HIKAYAT KADIROEN (4)

Day 2,972, 14:58 Published in Indonesia Colombia by kerikil

selamat pagi para pembaca sekalian, ditengah berkecamuknya perang antara mamarika dan indonesia, tak ada salahnya kita bernostalgia membaca cerbung hikayat kadiroen, selamat menikmati karya lawas dari seorang tokoh masa lalu.

"HIKAYAT KADIROEN"
KARYA : SEMAOEN


ceritera ini akan di update sampai tamat inshaALLAH setiap 2 hari sekali.

Dari mana ia bisa dapat uang sebanyak itu? Ia ingin keluar untuk berunding dengan pencuri itu. Tetapi ia tidak berani, sebab ia tidak tahu berapa berapa besar kekuatan yang ada di luar. Ia memberanikan bertanya, namun di luar keburu sunyi, Soeket tak mendapatkan jawaban apa-apa. Ia menjadi amat takut dan berjanji untuk tidak melaporkan masalah ini pada polisi.
Sesosok badan yang besar dan tampak kuat, berpakaian serba hitam dan tampak meninggalkan rumah Soeket, dengan perlahan-lahan, sehingga langkah-langkah kakinya tak terdengar sedikit pun. Ia berjalan menuju jalan raya. Tetapi tanpa sepengetahuan dirinya, menguntit di belakangnya seorang yang berperawakan kecil dan berpakaian serba hitam hitam pula. Ia terus-menerus menguntit kemana perginya orang itu. Selama satu jam perjalanan, tibalah orang yang dikuntit itu di muka sebuah rumah besar. Sesudah mengetuk pintu, ia segera masuk. Rumah itu berdiri dekat hutan yang sunyi serta jauh dari tetangga kanan-kiri. Sementara badan yang kecil, yang juga berpakaian serba hitam berada di luar, mengintip dari lubang pintu dan mendengarkan pembicaraan orang yang ada di dalam rumah. Di dalam rumah ia melihat ada empat lelaki yang bermuka kasar dan tampak sangar. Mereka sedang asyik bermain judi, sedangkan yang baru datang langsung ngeloyor masuk ke dalam kamar. Ia tidak kelihatan wajahnya, hanya terdengar suaranya saja.
“Sudah sahabat-sahabat, saya sekarang capai. Saya mau tidur. Yang punya kerbau besok malam tentu akan memberikan uang tebusan f.25,- kepada saya.”
Lain halnya jawaban dari empat orang tadi.
“Wah, Kang, sekarang kita musti main dadu, sebab kartu buat main ceki kurang satu!”
Inilah suara-suata yang perlu diketahui oleh orang berpakaian hitam yang ada di luar. Yakni, suara-suara yang dapat memberikan keterangan lebih jauh perihal pencurian kerbau itu pada Kadiroen; Mantri Polisi Kadiroen sendirilah yang berpakaian serba hitam, seperti pencuri yang malam-malam menyelinap di samping rumah Soeket, untuk mengetahui siapa sebenarnya pencuri kerbau yang meminta tebusan kepada Soeket.
Sekarang Kadiroen sudah tahu semuanya. Tetapi ia ingin tahu lebih dahulu dimana kerbau itu disembunyikan. Kadiroen belum berani masuk ke rumah pencuri itu. Sebab ia sendiri tentu tidak mungkin menang melawan lima orang. Maka pada malam itu, Kadiroen merasa bahwa perkara ini sementara cukup sampai disini lebih  dahulu. Ia segera pulang dan tidur nyenyak seperti tidak ada kejadian apa-apa; itu membuktikan bahwa ia memang memiliki watak pemberani.
Esok paginya, jam enam, ia sudah berangkat ke kantor Tuan Asisten Wedono. Ia minta izin sampai sore untuk mengurus masalah kerbau itu. Ia berniat memakai uangnya sendiri f.25,- untuk dipasangkan sebagai taruhan menangkap pencuri itu. Yaitu ia mempunyai uang kertas f.5,- berjumlah lima lembar. Ia menyuruh dua opas untuk mencatat nomor seri uang-uang itu. Adapun kartu judi yang ia peroleh dari pagar rumah Soeket, ia simpan dengan baik di kantor asisten Wedono. Selanjutnya, ia pergi ke rumah Soeket.
Soeket menangis meminta pinjaman uang f.25,- tetapi tidak berani menjelaskan bahwa uang itu akan digunakan sebagai uang tebusan kerbaunya. Meski Kadiroen mengetahui akan hal ini, ia pura-pura tidak tahu. Ia segera memberikan pinjaman semua uang kertas miliknya. Habis dari rumah Soeket, ia segera pergi ke areal persawahan dekat perumahan Tuan Administratur yang kecurian ayam. Ia menengok kanan-kiri, barangkali melihat seekor garangan sedang bersembunyi. Tetapi disitu memang begitu banyak semak-semak rimbun yang layak untuk persembunyian garangan yang aman. Kadiroen terpaksa mencari cara lain. Ia meminjam kurungan yang kuat sekaligus dengan ayamnya sekalian. Ia menaruh ayam dalam kurungan itu serta meletakkan di dekat semak-semak rimbun dan sunyi. Ia sendiri segera naik ke atas