Economic 101 - Last Legacy
maling
Disclaimer: tl;dr
Sengaja di awal di kasih spoiler kalau artikel ini bakalan panjang.
Jadi, daripada capek-capek baca, mending langsung saja klik endorse 100 IDR.
Terima kasih
😃
Artikel ini sengaja ditulis agar bisa menjadi panduan untuk para anggota congress, khususnya untuk yang baru pertama kali menjadi anggota congress atau mungkin ada anggota kongres yang hanya mencari medal Congress (Gold Hunter) tapi kurang begitu paham dengan law proposal congress khususnya dibidang ekonomi.
Di artikel ini juga saya sertakan beberapa pendapat pribadi, yang apabila anggota kongres sependapat, bisa langsung mengadopsi dan mengimplementasikannya, dengan harapan, panduan bisa menjadi fasilitator pembahasan di ruang kongres.
Artikel ini juga saya niatkan sebagai ruang diskusi buat teman-teman lain yang mungkin punya pendapat yang berbeda.
Baiklah, kita mulai...
Saya akan start dari yang simple dulu, yakni Law Country Donations.
Law ini sangat sederhana, yakni untuk mengusulkan pemindahan Uang dari Treasury ke akun Org (biasanya yang dipakai adalah akun NBeI).
Treasury
Org NBeI
Setiap kali pengusulan, maksimal adalah 400.000 IDR.
Pengusulan ini seringkali mulus tanpa perdebatan, karena penggunaan anggaran Dana GOV menggunakan dana dari NBeI.
Diskusi di ruang kongres biasanya mengenai besaran anggaran Dana GOV yang pencairannya dari NBeI, tidak direct dari Treasury.
Sehingga, NBeI jadi semacam buffer saja, misal dana di NBeI menembus limit bawah (misal. 600k), maka kongres bisa langsung melakukan pencairan dana sebesar 400k ke NBeI, dengan harapan, buffer 1jt CC mengendap di NBeI tetap terjaga sebagai simpanan darurat apabila terjadi hal-hal yang tak terduga (perang, dll).
Berikutnya adalah Law Minimum Wage.
Law ini juga sangat sederhana, yakni untuk mengusulkan berapa besar angka gaji minimum yang bisa ditawarkan oleh Manager Company ke Job Market.
Saya tidak tahu apakah game mechanic nya masih sama atau sudah berubah mengenai gaji minimum.
Tapi 9 tahun yang lalu, saya pernah mencoba mengusulkan untuk mengganti angka gaji minimum (dengan harapan gaji minimum sapi-sapi bisa berubah).
Tapi ternyata saya salah, law Minimum wage hanya mengubah setingan gaji minimum yang bisa ditawarkan para manager ketika offering job ke job market.
Tidak serta merta mengubah gaji yang sudah berlaku pada setiap pegawai.
Gaji pegawai yang sudah bekerja di sebuah company, besarnya tidak akan terimbas oleh usulan Law Minimum wage, yang terimbas adalah Gaji minimum ketika akan menawarkan job ke job market.
Jadi misal ada sapi (bot) yang masih bergaji 150 IDR, ketika gaji minimum dinaikkan, gaji nya akan tetap 150 IDR, yang berbeda hanya besaran gaji minimum yang akan di tawarkan di job market.
Tapi itu 9 tahun yang lalu. Monggo kalau ada yang mau mencoba lagi. Apakah Game Mechanic-nya masih sama, atau sudah berubah.
Artikel 9 tahun yang lalu, day 699 erep: Sebuah Catatan Ekonomi
Sedangkan Law berikut ini yang agak rumit dan sedikit ribet, Law Taxes.
Ada 3 Tax yang bisa diatur oleh kongres, Work Tax, Import Tax, dan VAT (Value Added Tax).
Saya akan coba jabarkan satu-satu, start dari Work Tax.
Work Tax disini ada dua macam.
1. Work Tax sebagai pengurangan gaji (dalam bentuk pajak) yang harus dikeluarkan oleh seorang pegawai.
2. Work Tax sebagai pajak yang harus dikeluarkan seorang manager saat melakukan work as manager (WAM).
Hitungannya sedikit berbeda.
Untuk yang poin 1., % work tax dikalikan langsung ke gaji pegawai tersebut.
