[Story] A Blind Girl --Part 1

Day 3,573, 15:12 Published in Indonesia Bulgaria by Kecebongs

A Blind Girl --Part 1
By : Ziao


Suara dering alarm dari handphone-ku membangunkan-ku dari mimpi indahku. Perlahan aku buka mata-ku dan melihat disekitar, ya ini kamar tidur-ku. Aku tinggal bersama orang tua-ku, Ayah dan Ibu-ku dan aku adalah putri satu-satunya mereka. Usia mereka sudah cukup renta, berbeda denganku yang baru menginjak usia remaja. Ya, usia-ku baru 18 tahun. Sangat jauh dengan mereka yang tengah menginjak usia 50 tahun. Aku hanya berfikir, apakah nanti disaat aku menikah orangtua-ku masih ada. Kuharap mereka masih sehat dan dapat melihat anak mereka berbahagia.

Keluarga-ku bukanlah keluarga kaya raya. Kami hanya keluarga sederhana dengan keadaan yang secukup-cukupnya. Ayahku hanya berdagang makanan dan ibuku hanya dirumah membantu ayahku mengurusi masakan untuk berdagang dike-esokan harinya. Ya, kami benar benar keluarga yang sederhana. Keadaan rumahku juga sederhana. Hanya memiliki 1 kamar tidur yang ditempati Ayah dan Ibuku dan satu ruang tamu yang juga kamar tidurku.

Setelah merasa energiku terkumpul, aku mulai membangunkan badanku dan menatap kearah jendela rumahku yang masih tertutup gorden sederhana dan tidak pernah diganti kalau bukan hari lebaran. Aku mencoba turun dari kasur-ku yang hanya tinggi sedikit dari lantai rumahku dan aku duduk didepan lemari. Didepanku ada kaca yang memperlihatkan diriku yang masih berantakan karena baru saja bangun dari tidur. Aku mengambil satu botol besar air mineral untuk melancarkan tenggorokan-ku yang kering dan setelah itu aku mengambil kacamata yang harus aku pakai agar supaya aku bisa melihat dengan jelas. Ya, aku sudah sampai minus 12 dan 13 ditambah silinder 2 dan 3. Sudah sangat parah, bahkan aku tidak dapat melihat hal yang dekat dengan jelas. Kacamata-ku sudah sangat tebal dan bahkan sudah sampai keluar dari frame-nya karena saking tebalnya.

Setelah aku memasang kacamataku, aku langsung mencari dimana handphone ku yang tadi membangunkanku berada. Sebenarnya aku sudah tau itu handphone ada dimana, karena aku sudah terbiasa untuk menaruh barang disatu tempat yang sama. Tapi seperti biasa, disaat tidur handphone itu pasti tergeser-geser sehingga tempatnya pas aku bangun sudah berbeda. Aku biasa menaruhnya di selipan antara kasurku dan tembok, jadi terkadang handphone-ku itu tertutup oleh kasur. Setelah aku menemukan handphone-ku, aku langsung membuka passcode yang sudah tertera di layar handphoneku. Kulihat sudah ada notif dari Iqbal yang mengucapkan selamat pagi.

Iqbal adalah pacarku, kami sudah berpacaran satu tahun sejak kami kelas 2 SMA. Mengingat masa-masa itu sangatlah aneh menurutku, karena kami menjadi pacar hanya karena kegiatan OSIS sekolah kami. Aku dan Iqbal satu sekolah, kami berdua bergabung didalam OSIS. Aku memang anggota OSIS dari kelas 1, sedangkan Iqbal adalah orang tambahan OSIS untuk kegiatan Masa Orientasi Siswa waktu itu. Aku dan Iqbal ditempatkan di satu divisi, divisi pengadaan barang. Sehingga aku dan Iqbal selalu berkomunikasi dan selalu pergi bersama untuk mencari kebutuhan-kebutuhan barang untuk kegiatan OSIS. Dari sanalah aku dan dia lama-lama mempunyai rasa tersendiri. Begitulah cerita singkat aku dan Iqbal bertemu.

Setelah membaca pesan dari Iqbal dan juga membalasnya dengan “Ohayou” atau selamat pagi dari Bahasa Jepang aku langsung bergegas mengambil handuk-ku lalu melaksanakan kegiatan pagi, yaitu mandi.