pohon untuk memperhatikan kurungan ayam pasangannya. Karena suara dan bau ayam tidak berselang lama ia melihat seekor garangan datang menghampiri kurungan itu. Kadiroen segera melemparkan batu kerikil ke arah garangan itu, sambil pandangan matanya mengikuti kemana garangan itu bersembunyi. Lalu Kadiroen segera turun dan pergi mendekati semak rimbun tempat garangan itu masuk. Disana ia mendapatkan bangkai ayam berwarna biru milik Nyonya Administratur. Tidak jauh dari tempat itu, ia melihat tulang-belulangnya serta bulu-bulu ayam berserakan. Hal itu membuktikan bahwa pencuri ayam yang dicari Tuan Asisten Wedono adalah benar-benar seekor garangan. Dalam hatinya Kadiroen tertawa terpingkal-pingkal. Tetapi ia tidak berani menceritakan semua itu kalau belum berhasil menangkap garangan tersebut. Itulah sebabnya, ia hendak memasang jaring perangkap garangan didekat semak-semak rimbun tersebut. Sebagai umpannya ia membeli seekor anak ayam yang masih kecil. Sesudah memasang jaring perangkap itu dan meminta tolong pada orang-orang yang ada di dekat situ supaya melarang anak-anak main di sekitar situ, maka ia segera pulang. Sore harinya ia berangkat lagi ke kantor Asisten Wedono.
“Nah, Mantri Polisi, Lihatlah pekerjaanku!" kata Tuan Asisten Wedono bangga. “Kemarin ada pencurian ayam, sekarang pencurinya sudah saya tangkap!”
Kadiroen mlenggong.Bagaimnna bisa, pikirnya. Tetapi Tuan Asisten Wedono menceritakan hal itu dengan bangga, sehingga Kadiroen tidak mau mengomentari. Ia membiarkan kebanggaan Tuan Asisten Wedono. Yang dimaksud pencuri ayam itu adalah seorang desa yang tinggal dekat rumah Tuan Administratur. Namanya Soekoer. Ia seorang yang hidup pas-pasan. Tidak kaya, juga tidak miskin. Ia tampak gemuk dengan pakaian yang pantas. Kadiroen tidak yakin kalau Soekoer pencurinya. Oleh karena itu, ia bertanya kepada Asisten Wedono.
“O, Tuan, saya senang Tuan sudah dapat menangkap pencurinya. Karena saya masih polisi baru, jadi saya masih harus belajar dengan Tuan. Namun saya masih belum yakin, apa benar Soekoer adalah pencurinya? Bagaimana Tuan menangkap serta apa bukti-buktinya?"
Tuan Asisten Wedono merasa amat bangga menceritakan keberhasilannya, seraya ia berkata:
“Ya, Mantri, begitulah, orang harus pintar. Tidak boleh asal berpendapat bahwa pencuri ayam itu adalah seekor garangan. Sementara kau sudah berpendapat begitu, itu salah besar. Mestinya kamu mengurusnya terlebih dahulu, mencari bukti-buktinya. Baru berpedapat. Tetapi maklum, kamu masih muda, jadi masih harus banyak belajar kepada saya! Adapun Soekoer, memang telah nyata sebagai pencuri ayam Nyonya Administratur, meskipun ia masih mungkir. Tetapi bukti-bukti telah cukup. Ada saksinya segala. Doerachim bercerita pada saya, kemarin pagi ia membeli ayam berwarna biru pada Soekoer. Ayam itu telah disembelih oleh Doerachim. Tetapi ia membawa bulu-bulu serta tulang-belulang ayam sebagai barang bukti. Sewaktu Doerachim membeli ayam itu, saksinya Nojo. Jadi sudah sangat jelas, tetapi pencurinya belum juga mau mengaku. Adapun saya bisa menangkap dia, ceritanya begini: Saya memiliki banyak mata-mata. Tetapi yang paling pintar adalah Soekari. Soekari dahulunya seorang kepala pencuri, suka bermain judi, pokoknya kelakuannya sangat busuk. Tetapi sejak ia saya jadikan kepala mata-mata, kelakuannva berubah menjadi baik. Ia saya gaji tetap dari uang saya sendiri. Tiap bulannya, sebesar f.20,-. Kalau ia sedang bekerja mencari pencuri, supaya ia mau mencari dengan sungguh-sungguh, ia saya ongkosi seperlunya. Jadi kalau mereka mencari pencuri sampai pencurinya dapat tertangkap, mereka saya bayar sedikitnya f.2.50,- Dalam perkara pencurian ayam Nyonya Administratur ini, kalau pencurinya tertangkap tentunya saya akan mendapat nama baik di mata tuan-tuan besar. Oleh karena itu, saya tidak segan-segan mengeluarkan uang. Dan lagi Mantri Polisi, jangan lupa 'pencuri mesti harus ditangkap dengan pencuri juga.' ini strategi seorang polisi. Itulah sebabnya yang saya jadikan mata-mata adalah kepala pencuri. Kau lihat sendiri, kemarin terjadi kecurian, sekarang pencurinya sudah tertangkap. Inilah politik saya. Kamu masih harus banyak belajar hal-hal begini dari saya.”

Bersambung...

sampai jumpa 2 hari kedepan..
terimakasih