Untuk yang poin 2., % work tax dikalikan dengan average salary dari negara seorang citizen (bukan tempat holding nya).
Contoh untuk poin 1.
Work Tax di eIndonesia flat di angka 1% untuk semua produk.
Sehingga net salary yang diterima pegawai adalah 99% x Salary. 99% x 1.862,22 = 1.843,60 (seperti pada gambar)
Dan work tax sebesar 1% x 1.862,22 = 18,62 akan dibagikan ke negara citizen dan negara holding berada dengan pembagian 20:80.
20% x 18,62 = 3,724 ke negara citizen dan 80% x 18,62 = 14,896 ke negara holding berada.
Disini kita bisa lihat, bahwa negara hanya menerima 20% dari work tax. 80% nya masuk ke negara holding berada.
Disini kita harus dapat memahami bahwa, agar pemasukan negara bisa meningkat, GOV harus gencar untuk mengkampanyekan warga untuk membuat Holding (Food) di dalam negeri.
Dengan harapan, pemasukan negara dari Work Tax (WAM) bisa mencapai 100%.
Contoh untuk poin 2.
Average salary di eIndonesia sebesar 1.578,39.
Sehingga, setiap kita melakukan WAM di 1 company, kita harus membayar pajak sebesar 1% x 1.578,39 = 15,78.
Jika melakukan WAM di 10 Company ya tinggal kalikan 10.
WAM 10 company = 157.8, dst.
Sama dengan poin 1., 15,78 akan didistribusikan ke negara citizen dan negara holding dengan pembagian 20:80.
Semakin banyak holding di dalam negara, tentu saja semakin baik.
Akan tetapi, faktor resource sangat menentukan dari seorang manager untuk mendirikan holding.
Peluang eIndonesia saat ini hanya di sektor Food, itupun agar bisa bonus food 100%, kita masih harus bergantung ke region Tasmania milik eAus yang kadang-kadang lepas ke negara lain.
Sehingga, ini menjadi program wajib yang berkelanjutan untuk GOV dan Kongres untuk menjaga ketersediaan resource Food agar bonus resource di eIndonesia tetap 100%.
Mungkin kalau boleh meminjam istilah jaman dulu, Menjamin Ketersediaan Bonus Resource Food 100% adalah sebagai GBHN (Garis Besar Haluan Negara) eIndonesia.
Ada satu catatan terakhir tentang work tax yang nilai nya saat ini adalah flat 1% untuk semua produk.
Yang menjadi pertanyaan, adakah kemungkinan nilai work tax kita naikkan? Lebih dari 1%?
Saya mencoba melakukan sampling besaran nilai work tax dari negara-negara lain, adakah yang melebihi 1%.
Dan hasilnya .... NIHIL. Saya tidak menemukan satu pun negara yang besaran work tax nya lebih dari 1%.
Semua menggunakan pola, flat 1%.
Hal ini bisa dimaklumi, karena sekali sebuah negara menaikkan work tax lebih dari 1%, maka bisa berimbas pada biaya WAM yang meningkat.
Asumsikan saja, work tax Naik 1% ke 2%, itu artinya biaya WAM naik dua kali lipat.
Bisa-bisa, WAM malah rugi. Dan akhirnya orang-orang tidak mau melakukan WAM yang berimbas pada Negara tidak mendapat pemasukan pajak.
Sehingga tidak ada negara yang berani menaikkan work tax diatas 1%.
Kalau Work Tax berimbas ke berkurangnya pemasukan pegawai, dalam hal ini, sebagian gaji pegawai akan terkena potongan pajak,
maka Import Tax dan Value Added Tax (VAT) berimbas ke berkurangnya pemasukan Manager, dalam hal ini, sebagian pemasukan manager, dari hasil penjualan produk, akan terkena potongan pajak.
Penghitungan VAT bisa dikatakan berbarengan dengan penghitungan Import Tax.
Bedanya, Import Tax diberlakukan hanya saat kita menjual ke negara selain citizenship kita.
Misal kita menjual ke negara kita sendiri, maka pajak yang berlaku adalah VAT saja.
Akan tetapi apabila kita menjual ke negara lain, maka pajak yang berlaku adalah, VAT dari negara lain tersebut, ditambah Import Tax dari negara lain tersebut.
