HIKAYAT KADIROEN (6)

Day 2,976, 16:58 Published in Indonesia Colombia by kerikil

selamat pagi para pembaca sekalian, ditengah berkecamuknya perang antara mamarika dan indonesia, tak ada salahnya kita bernostalgia membaca cerbung hikayat kadiroen, selamat menikmati karya lawas dari seorang tokoh masa lalu.

"HIKAYAT KADIROEN"
KARYA : SEMAOEN


ceritera ini akan di update sampai tamat inshaALLAH setiap 2 hari sekali.

...Di akhirat nanti pasti tidak akan memberi tempat yang baik jika hamba berdusta.
Begitulah keterangan Soekoer, meski orang menyiksanya, tetapi total, teguh pendiriannya. Tuan Asisten Wedono menjadi amat marah. Bayangkan, ia seorang Asisten Wedono yang sangat berkuasa, tetapi ia tidak bisa menaklukkan seorang pencuri yang berdasarkan fakta dan bukti-bukti yang dipercayainya, dialah pencurinya. Ya, manusia mana yang dapat menaklukkan jiwa manusia yang teguh dan baik hatinya dan hanya mau takluk kepada ketentuan Tuhan Allah, yakni Tuhan raja dari semua kebaikan dan ketetapan. Meski dia adalah seorang raja sekalipun. Inilah letak kebodohan Tuan Asisten Wedono yang tidak mau tahu. Ia kira bisa menaklukkan hatinya Soekoer. Manusia bisa membengkokkan besi, tetapi mustahil bisa membengkokkan jiwa yang teguh imannya. Tuan Asistan Wedono yang bodoh telah menyiksa Soekoer habis-habisan, tetapi ia tetap tidak bergeming. Memang, menurut peraturan, seorang polisi tidak boleh menyiksa terdakwa. Adapun perbuatan Asisten Wedono jelas melanggar peraturan dan ia bisa dituntut. Tetapi apalah artinya peraturan? Peraturan manusia hanya mungkin dijalankan oleh manusia yang baik, yakni manusia-manusia yang mau menghormati dan menjalankan peraturan yang baik sebagaimana dikehendaki Tuhan Allah. Tetapi peraturan yang baik bagi orang bejat tentu tidak akan dijalankan sebagaimana mestinya jikalau si bejat itu tidak diawasi perbuatannya. Tetapi siapa yang akan mengawasi perbuatan Asisten Wedono, seorang pejabat tinggi yang mestinya menjalankan peraturan-peraturan negeri. Sedangkan perbuatannya tidak diawasi oleh atasannya. Sementara yang bisa mengawasi perbuatanya hanya orang-orang yang ada di bawahnya, orang-orang yang ia perintah, orang-orang kecil dan lain-lain. Tetapi orang-orang ini tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang ia sangat susah jika akan mengadukannya pada para pembesar. Apalagi sesudah ia mengadukan, kalau tidak sedang bernasib baik, ia akan difitnah yang bisa-bisa mencelakakan dirinya. Hal-hal yang serupa ini, umumnya di seantero dunia, sering terjadi di dalam negeri yang rakyatnya tidak mempunyai kekuatan untuk turut memerintah negerinya sendiri. Sebaliknya, jika peraturan bikinan manusia yang bejat, tentulah peraturan serupa itu hanya dijalankan oleh manusia-manusia yang bejat pula. Tetapi jelas akan mendapat tantangan dari manusia-manusia yang baik. Ironisnya, si baik yang melawan – yang selalu ingin tetap berada dan ingin menjalankan ketentuan peraturan-peraturan Tuhan Allah – ini justru sering menjadi korbannya.
