HIKAYAT KADIROEN (3)

Day 2,968, 15:46 Published in Indonesia Colombia by kerikil

selamat malam para pembaca sekalian, selamat menikmati karya lawas dari seorang tokoh masa lalu.

"HIKAYAT KADIROEN"
KARYA : SEMAOEN


ceritera ini akan di update sampai tamat inshaALLAH setiap 2 hari sekali.

sedang sakit nekat kau tinggal ke pasar?"
"Hamba mohon ampun Ndoro. Karena hamba memang terpaksa harus pergi ke pasar menjual kelapa untuk membeli beras jatah makan keluarga hari ini."
“Diam kau, berani sekali kau melawan kata-kataku, anjing. Saya sudah bosan bicara denganmu. Nanti sore kau boleh datang lagi. Dan cukup melaporkan perkaramu pada Mantri Polisi. Ayo, cepat pergi”
Itulah watak Tuan Asisten Wedono yang busuk ketika harus menerirna pengaduan rakyat kecil. Asisten Wedono semacam itu namanya tidak mau tahu bahwa dia dibayar oleh Gupermen untuk melayani keperluan orang kecil juga. Ia merasa dirinya seakan raja di hadapan rakyat kecil agar si kecil terus-menerus takut kepadanya. Dengan cara menindas semacam itu, ia berusaha agar rakyat kecil tidak gampang-gampang mengadu perkara yang dihadapinya. Hal mana jika itu terjadi akan membikin begitu banyak kerjaan dan urusan Asisten Wedono sehingga ia tentu tidak akan bisa makan enak dan tidur nyenyak. Dengan menindas perasaan rakyat yang berani menuntut hak-haknya, perintahnya gampang dituruti oleh rakyatnya. Sebaliknya, rakyat menjadi amat ketakutan, dan kemerdekaannya menjadi hilang sama sekali sehingga keinginan rakyat untuk memperbaiki nasibnya sendiri menjadi semakin terlupakan. Akhirnya, rakyat menjadi penyabar dalam semua hal sehingga ia akan miskin terus-menerus. Namun jika kemiskinan itu telah sampai pada batasnya maka ada para "dukun" atau "kyai" yang memberikan ilmu memperbaiki nasib, dan rakyat lain lari kepada para penolong-penolong semacam itu, sehingga orang-orang semacam ini akhirnya mendapat kepercayaan yang besar dari rakyat. Dan berkat kepercayaan itu, dalam diri mereka sering timbul niat dan pikiran-pikiran yang keliru. Tanpa pikir panjang, mereka mengira bisa menjadi seorang raja. Maka akibatnya, timbul berbagai gejolak dan kerusuhan di desa-desa, yang akhirnya dapat menjadi alasan para serdadu untuk membunuh jiwa-jiwa rakyat kecil yang tak berdosa. Sungguh, para priyayi yang buas itu memang tidak berusaha membantu pemerintah bagaimana meningkatkan taraf hidup rakyat. Mereka malah selalu bikin ribut dan onar di desa-desa sehingga ketertiban dan keamanan desa menjadi kacau. Untunglah jika kemudian ada perkumpulan-perkumpulan atau gerakan-gerakan yang berusaha mengurangi dan menghalangi kejadian-kejadian buruk serupa itu.
Jam tiga sore Mantri Polisi Kadiroen menerima pengaduan Soeket dengan ramah tamah. Selain itu, ia segera mengajak Soeket pulang untuk melihat sendiri tempat kejadian perkara dimana pencurian kerbau itu terjadi. Mendengar segala penuturan Soeket yang panjang lebar, Kadiroen menaruh belas kasihan yang mendalam terhadap nasib yang menimpa Soeket. Dalam hatinya, ia berjanji akan berusaha dengan sungguh-sungguh menolong Soeket mendapatkan kerbaunya kembali serta menangkap pencurinya. Setibanya ia di rumah Soeket, ia mendengar rintih tangis yang menyayat.
"O, Bapak, mengapa kau pergi lama sekali. Aduh Pak, sakit, sakit Pak. Aduh Bu, sakit...!"'
Juga disusul rintih tangis yang lain.
"O, Pak, aku tidak kuat kalau harus terus-menerus sakit begini. Minum..., saya minta minum. Apa sebabnya kau pergi begitu lama!"
