Sang Jendral Bermental Kopral.

Day 1,846, 02:25 Published in Indonesia Romania by Mirza Zamzami


Salam Perjuangan
Hail eIndonesia



“Lebih baik tangan di atas daripada tangan dibawah”

baru-baru ini eIndonesia digemparkan dengan muncul artikel dari pemerintahan terkait dengan perekonomian. Perekonomian yang merupakan perhatian dan permasalahan yang tak kunjung selesai dibahas.

Kebijakan yang fenomenal sepertinya kebijakan terkait SUN (Sedaqoh untuk Negeri). Kebijakan yang mengharuskan rakyat untuk memberi komen di artikel dengan kalimat “Sun dong yang..”. Keganjilan itu muncul dari sentence yang harus ditulis.

kalo mau dianalisa dari kata per kata dapat diartikan menjadi 2 makna. Pertama “Sun” dapat diartikan sebagai Sedaqoh Untuk Negeri dan dapat juga diartikan sesuatu yang berkonotasi negatif (sepertinya sudah tahu apaan). kalo dari penulisan sepertinya mengacu kepada makna yang berkonotasi negatif.

kenapa ?

karena sang pembuat kebijakan bahwasanya mendeklarasikan singkatan dari Sedaqoh Untuk Negri dengan SUN (Huruf besar semua). Sepemahaman saya singkatanpun harus menggunakan huruf besar secara tata bahasa.
terlepas dari itu, kata berikutnya adalah “dong” yang merupakan kata berupa ajakan atau penegasan. Lalu mengenai kata “yang” dapat diartikan menjadi kata sambung atau menjadi sapaan kepada seseorang. Membaca dari kalimat sepertinya juga mmengacu pada kata sapaan karena kata sambung harus diiringi dengan kata berikutnya.

berdasarkan asumsi bahwa kalimat tersebut cenderung permintaan ataupun permohonan yang menjerumus ke pengunaan bahasa alay (bahasa yang tidak baku).

Kalaulah benar maksud dari kalimat tersebut seperti itu maka hal tersebut tidak sinergi dengan kebijakan bidang pendidikan “.....untuk nulis komentar-komentar yang lucu-lucu, karena memikirkan hal yang tidak serius itu tidak akan membuat anda pintar!”


Menjadi tanda tanya dibenak saya apakah kalimat “Sun dong yang..” merupakan salah satu kalimat komentar serius dan membuat pintar??
saya pikir tidak.

apakah bidang pendidikan tidak mendidik bidang ekonomi untukberargumentasi dan membuat kebijakan agar kebiajakan kedua bidang tersebut agar sinergi ?? (silahkan ngebacot)

Hal yang menarik lagi menurut saya adalah dengan kebijakan ini adalah bukankah rakyat diajarkan untuk menjadi pengemis ??

secara esensi bahwasanya langkah teknis yang dilakukan adalah dengan meminta (mengemis) kepada pemerintah untuk mendapatkan bantuan. Padahal yang dialokasikan adalah uang rakyat untuk kepentingan rakyat. Jadi kenapa harus mengemis untuk medapatkan hak merekea sendiri. Kalaulah niatan baik untuk memberi yang diwacanakan, banyak cara untuk membantu tanpa harus rakyat dipaksa menjadi pengemis.
Silahkan bidang ekonomi mengalokasikan lebih tepat sasaran dengan langsung memverifikasi secara langsung kepada rakyat. Sepertinya sudah tahu lah tipikal rakyat yang emang layak untuk dibantu tanpa harus menjatuhkan harga dirinya.

Katanya ikhlas..
“ikhlas itu tidak bersyarat”

Permasalahannya tidak hanya sampai disitu. Efek kebijakan tersebut selama satu bulan kedepan terjadi menurunnya mentalitas bangsa. Bagaimana beberapa bulan kedepan seandainya negara eIndonesia ini berisikan rakyat-rakyat serta pemimpin yang bermental pengemis?? (silahkan jawab sendiri)

Kembali ane mau bertanya “apakah mental seperti ini yang ingin dididik oleh bagian pendidikan?” atau jangan-jangan “sang pendidik tidak memberikan pendidikan kepada kawan seperjuangannya di bagian ekonomi?”

Kembali tidak sinergi ditemukan.

Diartikel tersebut juga ada statement sang ekonom bahwanya senang dengan bacotan tapi beberapa kalimat berikutnya kalau protes silahkan pindah negara. Pindah negara bermakna pengusiran. Kontradiksi kalimat sang ekonom. Kembali tidak sinergi dengan sang pendidik bahwanya sang pendidik ingin rakyat menjadi lebih peka tapi kenapa sang ekonom mengusir yang protes. Padahal protes itu merupakan usaha untuk menumbuh dan mengasah daya kritis si individu.

Satu lagi mau dikritisi terkait kebijakan yang berhubungan dengan ABeRI. Saya mau bertanya kebijakan negara yang mana menyatakan ABeRI terlarang dinegara ini ? . Coba baca dahulu file-file kenegaraan biar tidak menjadi provokasi aja. Refeerensi harus jelas, jangan klaimisasi saja.



Semoga bermanfaat