Saya akan kasih contoh satu persatu dari pemotongan pajak VAT saja (penjualan lokal) dan pemotongan pajak VAT + Import Tax (penjualan internasional).
Sedikit catatan, untuk dapat melakukan penjualan Internasional, kita membutuhkan lisensi ke suatu negara. Satu lisensi ke suatu negara membutuhkan biaya 20 G.
Saya akan contohkan penjualan House Q1 di eROC (kebetulan citizenship saya eROC), dan penjualan Internasional dari eROC ke eIndonesia.
VAT House di eROC: 1%
VAT House di eIndonesia : 1%
Import Tax di eIndonesia : 2%
Apabila saya menjual house Q1 dengan harga 10.000 (biar mudah perhitungannya) di eROC, maka:
Formula besarnya pajak VAT adalah: Harga market * %VAT / (100 + %VAT), dan hasil penjualan yang saya terima adalah Harga Market dikurangi Pajak VAT.
Kalo coba kita hitung, Pajak VAT nya adalah: 10.000 * 1 / (100 + 1) = 99,0099
Sedangkan formula besarnya pajak dari VAT dan Import Tax ketika saya menjual ke eIndonesia adalah: Harga market * (total %tax) / (100 + total %tax).
Total % tax untuk penjualan di eIndonesia adalah 3%, didapat dari VAT 1% dan Import Tax 2%.
Kalau kita hitung, maka pajak penjualan ke eIndonesia adalah: 10.000 * 3 / (100 + 3) = 291,2621
Angka perhitungan diatas adalah besar pajaknya. Besar hasil penjualan yang saya terima adalah:
Penjualan lokal di eROC: 10.000 - 99,0099 = 9.900,9901
Penjualan Internasional ke eIndonesia: 10.000 - 291,2621 = 9.708.7379
Dari sini bisa sedikit kita simpulkan, bahwa penjualan di pasar internasional (ke luar negeri melalui lisensi) itu akan mengurangi pendapatan manager dibandingkan ketika manager melakukan penjualan di pasar lokal.
Karena, default import tax adalah 1%.
Penjualan lokal hanya terkena pajak VAT dengan % VAT paling kecil adalah 1%.
Penjualan Internasional, terkena Pajak VAT negara tujuan plus Import Tax negara tujuan dengan % masing-masing paling kecil 1%, di total 2%.
Perlu di ingat, ini bukan berarti para manager akan melakukan penjualan lokal saja. Penjualan internasional, di market yang demand nya tinggi bisa jadi masih menguntungkan dibandingkan di jual di pasar lokal tapi demand nya rendah sehingga modal tidak bisa diputar. Dan modal tidak berputar itu bagi pengusaha adalah sebuah kerugian. Mending di jual di internasional tapi cepat laku dan modal bisa diputar kembali untuk gaji dan beli raw, daripada hanya jual di pasar lokal tapi tidak laku-laku.
Saya harap dari sini kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana cara kerja VAT dan Import Tax.
Nah... pertanyaan selanjutnya, seberapa besar harusnya % tax kita? (VAT dan import tax)
Sebelum kita jawab, kita coba cek negara-negara lain, bagaimana perlakuan % VAT dan % Import Tax nya.
Croatia, Turkey, Romania, USA, Portugal: All Flat 1%
Serbia: Import Tax all 99%, VAT all 1%
Dan banyak negara-negara lain yang bervariasi % VAT dan Import Tax nya, termasuk kita.
Saya akan start dulu dari 2 tipe Tax diatas.
Menurut saya, Serbia menerapkan kebijakan perlindungan yang ekstrim terhadap Produk Lokal.
Saya akan kasih contoh (kebetulan saya ada lisensi ke Serbia).
Penjualan House Q1 ke Serbia dengan harga market 10.000 akan terkena potongan pajak 5.000 !!!!!
Dengan memberlakukan all 99% Import Tax, Serbia tidak memberi kesempatan sedikitpun kepada Produk dari luar Serbia untuk masuk ke pasar lokal mereka.
Mereka sangat yakin, (mungkin karena sangat pede dengan jumlah player aktif mereka yang sangat banyak), mereka mampu menyuplai demand mereka dari pengusaha-pengusaha lokal.
