Pancasila dan Budaya Konsumtif
Bagus Prahutdi
Pagi ini saya dihibur oleh seekor anak kucing yang baru berumur antara 2-3 bulan. Saat saya menulis ini, sang anak kucing sedang membaui jari-jari saya yang sedang mengetik. Mungkin dia tertarik melihat jari-jari saya bergerak bebas di atas notebook menekan huruf demi huruf, angka demi angka.
Lalu anak kucing itu berlari berlawanan. Rupanya ada yang membuatnya tertarik. Ekor induknya mengibas-ibas . Sang anak berusaha mendapatkan ekor Ibunya, dan setelah dapat, sang anak bermain dengan lucu hingga membuat saya tersenyum. Hingga saya lupa dengan hari ini, 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Padahal ingin sekali bisa menulis sesuatu berkenaan dengan hal ini.
Saya juga tidak sadar sudah menulis intermezzo untuk tulisan saya hari ini. Mungkin mood saya sedang baik. Tadi malam sempat mengobrol dengan perempuan kenalan saya. Umurnya sama dengan adik perempuan saya yang paling besar. Kami bertukar cerita sesama teman. Di tengah suatu hal yang mendera saya (Baca : Sebotol Maaf).
Hari ini adalah Hari Kesaktian Pancasila, sejarah mencatat sehari sebelumnya adalah hari ‘keganasan’ sebuah rencana matang dari PKI-salahsatu partai yang berkuasa. Itu yang biasa kita pelajari pada buku sejarah Sekolah Dasar hingga bangku Sekolah Menengah Atas. Namun, kudeta itu akhirnya “gagal”.
Saya tidak akan membahas berbagai macam latar belakang G30S/PKI, karena begitu banyak perspektif yang berbeda. PKI, CIA, Soeharto, Kapitaslis. Itu terlalu berat untuk saya. “Deru mesinnya yang seperti harimau haus darah”, sebuah penggambaran bagaimana para jenderal diangkut ke truk dan wujudnya menghilang di tengah kegelapan malam. Atau soal Gerwani yang dibagikan pisau dan silet untuk disayatkan pada tubuh korban (”Dibagi-bagikan pisau kecil dan pisau silet… menusuk-nusuk pisau pada kemaluan orang-orang itu. Api Pantjasila, 6 November 1965).
Tanggal 1 Oktober pun ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, yang menjadi tanda bahwa Pancasila telah menang atas “kuasa jahat” PKI dan Komunisme. Pancasila dianggap sakti. Historia docet – Sejarah mengajar.
Tetapi sakralitas Pancasila kini telah pudar. Anak muda hanya memakai Pancasila untuk upacara bendera, tidak lebih. Nasionalisme mereka telah hilang akibat pergaulan : televisi, budaya konsumtif, dan seks. Namun ini bukan penghakiman. Satu pertanyaan muncul dalam benak saya, berapa banyakkah pemuda-pemuda kita yang berpikir Indonesia di masa depan.
Saya jadi ingat perkataan Tan Malaka, Majalah Tempo pernah membuat edisi khusus tentang beliau menjulukinya “Bapak Republik yang Dilupakan”. Sebuah kemunduran mental secara tidak sadar telah menggerogoti pemuda masa kini. dan kita turut andil di dalamnya.
“Akuilah dengan hati bersih bahwa kalian dapat belajar dari orang Barat.Tapi jangan sekali-kali kalian meniru dari orang Barat. Kalian harus menjadi murid-murid dari Timur yang cerdas…” –Tan Malaka-
Sebuah pesan yang harus kita gunakan sebagai orang-orang di dunia ketiga.
“Kini kita membutuhkan Pancasila kembali, tapi tak seperti Rama menerima Sita pulang: kita tak perlu mempersoalkan ‘kesucian’, apalagi ‘kesaktian’-nya. Kini kita membutuhkan Pancasila kembali karena ia merupakan rumusan yang ringkas dari ikhtiar bangsa kita yang sedang meniti buih untuk dengan selamat mencapai persatuan dalam perbedaan. Pidato Bung Karno dengan ekpresif mencerminkan ikhtiar itu; nadanya mengharukan: penuh semangat tapi juga tak bebas dari rasa cemas.” –Goenawan Mohamad-
Saya kembali menatap anak kucing yang mendekati saya. Membaui jari-jari saya. Menyentuh dengan tangannya yang masih kecil dan lemas. Tetapi tiba-tiba anak kucing itu menggigit jari-jari saya. Saat itu pula saya tersadar, bahwa sang anak akan tumbuh dan tidak lucu lagi. Sama seperti hidup. Kemunduran ini tidaklah lucu dan setiap sila tidak dapat dipermainkan oleh siapapun.
“Pancasila harus dipegang teguh.”, -Mohammad Hatta-
-Epilog-
Pada sebuah subuh di bulan November 1965, Aidit dieksekusi. Tubuhnya diberondong senapan AK sampai habis satu magasin. Jasadnya lalu dikuburkan di sebuah liang (sumur) di dalam markas Kodim, Boyolali, Jawa Tengah. Tanpa tanda, tanpa nisan...
**
Saya mengajak kepada seluruh masyarakat eIndonesia untuk dapat menjadi mandiri tanpa terus-menerus menjadi orang konsumtif.
Artikel terkait juga bisa anda temui : http://sastrasipilindonesia.wordpress.com/
Comments
Pertamax diamankan.
alus max aja lah 🙂
Front Pancasila (Frontal) adalah sebuah komunitas atau forum politik yang bertujuan untuk membantu eIndonesia mewujudkan pemerintahan yang baik, memberikan pendidikan politik bagi semua orang eIndonesia, menampung aspirasi masyarakat untuk mempertahankan eksistensi eIndonesia Pancasila, dan penyaluran kepentingan politik rakyat eIndonesia.