Itulah sebabnya, tidak mengherankan jika Tuan Asisten Wedono yang bejat dengan gampang menyiksa Soekoer. Memang sudah sangat sering terjadi di tanah Jawa (negeri ini) seorang terdakwa mengaku berbuat salah di muka polisi hanya karena tidak tahan disiksa, tetapi di muka pengadilan ia sering mungkir atau mencabut pengakuannya. Dan ia menjelaskan pengakuan itu ia buat semata karena ia hanya tidak ingin disiksa. Inilah yang membikin kusutnya perkara sebab akan semakin susah membuktikan apakah seorang terdakwa itu benar-benar bersalah atau tidak.
Kadiroen memikirkan hal ini dengan panjang lebar. Kadiroen menyaksikan sendiri bagaimana Soekoer tetap mungkir. Maka ia yakin orang macam Soekoer memang selalu ingat kepada Tuhan Allah, jadi ia selalu ingat kepada kebaikan. Mana mungkin ia berbuat dosa mencuri ayam. Kadiroen yakin, di balik perkara ini banyak hal yang ganjil. Itulah yang mendorong niat Kadiroen bertambah kuat untuk menyelesaikan masalah Soekoer. Selain itu, makin bertambah kuat pula niat Kadiroen untuk menegakkan keadilan bagi semua manusia. Besar maupun kecil.
Jam sembilan malam. Dengan pakaian serba hitam, Kadiroen berangkat sendirian. Ia membawa beberapa tali untuk mengikat beberapa orang. Dengan satu revolver dan beberapa peralatan lainnya, pergilah Kadiroen ke rumah Soeket. Ia bersembunyi, tidak kelihatan orang. Menunggu pencuri kerbau yang akan mengambil uang tebusan sebesar f.25,-. Ia diam, bersembunyi, sambil terus mengawasi, persis seperti pencuri. Pada saat itu, ia ingat petuah-petuah Tuan Asisten Wedono yang bodoh itu: "Pencuri harus ditangkap oleh pencuri lain." Tetapi Kadiroen merasa dirinya bukan pencuri. Itulah sebabnya ia menjalankan pepatah Tuan Asisten Wedono dengan membikin pepatah sendiri. "Pencuri harus ditangkap dengan cara pencuri." Untuk menangkap orang bejat mesti dipakai polisi baik. Bukan orang bejat yang harus menangkap orang bejat lainnya. Sebab aturan yang serupa ini sering menimbulkan hal-hal yang lebih bejat lagi.
Kira-kira jam sepuluh Kadiroen melihat ada seorang mengambil uang tebusan itu. Sesudah mengambil langsung ngeloyor pergi. Kadiroen menguntit orang itu dari belakang, ke mana pun perginya. Akhirnya ia tahu, orang itu masuk ke dalam rumah penjudi kemarin. Kadiroen mengetahui juga yang ada di dalam rumah itu, ada dua orang laki-laki lain dan seorang perempuan. Istrinya pencuri kerbau itu. Tidak berapa lama, dua orang lelaki itu disuruh pencuri pertama untuk mengambil kerbaunya Soeket sehingga ia tinggal sendirian dengan bininya. Kadiroen berpikir. "Nah, kini dua orang pergi. Dan kerbaunya Soeket akan dibawa kemari." Inilah saat yang tepat untuk menangkap kepala pencuri yang sedang sendirian itu. Perkara perempuan, istri pencuri itu, tidak masuk hitunganku. Dengan pikiran semacam itu, ia langsung masuk ke rumah pencuri itu. Tetapi pencuri yang berbadan besar dan kuat itu bertindak cepat juga. Demi melihat Kadiroen, ia langsung meloncat dari tempat duduknya, menabrak Kadiroen sehingga Kadiroen tidak sempat menggunakan revolvernya. Si pencuri seraya berkata dengan murka. Ia marah seperti raksasa.