Sedangkan kalau melihat jumlah player aktif kita saat ini, sepertinya sulit bagi kita untuk mengikuti kebijakan Serbia.
Mungkin kalau 10 tahun yang lalu, bisa jadi kita PeDe seperti Serbia, tapi kalau sekarang, kayaknya sulit.
Disisi lain, Croatia, Turkey, Romania, USA dan Portugal, memiliki kebijakan yang, semacam membuka sebesar-besarnya untuk pasar lokal dan internasional membanjiri market mereka dengan memberlakukan pajak All Flat 1%.
Perlu diingat, ketika All Flat 1%, terdapat selisih 1% (import tax) antara market lokal dan market internasional.
Sehingga kebijakan All Flat 1% bukan murni membuka sebesar-besarnya market untuk lokal dan internasional, tapi masih ada selisih 1 % antara lokal dan internasional.
Kebijakan ini juga bisa diartikan sebagai pemberi kemudahan kepada rakyat untuk mendapatkan harga yang semurah-murahnya.
Karena, dengan membuka market kepada dunia, maka supply kebutuhan tidak hanya lokal saja, tapi juga dari internasional, sehingga harga bisa bersaing.
Dari sisi pengguna (rakyat), akan mendapatkan keuntungan mendapat harga yang bersaing (murah), tanpa harus ribet menggunakan tiket terlebih dahulu untuk terbang ke tempat dimana ada barang yang terjangkau.
Dari sisi pengusaha lokal, tentu akan sedikit berat, karena persaingan semakin ketat.
Saya rasa, akan sulit untuk mengimplementasikan kebijakan yang akan menyenangkan semua pihak.
Tapi setidaknya, apabila kita akan mengimplementasikan sebuah kebijakan, kita memiliki dasar (alasan) untuk berpijak, tidak hanya sekedar iseng.
Sebelum kita coba rumuskan, sebenarnya ada indikator ekonomi lain yang menarik untuk dibaca sebagai dasar pertimbangan penarikan kebijakan.
Di My Country tab Economy, ada Tax Revenue (60 days)
Disitu dapat kita baca, dalam kurun waktu 60 hari, Pemasukan negara melalui treasury, di urut dari yang terbesar,
Pemasukan dari WAM sebesar 2.248.995 per 60 hari atau sekitar 37.483,25 per hari.
Pemasukan dari VAT sebesar 1.011.222 per 60 hari atau sekitar 16.853,7 per hari.
Pemasukan dari Work sebesar 571878 per 60 hari atau sekitar 9.555,1 per hari.
Pemasukan dari Import Tax sebesar 55.351 per 60 hari atau sekitar 922,51 per hari.
Total pemasukan dari 4 elemen diatas per hari adalah 64.814,56 per hari.
Disini kita bisa lihat, ternyata pemasukan dari VAT dan Impor Tax, sebenarnya tidak terlalu signifikan (kalau dibandingkan dengan pemasukan dari WAM dan work).
Padahal, law untuk WAM dan work, sudah tidak bisa di utak-utik lagi, harus 1% (baca penjelasan diatas).
Nah, yang akan kita rumuskan adalah VAT dan Impor Tax yang jumlahnya mungkin tidak terlalu signifikan.
Sehingga, untuk Impor Tax, membacanya bukan untuk mencari pemasukan (karena kecil sekali), tapi lebih ke arah, kebijakan untuk melindungi pengusaha lokal dengan mempertimbangkan ketersediaan barang di pasar. Kita tidak ingin, dengan Impor Tax tinggi, menyebabkan ketersediaan rendah karena supply lokal kita rendah, sehingga terjadi kelangkaan barang, yang akhirnya memaksa warga untuk beli di luar negeri (menggunakan tiket).
Jangan sampai ini terjadi.
Sedangkan Untuk VAT, saya pribadi lebih menyukai kebijakan untuk keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pengusaha, dengan menekan VAT ke 1%, dengan harapan pengusaha bisa memutar modal mereka lebih cepat, tanpa harus dihambat oleh potongan pajak yang besarnya tidak terlalu signifikan.
