BANGSA YANG BELUM SELESAI

Day 3,710, 10:39 Published in Indonesia Indonesia by Rosenrotten

SEMANGAT PAGII!!!!!

EREPUBLIKAN YANG TERHORMAT

Proyek mengindonesiakan dunia adalah sebuah perjuangan dari bawah yang harus didorong oleh elemen terkecil dalam game ini yaitu player itu sendiri.

Secara Fakta Demokrasi telah gagal dalam mewujudkan harapan sebagian besar player di republik ini yang memiliki impian besar dan Harapan besar untuk menjadi Bangsa yang disegani.

Maka, diskursus menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) menarik dicermati. "Negara ini harus punya haluan, ke mana negara akan dibawa?" kata Mantan Presiden eRI Def0 ketika mengisi salah satu kelas sosial politik di Kampus IPDN

Mantan Presiden Republik eIndonesia itu menyesalkan praktik politik selama ini yang dangkal dan hanya bersandar pada agenda sesaat. Kedangkalan itu melahirkan kegalauan yang mendesak kita untuk belajar dari sejarah Program serupa di masa lalu.

Namun, kita ingat, dihapusnya GBHN (Arisan) sejak naiknya Koalisi Front Pancasila, Golkus dan PKeI adalah bagian dari agenda membersihkan ruang demokrasi dari warisan Arisanisme yang dituduh berjasa membunuh demokrasi sipil.

Sejak berakhirnya Arisanisme, Program Kerja Presiden yang sejatinya metamorfosis dari GBHN ternyata sarat dengan kepentingan partai yang berkuasa. Maka, masuk akal bila sering terjadi turbulensi dan tidak terciptanya ekuilibrium pembangunan. Keresahan Def0 perlu dipahami dalam ruang ini.

Lagi pula, ada sejumlah kondisi yang patut dipertimbangkan. Pertama, kegamangan ideologi. Seorang filsuf pernah mengatakan bahwa Indonesia terlalu sering ribut dengan urusan ideologi sehingga selalu terjebak dalam konflik politik tak berujung. "Ini yang saya sebut sebagai kegamangan ideologi," kata filsuf tersebut.

Kedua, liberalisasi politik dan segala konsekuensinya. Liberalisasi politik telah menjadikan individu sebagai sentral dari aktivasi sosial, ekonomi, dan politik. Tiap orang berhak mengekspresikan kebebasannya. Hal ini tentu positif. Akan tetapi, kebebasan menjadi buruk ketika medan demokrasi dikuasai oleh mereka yang menguasai akses dan fasilitas kebebasan karena uang yang miliki (Juragan Sapi).

Demokratisasi telah berjalan dengan baik dengan tumbangnya segelintir orang yang berkuasa tetapi penguatan nilai demokrasi masih rapuh di dua level: level elite dan level masyarakat sipil. Maka, tidak perlu heran kalau ada wakil rakyat (malah banyak!), yang belum paham betul apa itu fumgsi dan tugas mereka. Mereka bermain dalam bingkai demokrasi untuk tujuan-tujuan pribadi mereka yang tidak demokratis dan terkesan menuruti apa maunya juragan dalamm menentukan arah republik ini.

Dua kondisi di atas adalah latar belakang yang penting untuk memahami kenapa muncul wacana menghidupkan kembali GBHN. Perlu ada "paksaan" untuk menata orientasi politik supaya demokrasi tidak dibajak oleh kepentingan pragmatis partai politik yang terkesan ditunggangi kepentingan tertentu setiap kali menang pemilu.

Demikian pendapat saya,Terakhir Last Message From Mr. Good Boye


Rosenrotten