Begitulah rintih tangis anak dan bini Soeket yang sedang sakit. Mengetahui semua itu, hati Kadiroen serasa hancur. Ia memberi beberapa nasihat kepada Soeket. Ia juga berusaha menolong dan menghibur kepada si sakit sebisa-bisanya. Dan dengan senang hati ia berusaha secepatnya mengurus perkara Soeket. Pertama-tama, ia melihat dimana lokasi rumah Soeket berdiri. Ia tahu, rumah itu berdiri di perbatasan desa. Di belakang rumah terdapat areal persawahan yang luas. Sunyi. Kiri kanan jauh dari tetangga. Wajar jika mudah dimasuki pencuri. Di muka rumah yang berdinding bambu dan tertutup atap – sebuah rumah yang memang sudah tua – berdiri kandang ternak kerbau Soeket. Sebuah kandang yang sudah tua. Perkakas dan seisi rumah menandakan hanya Soeket orang yang sangat miskin. Kadiroen lalu berusaha mencari jejak-jejak pencurinya. Tetapi pencuri itu nyaris tidak meninggalkan jejak yang jelas sama sekali. Sebab tanah di situ adalah tanah kering, sehingga tidak meninggalkan jejak kaki satu pun. Ia mendapat keterangan bahwa pintu pekarangannya pagi-pagi sudah tidak tertutup lagi. Hal itu membuktikan bahwa pencuri itu membawa kerbaunya lewat depan rumah. Hanya pagar belakang rumah terdapat beberapa kerusakan, jelas bahwa pencuri itu pasti masuk lewat belakang rumah dengan cara merusakkan pagar. Dari rusaknya pagar itu, Kadiroen bisa menduga-duga, pencuri itu pasti berbadan besar dan kuat. Orang yang lembek dan kecil, tentu tidak mungkin dapat menumbangkan pepohonan di pagar. Pohon-pohon itu rebah pasti karena desakan dan tendangan pencuri yang berbadan besar dan kuat. Sebuah jejak yang menguntungkan ditemukan Kadiroen. Ia mendapatkan selembar kartu remi (kartu judi) terselip di pagar itu. Dari penjelasan Soeket bahwa ia tidak pernah main judi, Kadiroen yakin kartu ini pasti milik pencurinya. Hal itu dapat menjadi jalan terang, bahwa pencurinya adalah seorang penjudi. Ia mengira, pasti pencuri itu habis kalah judi. Sehingga ia nekat mencuri kerbau itu. Kadiroen terus berpikir panjang lebar. Dalam hatinya ia bertanya-tanya. “Sesudah mencuri, dibawa kemana kiranya kerbau itu? Ke pasar atau ke rumah orang lain untuk dijualkah? Rasanya tidak mungkin. Sebab tidak mudah untuk berbuat hal yang demikian sebab semua penjualan kerbau, harus memakai saksi lurah, yang menjelaskan dari mana asal usul kerbau itu dan lain-lainnya. Dalam hal ini, tentu pencuri akan sangat mudah ketahuan dan tertangkap. Apa mungkin kerbau itu dipotong untuk dimakan sendiri? Mustahil, rasanya tidak mungkin, sebab satu orang tidak mungkin makan seekor kerbau jika tak punya hajat. Apa mungkin daging kerbau itu lalu dijual ke pasar? Juga tidak bisa. Karena semua hewan yang dipotong dan dagingnya dijual di pasar, harus mendapat pengesahan dari pegawai Gupermen. Pendek kata, jika hanya seorang pencuri, tidak mudah bcrbuat hal-hal yang sangat sukar begini. Dan pasti pencuri itu akan cari akal bagaimana mudah mendapatkan uang.” Oleh sebab itu Kadiroen yakin bahwa pencuri itu akan kembali datang ke rumah Soeket, untuk berjanji mengembalikan kerbaunya asalkan mendapatkan uang tebusan. Kejadian-kejadian serupa ini memang sering terjadi dalam hal pencurian hewan-hewan besar. Setelah itu, Kadiroen permisi kepada Soeket dan berjanji akan mencarikan kerbaunya.
Pukul sepuluh malam. Desa Wonokoyo sunyi sekali. Seantero desa terkurung gelap malam yang hitam pekat. Di runah Soeket tidak terdengar apa-apa selain rintih tangis anak dan bininya yang sedang sakit. Memikirkan semua ini, hati Soeket menjadi amat berduka. Tiba-tiba ia amat terkejut, seperti seorang yang baru bangun tidur dibangunkan oleh suara guntur yang menyambar sangat keras. Ia mendengar pintunya diketuk orang dan terdengar suara ancaman yang menakutkan.
"Hai Soeket, awas, besok jam sepuluh malam kamu harus menyediakan uang sebesar f.25,- di pintu pagar sebelah kanan. Jika kau tidak mau menyediakan uang itu, kerbaunya akan hilang selamanya. Tetapi jika kau menurut, lusa pagi-pagi kau akan mendapatkan kerbaumu lagi di muka rumahmu. Saya hanya minta tebusan murah, sebab saya masih kasihan dengannmu. Dan ingat, jangan sekali-kali kamu berani lapor polisi. Sebab kalau kamu berani lapor polisi, lain kali kau akan kubunuh.”
Soeket menjadi amat bersedih. Uang f.25,- harus ia dapat paling lambat besok malam. Dari mana ia bisa dapat uang sebanyak itu?

Bersambung...

sampai jumpa 2 hari kedepan..
terimakasih