Saya akan sedikit jabarkan letak tidak terlalu signifikan nya besaran pajak VAT di perhitungan berikut.
kita bisa lihat berapa besar % VAT dari masing-masing produk.
Food 3%, Weapon 2%, Aircraft Weapon 3%, Moving Tiket 1%, House 1%.
Asumsi kasar, weapon paling besar sumbangsih nya ke pemasukan VAT, anggaplah 3 kali dibanding yang lain.
Food dan House, anggaplah, sumbangsihnysa sama ke pemasukan VAT.
Aircraft weapon dan moving tiket kita anggap tidak sifnifikan ke VAT.
Kalau kita total % nya, Food 3%, 3x Weapon 3 x 2% = 6%, dan house 1%, total % adalah 10%.
Kalau kita ganti semua menjadi 1%, maka, Food 1%, 3 x weapon 3 x 1%, dan house 1%, total % adalah 5%.
Apabila 10% VAT saat ini menghasilkan 16.853,7 per hari, maka
jika kita ubah semua VAT menjadi 1%, pemasukan kita akan turun 50% (dari 10% VAT ke 5% VAT), sekitar 8.426,85 per hari.
Sehingga pemasukan negara yang per hari 64.814,56 per hari, akan menjadi sekitar 56.387,71.
Kalau saya disuruh memilih negara mendapatkan pemasukan sekitar 64k per hari tapi pengusaha tercekik, dibandingkan dengan negara mendapatkan pemasukan 56k per hari, tapi pengusaha bisa memutar modal dengan cepat dan dengan harapan usaha mereka berkembang yang imbasnya juga akan menaikkan VAT juga secara jangka panjang.
Maka saya akan lebih memilih yang 56k per hari dengan mengubah VAT ke 1%.
Dengan ini, kita akan berkiblat ke negara-negara Croatia, Turkey, Romania, USA dan Portugal.
Kalau saya boleh ngasih nama, ini semacam kebijakan Ekonomi Liberal.
😃
Tentu saja teman-teman kongres bisa jadi memiliki pendapat sendiri.
Monggo, silahkan dirundingkan, artikel ini juga saya niatkan sebagai fasilitator kongres, kalau memang mau berdiskusi, monggo komen di kolom komen.
Sekian Economy 101, Terima Kasih.
Another disclaimer:
Along with this article, I have decided to back on 2-click mode.
Some RL stuff needs to be taking care off, and I don't think I can spend more time to play this game anymore.
This Economic 101 are intended to be my Last Legacy for eRepindo.
I'm not sure whether that I will Come Back Again to the game Like I just did in this 3-4 Months.
It's Hard and Sad to say goodbye "again" to eRepublik.
But life must go on.
tapi selama ia tidak menulis,
ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Pramoedya Ananta Toer
----
About me ini tidak berubah, sejak dulu, sampai kini.
----
Comments
Pertamaxxx
Jangan naekin work tax, sehari aja saya bayar work tax buat wam lebih dari 5k idr, itu lebih dari 10% wam tax indo ane doang yg bayar, wekekekeke..
Coba ada law minta diskon pajak ya wkwkwkwk
Gila punya 500 pabrik ya? 😮
Belum sebanyak itu kok om 😛
punya pabrik sebanyak itu pangsa pasarnya hrs gede banget, tapi ngliat market kayaknya nggak byk transaksi. jualan lewat black market?
Ngga, ada kok di market, biasanya murah meriah jadi cepet abis..
Semoga cepat selesai dan dilancarkan urusan rl nya ya om...
RL first, that our first principles
Artikel yang amat mencerahkan
harusnya cong dan gov ini berfikir makro.. jangan dikit2 recehan..
work tax dan vat itu harus 1%.. kenapa? loe hitung sendiri lah..
Nah itu dia.. kata2 manis mereka dgn mau beri subsidi ke masyarakat yg ternyata ujungnya utk menjebak dgn pajak tinggi. Gubraaak... 😃 😛
btw vinus ngerti gak tentang pajak ? atau cuman nyinyir tanpa bisa ngitungnya ? om kaito udh suruh itung loh... wekekek
Gue bingung dengan kalimat vinus, wekekeke..