"Hai, saya tahu kau Mantri Polisi baru. Sekarang kubunuh kau." Kadiroen dengan cepat menghindar ke kanan sehingga tidak tertabrak pencuri. Tetapi Kadiroen segera dipegang pencuri itu sehingga terjadi adu gulat yang ramai antara antara pemuda yang berbadan kuat dengan seorang pencuri besar dan berbadan besar dan kuat juga. Mereka berdua bergantian saling menindih dan gulatnya amat cepat. Istri pencuri itu menjadi ketakutan, ia lari keluar. Kadiroen ingat yang ia kerjakan kali ini adalah perbuatan yang baik. Pada saat itu ia merasa memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia bisa sangat lama menindih pencuri itu. Namun Kadiroen juga telah mengetahui dua orang yang disuruh mengambil kerbau itu sudah datang. Yang seorang mengambil kayu galih asam, segera masuk ke rumah, hendak memukul Kadiroen, guna membantu sahabatnya yang tertindih Kadiroen. Kadiroen pura-pura tidak tahu apa-apa. Tetapi pada saat pukulan itu hendak menimpa dirinya, dengan cepat ia meloncat, meninggalkan pencuri yang ia tindih sehingga pukulan yang seharusnya buat dia itu jatuh tepat mengenai kepala pencuri, musuhnya, sampai pingsan. Musuh Kadiroen kini tinggal dua orang. Dengan cepat ia menarik revolvernya. Sambil mengancam dua musuh itu, ia berkata:
“Awas, diam, jangan bergerak. Sebab kalau nekat, akan kutembak kau.” Kedua musuh itu lalu diam. Yang satu dilempari tali oleh Kadiroen, disuruh mengikat pencuri yang sedang pingsan serta satu pencuri lainnya. Habis itu, maka Kadiroen mengikat sendiri pencuri nomor dua itu sehingga Kadiroen dengan gagah berani sudah berhasil menangkap ketiga pencuri yang sangat berbahaya. Sungguh sangat mengherankan. Kadiroen menang karena ia didasari oleh keberanian, keteguhan hati serta cepatnya ia bertindak yang terbawa karena keberanian dan keteguhannya itu.
Maka uang f.25,- itu kembali ke tangan Kadiroen. Sehabis mengatur semuanya yang ada di situ, ia dengan berbagai cara berusaha membangunkan pencuri yang pingsan. Akhirnya ia berhasil juga. Kadiroen segara bertanya nama pencuri yang baru saja siuman dari pingsannya. Namun betapa terkejutnya hati Kadiroen ketika mendengar jawabannya:
“Nama saya Soekari!”
Sekarang ternyata Kadiroen sudah dapat berhasil menangkap mata-mata yang amat dipercaya oleh Tuan Asisten Wedono. Kadiroen menjadi bertambah heran ketika yang dua lainnya memberikan pengakuan; namanya Durachim dan Nojo. Kedua-duanya menjadi saksi dalam perkara "pencurian" ayam si Soekoer. Segera Kadiroen yakin, ketiga orang ini ikut berdosa dalam perkara Soekoer tersebut. Tetapi Kadiroen menjadi khawatir, jangan-jangan ketiga pencuri itu tidak akan mau memberi keterangan tentang hal ini kalau tidak diusahakan suatu hal yang halus. Oleh karena itu ia memanggil istri Soekari dan berkata pada Soekari:
"Hai Soekari, lihatlah binimu ini. Saya tahu, kamu sangat mencintai binimu. Oleh karena itu, jangan sekali-kali mungkir kalau saya tanya, agar kamu tidak mendapat hukuman yang terberat. Dan supaya kamu lekas keluar dari bui, guna meneruskan perkawinanmu dengan binimu."
Soekari menjadi takut kepada Kadiroen sebab ia tahu Kadiroen sangat cerdik, pemberani dan kuat. Ia berjanji akan berterus terang, tidak akan berdusta. Lalu Kadiroen berkata lagi:
“Lihatlah, binimu, tampak susah. Apa kamu tidak kasihan?”
"Saya Tuanku!" Kata Soekari.
