sebagai kata umum.
Idealisme disini bukan berarti suatu pegangan diri kita.
A&B - EXCELLENT article. I have written something very similar almost 4 months ago. 🙂
@xenocros:
fitur yang ada di erep memang membatasi kerjasama bilateral atau regional antar negara di luar bidang militer. konsep yang ada secara mentah merupakan bentuk dari intervensi sistem ekonomi pasar bebas dalam game ini. tapi konsep konsep perjanjian internasional, kerjasama internasional, bahkan keterlibatan aktor-aktor non state dalam sistem internasional masih mungkin diterapkan.
sepakat jika trust terhadap ally sekalipun harus dibatasi mengingat sifat alami manusia adalah jahat. 🙂
tapi nilai nilai positif dari sebuah kerjasama regional tidak dapat kita pungkiri lagi. percuma jika kita membina hubungan baik dengan negara-negara phoenix yang jauh di eropa sana jika dengan negara-negara yang secara geografis sangat berdekatan tidak dibina dengan baik.
seperti kata seorang teman, geografis adalah fakta.
lagi-lagi terbentur fitur di erep 😑'
salut buat AnB dan xenocross O7
piss for all
Kurang setuju dengan paham idealisme yang di terapkan dalam erep,mungkin dalam RL kita bisa menerapkan paham ini sebagai dasar pemikiran bangsa,tetapi di erep ane rasa paha realisme lah yang paling mendominasi poliik dan dan dasar pemikiran bangsa,karna memang tujuan di rancangnya game ini adalah melakukan ekspansi besar-besaran terhadap negara guna mengharumkan nama bangsa atau aliansi yang dibuat,kalao menurut ane pribadi game ini bertujuan untuk menyadarkan para pemain yang juga menjadi warga negara untuk memiliki rasa cinta tanah air dan rela berkorban untuk mempertahankan ketahan nasional bangsa dari ancama bangsa lain !
setuju soal regional
tapi masalah kerjasama internasional lagi lagi kebentur masalah fitur. contoh paling nyata adalah soal perjanjian, atau disini adalah kontrak antar negara.
paham realis dalam hubungan internasional mempunyai asumsi dasar bahwa sistem internasional pada dasarnya adalah anarkis alias ga ada yang ngatur. Jadi kita tidak bisa mengandalkan polisi, world government, atau lembaga pengadilan karena secara teori dan kenyataanya tidak ada yang lebih tinggi dari lembaga negara. Karena itu kalau dizolimi negara lain kita ga bisa lapor polisi, tapi harus mengandalkan kekuatan sendiri.
Di erep pada awalnya, aku berpikir bahwa sistem internasionalnya gak anarkis, karena ada mimin/eTuhan yang bisa menghukum negara dengan denda jika melanggar kontrak. Di dunia nyata bahkan PBB dan lembaga lainnya tidak bisa berbuat apa apa jika ada perjanjian internasional yang dilanggar. PAling cuma bisa melakukan tindakan kolektif dan sanksi bersama pada negara yang melanggar, oleh masing2 negara anggota PBB, yang pelaksanaannya TERSERAH pada masing2 negara.
Fitur eTuhan seharusnya membuat perjanjian internasional bisa berjalan dan menjadikan eDunia tidak anarkis. Tapi? Admin tidak menghukum eUSA dan negara2 yang melanggar kontrak, dan bahkan lalu mempersulit syarat2 kontrak sehingga kontrak yang valid sampai saat ini saya belom pernah lihat. Syaratnya kelewat ribet. Nah kalau minminnya licik dan berpihak bgini gmana caranya bisa jalan?
Frustasi kan? Makanya aku buru buru pensiun dari deplu....
hehe, jangan menyerah AnB!
V O T E D
Sensus penduduk telah dimulai, pastikan Anda terhitung:
http://tinyurl.com/eina-sensus" target="_blank">http://tinyurl.com/eina-sensus
Sponsor ini kerjasama antara Menteri Dalam Negeri dan Departemen Sosial
panjang gan, tp masih tebaca!
voted!
@xenocross:
baik, memang dalam penerapan sistem world governmment disini tidak serta merta kita memiliki polisi dunia yang dimaksudkan. Seperti yang anda katakan netralitas admin berperan penting dalam perkembangan hubungan antar negara di game ini.
dalam perkembangannya di RL pun memang realisme menjadi sebuah paradigma yang dominan dan terus mendominasi sepanjang paruh abad ke-20. Namun seperti halnya yang sudah bung xeno pelajari juga, realisme ini dianggap gagal dalam menangkap perluasan politik internasional yang merupakan dialog aliran-aliran perspektif HI yang berbeda.
Sepakat juga ada tekanan dalam sifat manusia yaitu mementingkan diri sendiri dan suka berperang, bahwa kekuatan itu penting dan power politik memegang peranan penting dalam IR. Tapi, secara lebih jauh lagi bukankah realisme cenderung merendahkan, mengabaikan, dan mengurangi banyak sendi-sendi penting kehidupan internasional.
Sejak awal game ini berdiri mungkin memang sudah kental dengan paradigma realis, sehingga state aktor merupakan elemen yang dominan dalam diplomasi.
Tapi, saya masih baru disini, pingin mencoba sesuatu yang berbeda aja lah, utopis idealis sepertinya seru. 🙂
seprti kata pepatah: "it's hard to be a good man" 🙂
@Bugil
"kalo ada yang ingat betapa digdayanya swedia dan pakistan dulu kemudian menjadi paria di e-world ditinggalkan negara-negara lain yang dulunya jauh di bawah,..seperti itulah kita sekarang."
Alasannya?
Karena populasi kita dan mereka kurang, gak ada alasan lain
The best article in Indonesia 😛
hehe besok jadiin dia diplomat biar ngalamin sendiri 😃