Front Pancasila
o/
o7
Pancasila harga mati.
gak m'jadi konsumtif? sullit nampaknya buat sebagian orang.. t'lepas dr mreka sadari atau enggak, mungkin bakal byk org yg dicap itu.. ini gak ubahnya kayak mahasiswa yg teriak" revolusi di bunderan HI..
kembali ke pola konsumtif.. ini udah ada pergeseran "nilai".. yg awalnya suatu objek ingin dimilik karna "nilai guna" (lebih lengkap baca pemikirannya Karl Marx).. seiring zaman, nilai guna terdegradasi o/ "nilai tukar".. kini, "nilai tukar" kian rapuh dan diganti o/ "nilai simbol" & "nilai tanda" (lebih jelas, telaah pemikiran Jean Baudrillard)..
o7
Bukan maksud saya untuk tdk mnjadi konsumtif. Konsumtif jelas perlu. Tetapi budaya orang-orang kelas menengah ke atas ke-konsumtif-an mereka inilah yang jadi masalah (Selengkapnya ada di Majalah Tempo Liputan Khusus : Masyarakat Menengah dan Konsumtif).
Ini jg terjadi pada teman2 saya yg memilih "nyapi" daripada mandiri dengan pabrik2 mereka. Tentu saya tdk melarang "nyapi" (siapa gue berani larang2..haha), tapi musti ada kemandirian.
Dan mohon bimbingan dari agan Van Zarathustra kepada juniormu ini yg baru belajar menulis, hehe
Ilmu Sosiacism saya masih cetek. Karl Marx ketinggian kakak.
Terimakasih sudah mampir.
Bagus Prahutdi: tanpa menjudge TS (nyapi = konsumtif).. klo buat ane pribadi, nyapi a/ pemberontakan thdp sistem platod (siap terima konsekuensinya).. buat yg lain, seterah mau mendefinisikan nyapi itu seperti apa.. karna setiap org punya kebebasan u/ berkehendak.. harga itu.. 🙂
Karl Marx ketinggian? justru itu masuk ke dalam TSK (Teori Sosiologi Klasik) di luar Durkheim & Weber.. Justru kalo gak coba dibaca (meskipun udah purba), bakalan lebih ketinggalan.. Teori Posmo aja muncul sejak 1800-an (digawangi Nietzsche)..
btw, anak fisip om? 🙂
dasar Bagus Prahutdi sok2an lo. Hahaha
Keep going!
Van Zarathustra : saya juga setuju sih klo soal itu mah..hahaha (munafik). maksudnya jngn nyapi doangan gitu.
saya nggak belajar gituan gan. saya anak sipil. hahaha..jadi harap maklum. Agan anak mana?
Lancar Jaya : gue nggak butuh komenan lo...masih untung gue ajakin ke eRepublik. Dasar tidak tahu diuntung.
Eh, aib gue dibawa2. Kita sebelahan mau ngajak berantem?? Tidur sono..ujian kan lo besok, main mulu. Kpn lo pinternya?
Akun Lancar Jaya bisa dihapus nggak sih?
Bagus P: anak sipil? maksudnya teknik sipil om? apa sipil = rakyat? multitafsir tuh.. hahahaha.. 😃
VZ : Teknik Sipil. Tapi kalo sipil = rakyat, masuk juga..hahaha
oh, ok.. sip".. hahaha..
itu emang udah pasti pelaku g 30 s adalah PKI ?
pancasila merupakan ideologi yang merangkul komunisme dan liberalisme
ohh, tentu. Dengan sedikit kreatifitas, Pancasila dapat merangkul segala ideologi dari A sampai Z.
PS: Menulis ttg sakralitas Pancasila tapi disuguhi gambar seperti itu. kurang cocok IMO.
v+s
terlalu banyak teori soal G30sPKI jadi saya gak akan bahas, tapi soal budaya konsumtif negeri ini, memang sudah menjadi wabah yang menurut saya jauh lebih berbahaya daripada penyakit aids, buktinya ? Tanya aja sama departemen store di negara lain termasuk pusat belanja dunia kaya Singapore, Milan, Paris dan New York, kata mereka "orang Indonesia tuh tukang belanja" bahkan para guide tour negeri sana banyak yang udah paham, kalau jadi guide orang Indonesia mah gampang, tinggal bawa aja ke mall
disini nyapi gak brarti gak pancasilais. itu proses revolusi kemerdekaan dari mimin, bre....wkwkwkwkwk
dan gak semua penyapi disini do that cuman buat kepentingan pribadi, malah seringnya berbagi apalagi dengan nubi2, maen2 aja ke #mentornubi di iRC
dan seperti om silfumus bilang, dgn sedikit kreatifitas Pancasila dpt merangkul segala ideologi, ya itulah yang Partai Front Pancasila coba lakukan di erepublik ini....😃
^ hollaa masternya speak up neh
nyapi buat sendiri..... kaga ada afdol2 nya om
nyapi buat kawan2 kita sendiri, berbagi, sharing senyum di BF dgn gold dr sapi owwwhh INDAHNYAAAAA !!!!
Om ayiiph, silfumus02 : saya tdk mengatakan PKI pelaku di balik G30S. saya tidak yakin, karena ada manipulasi sejarah untuk beberapa hal. Sejarah kita abu-abu.
Saya jg setuju Pancasila bisa merangkul semua, dengan syarat tidak bertentangan dg sila-sila di dalamnya.
Om Dendi : Botul itu om. Baru baca ulasannya kemarin2 jd miris jg.
Om def0 : siap pak. o7. Jangkrik pak. hahaha...indahnya berbagi.
HAIL KOMUNIS
Long Live komunis !!
Hail PKeI !!
vote