“Nah, ingatlah. Pada saat ini bini Soekoer juga sedang dalam kesusahan. Ia sangat berduka. Apa kamu juga tidak kasihan pada bini Soekoer yang didakwa mencuri ayam? Dan juga apa kamu tidak kasihan pada Soekoer yang terdakwa?”
“O, ya Tuanku, sekarang saya merasa, semua itu karena dosa saya. Berilah saya petuah, supaya hati saya menjadi tenteram dan bisa bertobat!”
"Baik, sebelum aku memberikan petuah padamu, ceritakan terlebih dahulu perihal Soekoer!"
Di sini Soekari menjelaskan bahwa dahulu ia sangat membenci Soekoer sebab Soekoer tidak pernah mau memberi uang kepadanya setiap kali ia memintanya. Katanya ia tidak punya. Karena itu, maka Soekari berusaha mencelakakan Soekoer. Waktu Tuan Asisten Wedono sanggup memberi uang f.25,- maka Soekari sangat ingin mendapat uang itu. Dan dia sudah membikin saksi-saksi palsu, yaitu Doerachim dan Nojo, buat menuduh Soekoer sebagai pencuri ayam Tuan Administratur. Sedang bulu-bulu ayam itu, ia ambil dari ayam lain. Dengan cara itu, ia bisa mencelakakan Soekoer sekaligus mendapat uang f.25,-. Cerita Soekari itu dibenarkan oleh Doerachim dan Nojo. Sekarang nyatalah bahwa Tuan Asisten Wedono berbuat kekeliruan sebab mau menangkap pencuri dengan pencuri lain. Sesudah perkara ini menjadi jelas, maka ketiganya bersedia menceritakan perkara itu pada Asisten Wedono supaya Soekoer bisa dilepaskan dari dakwaannya. Sehabis itu, Soekari juga mengaku bahwa dirinya adalah pencuri kerbau Soeket. Lalu Kadiroen berkata:
"Nah, kamu bertiga, ingatlah. Kamu sudah berbuat dosa, sedang menurut peraturan negeri, maka tidak boleh tidak, tentulah kamu harus mendapatkan hukuman. Mengingat kamu sudah berterus terang, tentu hukumanmu bisa diringankan tetapi carilah ketenteraman hatimu sendiri dengan cara bertobat pada Tuhan Allah, percayalah kepada Tuhan Allah dan berbuat baiklah serta tinggalkanlah tingkah lakumu yang sudah-sudah. Dan kalau kamu menurut perintahku, kamu bertiga akan bisa menjadi orang baik sehingga hati dan pikiranmu akan menjaali tenteram."
Petuah-petuah Kadiroen ini merasuk betul dalam hati sanubari ketiga orang yang berbuat jahat itu. Dan akhirnya menjadi kenyataan, sebab sepuluh tahun kemudian, ketiganya telah menjadi orang baik.
Jam lima pagi esoknya. Kadiroen membawa ketiga pencuri itu ke rumah Asisten Wedono. Tetapi di tengah jalan mereka mampir ke rumah Soeket untuk mengembalikan kerbaunya. Dan berkata pada Soeket, bahwa hutangnya yang f.25,- tidak usah dikembalikan sebab uang itu telah dikembalikan oleh pencurinya kepada Kadiroen. Wah, sungguh Soeket bersama anak istrinya menjadi sangat gembira. Ia berkali-kali mengucapkan terima kasih pada Kadiroen, tetapi Kadiroen malah menjawab:
"Baiklah, ucapan terima kasihmu itu kusampaikan saja pada Tuhan Allah. Sebab saya hanya perantara saja untuk membantumu."
Karena teramat gembiranya, istri dan anak Soeket yang sedang sakit menjadi lekas sembuh. Sungguh, perbuatan yang keluar dari niat suci selamanya akan berubah kebaikan. Habis menyelesaikan masalah Soeket, Kadiroen mampir lagi untuk melihat perangkap garangan yang dipasangnya kemarin. Maka senanglah ia sebab garangan yang dimaksud telah masuk perangkap. Jadi, pencuri ayam alias garangan itu juga sudah bisa ditangkap oleh Kadiroen. Sedang ayam biru yang sudah mati dan tinggal bangkainya itu ia bawa sekalian untuk barang bukti.
