[Mensos-Lomba] Letnan Pierre Tendean, Sang Pahlawan Revolusi

Day 1,943, 07:46 Published in Indonesia Turkey by Jus Apel

Selamat pagi, siang, dan malam utk semua pembaca

Udah cukup lama kyknya ane ga nulis2, kangen jg sbnrnya, tapi apa daya, smartpret bermasalah terus akhir2 ini. Kebetulan ada lomba dari mensos ttg bikin artikel pahlawan, itung2 skalian sedikit nostalgia tentang masa lalu.
🙂



Mari sejenak kita flash back ke masa sekitar 15 tahun yg lalu... 🙂

Masa dimana film sperti Dragon Ball/Dash Yonkuro/Saint Seiya/Ikkyu San dll selalu dinanti anak2 di Indonesia setiap hari minggu. Atau mungkin utk yg remajanya pasti nunggu2 film kaya Mc Gyver, Air Wolf atw Kit Raider. Haha

Di masa itu permainan tradisional seperti biji karet, bon, petak umpet, dll masih jaya2nya. Atw mungkin utk mereka yg sedikit beruntung, udah pada punya nintendo terus bisa maen 'contra, mario bross, atw duck hunt (maennya pake pistol)' di rumah. Klo TS dulu mesti ke tempat saudara dulu, klo mau main nintendo wkwk Pada masa itu TS masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Oke, mari kita mulai masuk ke topik utama. Temen2 di sini pasti pernah denger petikan kalimat "Darah itu merah, Jenderal.." atau gak, pasti temen2 tau sejarah tentang G 30 S PKI. (G 30 S PKI ya, bukan G 30 S PKeI LoL). Yak, kisah penculikan dan penyiksaan tujuh orang Perwira ABRI yang katanya dibekingi oleh PKI (sampai sekarang masih menjadi misteri dan perdebatan apakah benar PKI yg berada di belakang tragedi itu, tapi kita ga akan bahas mngenai itu di sini wkwk)

Nah, jadi nih ya, klo jaman dulu itu pas udah tanggal 28 - 29 September, di skolah ane pasti dah pada saling ngingetin, "eh, jgn lupa, bsok malem ada film G 30 S PKI" Dan malamnya, pas hari H, teror pun dimulai... film G 30 S PKI diputer di semua stasiun TV. Film jaman dulu yg paling serem klo mnurut TS, dan TS selalu kabur n tidur pas tu film masuk ke bagian nyiksa jenderal2, sesuatu banget. 😑

Alhasil, TS ga pernah nonton tu film sampe abis.

Nah, satu di antara 7 perwira tinggi ABRI yg diculik pada malam itu ada yg namanya Lettu Pierre Tendean gan.. Ane akan sedikit membahas tentang beliau.

Letnan Pierre Tendean, Sang Pahlawan Revolusi

Bumi Panorama, itulah sebutan untuk kampus Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Pada 1962, nama kampus tersebut diganti menjadi Akademi Militer Jurusan Teknik (Akmil Jurtek). Sejak 1963, taruna Akmil Jurtek tingkat satu dan tingkat dua mulai belajar di Bumi Tidar Magelang, sebutan Akademi Militer Nasional (AMN, kini Akmil)

Kini Bumi Panorama di Jalan Hegarmana, Bandung, dikenal sebagai kampus Sekolah Calon Perwira (Secapa). Namun, kenangan di Bumi Panorama masih membekas di benak para perwira dan taruna yang pernah bertugas dan belajar di sana pada akhir 1950-an hingga awal 1960-an. Terutama tentu saja korps kecabangan zeni.

Atekad banyak melahirkan perwira-perwira yang menonjol di corps zeni (czi). Salah satu yang sangat dikenal adalah Pierre Andreas Tendean.

Pierre lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Pierre adalah anak laki-laki satu-satunya di antara tiga bersaudara. Ie putra dr Tendean, asli Minahasa, sedangkan sang ibu bernama Cornell M.E. Pierre yang berdarah Prancis.

Karena keturunan blasteran itulah, Pierre memiliki wajah rupawan. Sebenarnya, sang ayah menginginkan Pierre menjadi insinyur. Namun, sejak duduk di kelas atas SMA Bagian B di Semarang, Pierre memutuskan untuk mendaftar sebagai tentara. Ia akhirnya memilih mendaftar ke Atekad di Bandung pada 1958 dan diterima sebagai taruna angkatan VI.