Setelah mandi, aku langsung berpakaian rapih untuk berangkat menuju ke sekolah. Setelah selesai berpakaian aku berkaca didepan kaca lemariku sambil melihat penampilanku hari ini. Jilbab-ku sudah rapih tak lupa dengan pin imut buatan-ku sendiri yang hari ini kupakai adalah kucing tersenyum yang berarti hari ini aku merasa bahagia. Tak lupa juga dengan jaket merah polos kesukaan-ku yang selalu kupakai kesekolah.

Setelah kupikir semuanya oke, aku langsung beranjak mengenakan sepatu favoritku. Aku sangat suka memakai sepatu Converse. Minggu ini aku pakai yang warna pink. Aku punya beragam warna dan ini aku beli dari uang tabunganku dari menjual aksesoris aksesoris buatan-ku sendiri. Setelah memakai sepatu, aku langsung berjalan keluar rumah dan berjalan menuju jalan raya yang jaraknya sekitar 300 meter dari rumahku. Rumahku berada didalam gang yang berkelok kelok dan hanya bisa dilalui oleh motor saja.

Jam tangan merahku yang bisa mengeluarkan suara ini, dan juga barang kesukaanku ini masih menunjukan pukul 06.20 pagi. Berarti masih ada sekitar 40 menit sampai gerbang sekolah dikunci. Jarak dari rumahku ke sekolahku tidak jauh, hanya membutuhkan waktu 20 menit naik angkutan umum. Ya, aku selalu pergi kemana-mana dengan angkutan umum. Karena aku sendiri tidak bisa mengendarakan motor dan kupikir pengguna kendaraan pribadi sudah banyak, kalau nanti aku membawa kendaraan sendiri berarti aku juga menambah kemacetan yang biasa dikeluhkan orang-orang.

5 menit sudah kuhabiskan untuk berjalan dari depan rumah menuju depan gang. Ada angkot sudah menunggu didepan gang, aku bisa naik angkot itu karena angkot itu juga melalui depan sekolahku. Dan akhirnya, aku menaiki angkot itu dan menunggu sampai supir angkot itu melajukan kendaraannya.

20 menit kemudian aku sampai didepan gerbang sekolahku. Gerbang masih terbuka lebar karena jam masih menunjukan pukul 06.45 dan berarti masih ada 15 menit yang dapat aku gunakan untuk membeli makanan ringan yang dapat mengisi perut sampai waktu istirahat nanti. Ya, aku belum sarapan pagi ini.

Aku melangkahkan kakiku menuju ruang kelasku, disepanjang perjalanku menuju ruang kelasku ada beberapa adik kelas atau teman-temanku menyapa dan aku hanya membalas sapaannya dan melanjutkan jalanku menuju ruang kelasku. Sesampainya dikelas aku hanya menaruh tas-ku dan langsung beranjak berjalan kembali menuju kantin sekolah yang terletak dibagian belakang sekolah.

“Hoy ra, mau kemana?” Sapa seseorang yang membuatku harus menolehkan kepala karena ada namaku dipanggil disana. Setelah aku melihat darimana asal suara tersebut, aku melihat sesosok perempuan yang sangat aku kenali. Dia adalah Rina, salah satu sahabatku.

“Mau kekantin beli makanan, mau ikut lo?” Jawabku dan juga ajakanku pada Rina. Kupikir, lumayan juga ada yang menemani supaya ngga terlalu sepi.
“Boleh.. Mau beli minum juga sih” Jawab Rina meng-iyakan ajakanku dan langsung berjalan disampingku.

Kami hanya mengobrol seputar tugas kelas sepanjang berjalan menuju kantin dan sampai ke kelas kami lagi. Aku dan Rina adalah teman satu meja, kami duduk ber-sebelahan dimeja yang sama.

Sesampainya dikelas, aku hanya duduk sambil menikmati makanan yang tadi aku beli dikantin sekolah. Kulihat Rina masih berkutit dengan handphonenya dan sepertinya sedang chatting. Aku melihat jam ditangan kiriku dan sudah menujukan pukul 07.00 yang berarti sebentar lagi bel berbunyi. Dan benar saja, ternyata bel langsung berbunyi, dan kami bersiap untuk masuk kepelajaran pertama di hari ini.

[ BERSAMBUNG ]

Terimakasih telah membaca..