“Jadi pencuri saya punya ayam sudah tertangkap? Dan ayam saya sudah habis dimakan?" Begitulah Nyonya Administratur bertanya pada Asisten Wedono jam delapan pagi-pagi. Pada saat itu Nyonya dan Tuan Administratur mampir ke rumah Tuan Asisten Wedono. Setelah itu akan langsung pergi ke kota. Tuan Asisten Wedono menjadi sangat bangga sambil memperkenalkan Soekoer yang amat lemah badannya, sangat pucat wajahnya. Karena sudah 24 jam belum mendapat makan dan minum. Pada saat itu Tuan Asisten Wedono berkata
"Ini Nyonya, pencurinya. Tetapi sampai saat ini ia belum juga mau mengaku.”
Lalu Tuan Asisten Wedono menceritakan duduk perkarannya, siapa saksi-saksinya dan sebagainya. Tetapi Tuan Asisten tidak menceritakan perihal mata-mata yang memberikan petunjuk itu sebab Tuan Asisten Wedono berharap supaya dikatakan cerdik. Akan halnya Soekoer yang disiksa, itu pun sama sekali tidak ia katakan. Ketika Nyonya melihat Soekoer yang tampak lemas badannya, ia berkata:
"Kasihan! Betulkah ia pencurinya. Tetapi ia tampak begitu lembek dan pucat seperti sakit. Sungguh kasihan!" begitulah kata Nyonya.
Sebagaimana semua perempuan, Nyonya lebih mengedepankan perasaan terlebih dahulu, barulah ia berpikir. Sebaliknya, seorang laki-laki sering berpikir lebih dahulu, sesudah itu baru mengungkapkan perasaannya. Seorang laki-laki dalam hal mengungkapkan perasaannya, tidak bisa sedemikian cepat dan halus sebagaimana perempuan.
"Ya, toh itu orang salah dan mesti dihukum!" kata Tuan Administratur.
“Nou, Asisten, kamu ada pintar dan ada cepat ini perkara. Nanti di kota, saya akan menceritakan hal ini pada tuan-tuan pembesar."
Baru saja Tuan Administratur berkata yang demikian Kadiroen datang di pendopo, bersama ketiga pencuri yang telah berhasil ia tangkap, serta dengan garangan dan bangkai ayam. Ia mengambil kartu judi dan nomer-nomer seri lima buah lembar uang kertas f.5,- dan ia cocokkan dengan angka-angka seri uang kertas yang dicatat oleh opas hari kemarin. Semua itu akan ditunjukkan sebagai barang bukti.
Melihat orang-orang itu, bangkai ayam, garangan, serta kartu judi yang dibawa Kadiroen, Nyonya dan Tuan Administratur, dan juga Asisten Wedono menjadi heran. Ketiganya meminta supaya Kadiroen menjelaskannya, serta apa maksud dari barang-barang itu semua. Kadiroen menjelaskan semua itu apa adanya. Hanya saja, Kadiroen tidak suka menceritakan perihal Tuan Asisten Wedono yang sudah menyiksa Soekoer sebab ia tidak suka membuka aib Tuan Asisten Wedono kalau tidak ada perlunya. Salah satu dari ketiga pencuri itu juga mengakuinya. Sedang Soekoer yang tidak berdosa dilepaskan dari tahanan.
Tuan dan Nyonya Administratur sangat gembira melihat keberhasilan Kadiroen sebab masih begitu muda, sudah sangat cerdik dan pemberani. Sedang Tuan Asisten Wedono menjadi amat malu.

Bersambung...

sampai jumpa 2 hari kedepan..
terimakasih