Sejak menjadi taruna, Pierre termasuk menonjol. Terutama di bidang olahraga. Ia aktif sebagai pemain inti di first team basket dan tenis taruna Atekad. Kulitnya yang putih bersih dan wajah tampan, Pierre pernah mendapat julukan Si Ganteng dari Bumi Panorama. Bahkan, para pengidolanya dari kalangan remaja perempuan di Bumi Priangan menjuluki Pierre sebagai Robert Wagner dari Panorama.

Ketampannya memang terkenal di kalangan taruna, juga para gadis-gadis Kota Kembang. Saat dilantik menjadi perwira pertama berpangkat letnan dua (letda) czi pada 1961, Pierre langsung ditugaskan di satuan tempur zeni, sebagai komandan peleton Yon Zipur 2 Kodam II/Bukit Barisan. Pada 1965 Menko Hankam/Kepada Staf ABRI Jenderal A.H. Nasution memilih Pierre sebagai ajudannya.


Pierre berpose dengan Ade Irma Suryani Nasution, putri Menko Hankam/KSAB Jenderal A.H. Nasution. (Foto: kolektormimpi.blogspot.com)

Saat menjadi ajudan Pak Nas (sebutan akrab Jenderal Nasution), Pierre tak kehilangan pesona di kalangan para gadis remaja, terutama mahasiswa. Ketika Pak Nas berceramah, ada anekdot di kalangan mahasiswi waktu itu, ”Telinga kami untuk Pak Nas, tapi mata kami untuk ajudannya.”


IDOLA REMAJA PUTRI: Lettu czi Pierre (foto: maryjanesbedroom.blogspot.com)

Sayang, takdir berkata lain. Pierre meninggal pada usia yang masih muda, 26 tahun. Ia gugur setelah dibunuh gerombolan G 30 S yang berniat menculik Jenderal Nasution. Pasukan Tjakrabirawa yang datang ke sana dipimpin oleh Pratu Idris dan Jahurub. Kegaduhan itu menarik perhatian Pierre.

Para penculik mengira bahwa Pierre adalah Jenderal Nasution. Karena itu, Pierre turut dibawa ke Lubang Buaya, Jakarta Timur, dan gugur di sana bersama enam jenderal TNI-AD lainnya. Yakni, Letjen A. Yani, Mayjen Soeprapto, Mayjen S. Parman, Mayjen Haryono M.T., Brigjen D.I. Pandjaitan, dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo.

Namun, keterangan bahwa penculik mengira Pierre sebagai Nasution sempat diragukan. Pasalnya, kulit Pierre lebih putih dan wajahnya masih muda. Dalam keterangan dari beberapa pelaku sejarah, ada analisis bahwa sebenarnya gerombolan sudah mengaku salah menculik Pierre. Namun, ia akhirnya tetap dibunuh. Pierre akhirnya ditetapkan presiden sebagai pahlawan revolusi dan pangkatnya dinaikkan menjadi kapten anumerta.


Pierre ditetapkan sebagai pahlawan revolusi pada 1966. (Foto: openlibarry.org)

Tragis. Pasalnya, Pierre sebenarnya berniat untuk menikah dengan Rukmini binti Chaimin pada November 1965. Dia seorang gadis cantik yang dikenal Pierre saat masih bertugas di Medan, Sumatera Utara.


Rukmini binti Chaimin yang dikabarkan dekat dengan Pierre (sumber: dok Monumen Lubang Buaya)

Tapi sayangnya, takdir berkata lain..

Referensi: http://sejarah.kompasiana.com/2012/04/14/letnan-pierre-dan-ketampanannya/

Tambahan: Btw, entah ini cuma ane aja atw yg lain juga ngrasain hal yg sama. Pernah berkunjung ke museum pahlawan revolusi & masuk ke ruangan tempat dimana pakaian2 yg terakhir dikenakan oleh para 7 pahlawan revolusi disimpan? Nah, dsitu kok ane ngrasain klo ruangan itu berbeda, terutama suasananya n udaranya, ane wktu itu masih bisa nyium bau anyir darah yg udah kering wktu ada di sana. Tapi entahlah, mungkin itu cuma prasaan ane aja.

Salam
Jus Apel