[removed]
Oh iya.. lupa kalau aku udah bebas dan ngga ada beban utk berusaha nambah nilai treasury. 🙂
saya tertarik ada istilah dari Mr.Vinus, "beban untuk berusaha nambah nilai treasury".
beban ini dari mana?
pertimbangan apa ingin nambah-nambah nilai treasury?
ada rencana besar apa?
atau hanya sekedar iseng?
iseng saja lah, nambah2i treasury, dengan cara memeras para pengusaha.
mari kita baku hantam 😛
Hantam baku kita mari 😁
Amanah kalau menangnya dapat maunya masyarakatmasyarakat.
Nongkrong dulu di koran bermutu
Gw cuman pengen tau aja, brapa banyak anggota cong yang baca artikel ini dan berapa banyak yang ngerti atau ikut nanggapi?
blom ada kayaknya.. terlalu berat utk dicerna
tl;dr
1. NBeI memang tidak dikosongkan dan tidak dipenuhkan, karena NBeI dipegang user. dan sekarang ada dana mengendap sebanyak 1,2 diluar anggaran yang diperlukan sama gov. itu bisa jadi buffer 2 hari kalau lg war besar.
2. Work Tax di setnya untuk seluruh produk, ga bisa per produk. alasan kenapa kemarin turun dari 2% ke 1% karna untuk menyelamatkan FRM company Q1-Q3. dengan Work Tax 2% ketiga company tersebut ga akan BEP seumur hidup. bukan ngikutin pola luar negeri. dengan Work Tax 1% pun Company FRM q1 tetap tidak akan BEP.
3. Untuk perhitungan Asumsi pemasukan, bisa dilihat dari GDP per hari, udh ada statistiknya, food masih dominan di +- 100k / hari. disusul sama house untuk saat ini. weapon ke 3 terbanyak produksi di indo
4. perhitungan rataan pemasukan pajak juga keliru, belum di kurang cities subsidy. dimana duitnya ilang ke resident dan belum bisa di kelola sama negara.
tambahan untuk point 4. selain belum dikurang city subsidies, belum juga ditambah sama tax return. tapi angka 64k saya kira keliru.
1. Saya sepakat dengan poin 1, teknisnya seperti apa, bebas.
2. Saya baru tahu bahwa work tax baru saja turun 2 bulan yang lalu. Padahal, seperti yang saya sebutkan di artikel ini, work tax wajib hukumnya 1%, saya ndak tahu kenapa bisa 2%.
3. Untuk GDP, kenapa tabel nya tidak saya pakai, karena menurut saya masih kurang jelas. Di Wiki ditulis GDP adalah Manufactured Goods * average price. Yang dimaksud manufactured goods itu barang terproduksi, atau terjadi transaksi jual beli. Karena kalau itu adalah barang terproduksi, tidak ada hubungannya dengan tax. Yang ada hubungannya dengan VAT dan import tax itu adalah transaksi jual beli nya.
4. Diatas adalah perhitungan pemasukan (yang besar2 saja), dan memang, tidak memasukkan unsur pengeluaran, karena cuma ingin menunjukkan selisih pemasukan tidak terlalu jauh antara VAT sekarang dan VAT 1%.
Tapi kalau memang mau detail, tabel diatas cukup jelas, itu adalah semua pemasukan dan pengeluaran dari Treasury. Mari kita jumlahkan:
Total Pemasukan:2248995+1206036+1011222+573036+55351+52402+873 = 5.147.915
Total Pengeluaran:394101+660875 = 1.054.976
Pemasukan - Pengeluaran = 4.092.939
Ingat, ini adalah data 60 hari, artinya, per bulan dibagi 2, sehingga pemasukan treasury per bulan adalah 2.046.469,5
Bagaimana kalau VAT diganti 1% semua? maka elemen pemasukan dari VAT yakni 1011222 dibagi 2 (turun 50% karena VAT diganti 1😵 menjadi 505611
Total Pemasukan:2248995+1206036+505611+573036+55351+52402+873 = 4.642.304
Total Pengeluaran:394101+660875 = 1.054.976
Pemasukan - Pengeluaran = 3.587.328
Per 30 hari dibagi 2, menjadi 1.793.664
Per bulan, dengan kondisi VAT 1%, kita masih akan surplus 1.7m
Dengan kondisi VAT yang sekarang, kita akan surplus 2m
Biaya Konsesi kita, 500k
Dari pilihan diatas, VAT sekarang, ataupun VAT 1%, kita masih akan surplus.
