[SoRE] privatisasi??

Day 1,490, 21:36 Published in Indonesia Indonesia by Kang Tiban

met siang semuwa...

dah lama juga gak online
gak ke irc
apalagi nulis...
rencana buwat main secara aktif agak padam karena beberapa kesibukan beberapa bulan belakangan ini

tapi tentu saja, hal klise ini udah sering anda dengar,
"sibuk RL nih, jadi gak sempat online"

the truth is,
menurutku, game ini udah gak begitu berharga untuk dibela-belain.
bela-belain begadang sampe malem, bela-belain merumput, bela-belain mantengin battlefield,
sense yang biasanya hadir ketika bermain pun rasanya udah terkikis perlahan-lahan

gameplay,
ini sebenernya faktor terbesar yang berkontribusi dalam semakin menipisnya semangat "mati-matian" bermain.
war yang worthless karena begitu murah, mudah, dan banyak pulak, hadir setiap hari, setiap jam.

battlefield betul-betul menyedot energi, waktu, dan dedikasi.
dan kalopun semuanya itu kita berikan, hanya untuk battlefield baru yang juga akan menyedot energi, waktu, dan dedikasi. lagi dan lagi
kalo dulu dari hari ke hari
sekarang lebih parah lagi
dari ronde ke ronde, menit ke menit.

bila dahulu yang melengket dalam aktivitas bermain kita adalah "tanggung jawab"
maka sekarang, akumulasi tanggungjawab yang terlalu besar, terlalu banyak, terlalu sering, dan tak habis-habis ini bermetamorfosa menjadi "beban"
perlahan-lahan
game menyenangkan ini menjadi beban
beban yang secara tak sadar lengket sedikit demi sedikit

untuk sebuah game, ini worthless

apalagi bila "tanggungjawab" dan "beban" ini hanya dibagi kepada beberapa orang atau kelompok.

it's not fair, ofc, not fair at all...
but you already know , that all is fair in love n war!
n this is wargame for G'sake

wkwkwkwwk

back to the point,
membagi tanggungjawab (baca😛eban) ini hanya kepada pemerintah, kongres, dan aberi tentu saja masih belum cukup
apalagi hanya mendistribusikan beban ini hanya kepada aberi dan beberapa pejuang nasionalis

dan kita sadari atau tidak
perlahan-lahan, halus, dan tanpa kita sadari,
kita sudah melakukan ini bertahun-tahun sehingga secara tak sadar, kita sudah terbiasa dengan sendirinya

berbeda dengan pemerintah dan kongres yang berganti-ganti tiap bulannya
aberi tidak
aberi tetap hadir dengan formasi yang siap sedia
tentu saja ada pergantian disana sini,
masuk atau keluar satu demi satu pemain baru
tapi, aberi tetap ada sebagai sebuah pasukan orang-orang yang siap sedia

hal ini pulalah yang membuat kita tetap merasa aman, paling tidak negara ini masih memiliki simbol pertahanannya, aberi

menurutku,
isu privatisasi,
lahir dari akumulasi luka-luka kecil yang menumpuk dan menyebar hingga memborok dan menggerogoti institusi aberi

luka karena tanggungjawab (jgn lupa baca😛eban) yang terlalu besar, terlalu sering, dan terlalu banyak disematkan di bahu-bahu kecil mereka, patriot bangsa

luka ini pun kadang diperparah dengan aksi-aksi dan komentar tidak simpatik yang kerap menghampiri

untuk memperparah, luka yang telah menganga ini tidak lagi memiliki faktor-faktor penyembuh yang cukup untuk mengobati

bila dulu, semua tanggungjawab, semua beban, semua komentar tidak simpatik, semua hal-hal yang tidak mengenakkan hati, masih bisa kita obati dengan rasa senang, puas dan kegembiraan yang membuncah ketika hadir di mako, ketika menang perang, ketika trolling dengan musuh bebuyutan, ketika apa saja yang kita lakukan di game ini membuat kita merasa bahwa semua itu "berharga" dan "pantas" dibayar dengan dedikasi yang besar ini.

isu privatisasi ini lumrah, wajar, dan kalo boleh dibilang mungkin memang secara natural akan hadir.

tapi..
kalaulah boleh saya sedikit menambah kata-kata dalam artikel panjang tak keruan karena udah lama gak nulis ini.

mungkin kita perlu mempertanyakan lagi kehadiran kita di aberi
mungkin kita perlu mengingat-ingat lagi ketika dulu mendaftar
ketika dulu kena plonco
ketika dulu kena piket jaga markas
bahwa sebagai prajurit aberi, tujuan kita bergabung hanya untuk indonesia ini.
negara yang sama-sama kita cintai.
bahwa kesadaran yang penuhlah membawa kita hari demi hari bertahan di aberi
bahwa logistik tak cukup pun bukan menjadi masalah ketika dua tangan kosong masih bisa berkelahi untuk negeri.


mungin kita bisa mempertimbangkan lagi
bahwa aberi,
tidak hanya sekedar military unit biasa-biasa
tidak sekedar pasukan berhelm dengan kemampuan rata-rata

bahwa aberi,
adalah simbol negara
simbol pertahanan indonesia

bahwa aberi,
adalah sebuah nama yang begitu kaburnya untuk dipisahkan dari indonesia
begitu kaburnya sehingga kita akan selalu dapat melihat indonesia di wajah prajurit-prajuritnya


privatisasi aberi,
adalah tentang
memisahkan indonesia dengan pembelanya.

kelak, bila ini terjadi
mungkin akan terjadi sebuah masa
ketika aberi hanya sekedar kumpulan orang biasa-biasa
ketika kita memandang prajurit aberi, dan kehilangan sosok indonesia di wajahnya.