Pertanyaan menjadi, apa kita tega, memeras para pengusaha, padahal kondisinya sama-sama surplus, VAT sekarang, ataupun VAT 1%.
Secara umum, saya sepakat dengan Kaitou.Kid
VAT itu receh, efeknya kecil ke treasury, angkanya kecil, tapi bagi pengusaha efeknya besar, margin nya terasa.
treasury donation ga bisa dijadiin acuan pemasukan dari pajak, karena nyampur semua disana, ada tax return, ada fee tw, ada penalty tw, dll. perhitungan pajak nya harus di ambil dari page economy poland + negara yang pernah tw di region kita.
negara pasti mendapat pemasukan. entah itu kita set 1% semua pajak ataupun sebaliknya. tanpa diurus pun treasury pasti akan menambah selama negara tsb citizen nya aktif. pengeluaran negara pun tidak hanya resource fee, ada juga program lain yang ingin dijalankan oleh pihak gov. disini yang akan diseimbangkan dengan pemasukan yang besar diharap bisa di kembalikan ke masyarakat untuk mencapai tujuan negara. (perkuat fire power entah di land atau di air), perkuat jaringan internasional, dll.
Selama ini kami di gov + cong berkomitmen bahwa pengeluaran < pendapatan. atau pengeluaran = pendapatan kecuali dalam keadaan darurat (war)
dan kalau kita persentasekan dari 100 % pemasukan, komposisinya :
Work Tax 43,687 %
Donation 23,428 %
VAT (10😵 19,643 %
Work 11,131 %
Import Tax 1,075 %
Medals 1,018 %
Singapore 0,017%
VAT menyumbang +- 20% income negara, dan kalau disebut receh atau efeknya kecil ke treasury kayanya kurang pas. 1/5 dari pendapatan indo saat ini dari VAT. Itu pun masih dimasukkan treasury donation dimana sifatnya insidentil (tidak berkala). persentase pemasukan dari VAT bisa lebih besar kalau treasury donation dihilangkan.
Oke, saya sepakat dengan treasury donation harusnya dikeluarkan dalam perhitungan.
Atau bahkan lebih ekstrem, bagaimana kalau perhitungan VAT kita keluarkan sekalian. Kita asumsikan VAT nya 0%. (walau faktanya tidak mungkin VAT 0%, VAT terkecil adalah 1😵. Disini kita coba lihat, berapa sebenarnya pemasukan kita tanpa VAT.
Maka perhitungan yang sudah saya lakukan, akan saya kurangi dengan Treasury dan VAT.
Mari kita hitung:
Total Pemasukan = 5.147.915 - 1.206.036 (treasury donation) - 1.011.222 (VAT) = 2.930.657
Total Pengeluaran = 1.054.976
Pemasukan - Pengeluaran = 1.875.681
Ini adalah surplus per 60 hari (tanpa treasury donation dan tanpa VAT).
Sekarang kita coba analisa elemen pengeluaran. Kita coba analisa LPJ Gov 2 bulan terakhir, karena datanya cukup lengkap disana.
LPJ April-Mei https://www.erepublik.com/en/article/lpj-april-mei-2696420/1/20
LPJ Mei-Juni https://www.erepublik.com/en/article/lpj-mei-juni-2698397/1/20
Kita start dari konsesi dulu.
Di LPJ April disebutkan, kita malah dapat pengembalian 95k karena secara game mech, kita sudah membayar lebih dari kesepakatan.
Di LPJ Mei disebutkan, kita mengeluarkan, 4k kekurangan dari kesepakatan.
Artinya, selama 2 bulan, boleh dikatakan, kita tidak mengeluarkan uang sama sekali dari treasury, karena secara game mech, sudah terbayar. (dan elemen konsesi sudah di masukkan di elemen pengeluaran di perhitungan).
Kemudian kita hitung, berapa pengeluran GOV
Bulan April: MoD 134k, MoE 140k, Gaji GOV 150k, Total = 424k
Bulan Mei: MoIA 86.5k, Konsesi 4k, Gaji GOV 180k, Total = 270.5k
(saya coba baca berkali-kali, LPJ mei, hanya menemukan 1 pengeluaran, mungkin bisa di check ulang, nanti kita koreksi kalo ada kekurang telitian pembacaan).
Dari 2 bulan tersebut, pengeluran GOV total 694.500
Pemasukan Treasury selama 60 hari dikurangi treasury donation dan dikurangi VAT (VAT di asumsikan 0😵 adalah 1.875.681
Sehingga, selama 2 bulan kepengurusan GOV kemarin, negara masih surplus sebesar 1.875.681-694.500 = 1.181.181
Ingat, surplus diatas adalah asumsi VAT 0%.
Dengan VAT 0% saja, treasury kita sudah surplus, 1.1m dalam dua bulan.
Apalagi kalau VAT 1%.
Sehingga, pertanyaan yang sama muncul, Kenapa memaksakan VAT diatas 1%, apabila VAT 0% saja sudah cukup memenuhi kesepakatan GOV dan CONG agar pengeluaran < pendapatan.
saya kasih data rapbn yang diajukan gov april & mei.
April : https://imgur.com/2nX4CJs
Mei : https://imgur.com/L5eNRSj
dapat dilihat, target pemasukan dari gov adalah 900 k cc tiap bulannya. karna perhitungan gov tidak mendetail seperti om maling,hanya memakai rataan per hari. dan real nya, pemasukan negara ternyata melebihi dari yang di targetkan oleh gov.
rapbn bulan juni lebih mendetail, dengan target pemasukan dari pajak sebesar 1,6 M cc. (untuk lengkapnya bisa pm)
dalam mengapprove anggaran, bukan hanya pengeluaran yang cong liat, tp berapa hitungan pemasukan yang di targetkan gov. kalau gov nya pesimis dan memasang pemasukan rendah ya itu jadi batas gov tsb untuk menggunakan anggarannya (program ga banyak).
mungkin dengan artikel ini gov kedepan bisa membuat rapbn lebih detail, terutama diperhitungan pemasukan negara.
Di negara yg resource nya lengkap malah pada pake 1%,
betul bahwa menaikkan pajak tidak selalu berarti menaikkan pendapatan negara dlm jangka panjang
karna negara yang resourcenya lengkap ga ada beban pengeluaran untuk sewa resource. beda sama kita, untuk bisa resource lengkap, saat ini harus nyewa resource ke australia, dan ada pengeluaran untuk itu. saat ini masih berimbang dimana negara masih menghasilkan pemasukan dan bisa dipake untuk program + bisa nabung, rakyat juga dapet penghasilan dari penjualan produk. walau profit nya ga maksimal tapi ga minimal sesuai modal yang dikeluarin.
oh ya maaf saya ga tau nominal sewanya berapa jadi ga punya gambaran,
terimakasih sudah diberi penjelasan
Mudah-mudahan cepet kelar urusan RLnya dengan lancar bro. 🙂
Tengkyu m0.
"Along with this article, I have decided to back on 2-click mode.
Some RL stuff needs to be taking care off, and I don't think I can spend more time to play this game anymore."
Santai aja main eRep-nya, om.
Saya saja sdh berulang kali masuk Goa / hibernation / deep freeze mode.
Malah sampai skrg belum punya Koran, ha ha ha.
ntaps, makasih om pembahasannya bisa belajar lebih banyak lagi, walaupun ada beberapa hal yang perlu di cerna lebih dalam lagi wkwk
turunkan VAT, naikan import tax
Vote yes
XD
Rinci dan details , mirip seorang guru/ dosen memberikan materi ke anak didiknya .
Artikel yg Bagus
Hhmm.. tajam banget tapi sopan nich... 🙂
Semoga segera kelar RLnya bro
Kalo ada yg turun maka ada yg naik, kalo ada yg disewa maka ada yg disewakan, semua dunia gk bisa digapai cukup jadi 1 spesial.
@-@!
Moga lancar urusan RL na bro ,...
Jadi lebih paham tentang ekonomi di erep, thansk om Maling
“Orang boleh pandai setinggi langit,
tapi selama ia tidak menulis,
ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah...." Sekarang orang lebih rajin nge-Vlog atau bikin insta story Om 😛
mantap kali analisanya kak. 🙂