HIKAYAT KADIROEN (10)

Day 2,999, 16:03 Published in Indonesia Colombia by kerikil

Selamat pagi yang cerah para pembaca sekalian,
pun tak ada salahnya kita bernostalgia membaca cerbung hikayat kadiroen, selamat menikmati karya lawas dari seorang tokoh masa lalu.

"HIKAYAT KADIROEN"
KARYA : SEMAOEN


ceritera ini akan di update sampai tamat inshaALLAH setiap 2 hari sekali.

...Pada saat ia siuman, ia mendengar kata-kata Ardinah:......

“Tuan, ampunilah hamba, hamba merasa berdosa besar dengan menceritakan hal ini pada Tuan. Karena masalah ini Tuan pingsan beberapa saat. O, hamba tidak mengira.” Kadiroen menjadi ingat lagi. Ia memaksa dirinya untuk menenteramkan hati dan jiwanya yang sudah hancur. Ia ingat kepada Tuhan Allah. Ia menjadi sabar dan bertanya kepada Ardinah:
"Bukan salahmu, Ardinah. Hari ini saya memang agak kurang enak badan!"
Tapi Ardinah seorang perempuan yang perasa. Meski Kadiroen tidak mengatakan yang sebenarnya. Sebagaimana perasaan semua wanita, perasaan Ardinah juga sangat peka. Waktu Kadiroen pingsan karena mendengar perkataannya bahwa ia sudah kawin dan punya suami, maka segeralah Ardinah juga merasakan bahwa Kadiroen menaruh perasaan cinta yang luar biasa kepadanya. Pada saat itu juga Ardinah merasakan bahwa ia sangat mencintai Kadiroen. Selain itu, hati Ardinah juga merasakan seperti sedang diremuk oleh sebuah kekuatan rahasia. Tetapi Ardinah bisa menyabarkan dirinya. Sebab ia tidak mau mengatakan perasaannya pada Kadiroen.

Tiada berapa lama, Ardinah mendengar perkataan Kadiroen:
"Sudah Ardinah, saya sudah sembuh. Saya ingin menolong orang yang kamu kasihi yang sedang menderita itu. Teruskanlah ceritamu itu." Perkataan itu terdengar begitu sabar dan sangat mengharap Ardinah meneruskan ceritanya. Terpaksa Ardinah meneruskan ceritanya. "Tadi hamba sudah bilang, bahwa ayah hamba sakit keras. Dan ia bermaksud mengawinkan hamba dengan Kromo Nenggolo. Sebaliknya hamba tidak senang dan takut dengan Kromo Nenggolo. Apalagi ia begitu tergesa-gesa mendatangkan penghulu. Meskipun ayah masih sakit, ia nekad mau kawin. Tetapi hamba tidak berani melawan kata-kata ayah. Karena hamba khawatir akan bikin susah dan membikin matinya ayah seketika. Selain itu, sudah adatnya kita bumiputera, seorang gadis harus menurut kepada kemauan orang tua jika ia menghendaki kita dikawinkan. Kita seorang gadis tidak punya hak bicara dan mengeluarkan pendapat kita. Meskipun masalah perkawinan adalah urusan terbesar bagi hidup manusia, untuk ketentuan kehidupan seterusnya. Sungguhlah adat yang begini ini memang sudah nasib bagi gadis-gadis. Dan sering seorang gadis menikah dengan terpaksa. Lalu mereka yang lembek hatinya mau menghibur dirinya dengan berzina dengan lelaki lain. Memang, kehendak orangtua itu baik, sebab ingin melihat anak gadisnya bahagia dengan memilihkan lelaki sebagai suaminya. Tetapi kodrat Tuhan Allah tidak boleh dilawan dengan adat manusia. Jadi hamba mesti kawin dan tidak berani melawan keputusan ayah. Karena hamba khawatir menambah sakitnya. Apalagi melawan merupakan hal yang tidak patut, karena menyimpang dari adat.Begitulah dengan izin ayah, maka esok paginya di rumah, hamba akan kedatangan Kromo Nenggolo dan penghulu. Dan hamba selanjutnya ditetapkan menjadi istri Kromo Nenggolo. Tetapi sesudah dikawinkan, maka seketika itu juga sakit ayah bertambah keras. Dan lalu meninggal dunia dengan kata-kata terakhirnya kepada hamba: “Sekarang hamba sudah siap mati, karena kamu sudah kukawinkan dengan orang kaya dan berpangkat.”

Sampai di sini Ardinah menangis karena ia ingat kepada ayahnya yang ia cintai.
"Sesudah ia dikubur, maka hamba dibawa ke rumah lurah, suami hamba itu. Dan di situ saya diberi tahu bahwa hamba dijadikan selir. Diselir, artinya dijadikan istri muda. Kromo Nenggolo berdusta waktu ia berkata kepada ayah hamba. Istri tuanya ia tipu. Ya, sekarang Kromo Nenggolo semakin tambah bejat hatinya. Itulah sebabnya hamba tidak bisa mencintainya.”
"Istri tuanya menjadi sakit hati melihat hamba. Ia merasa bahwa ia akan kehilangan pangkat dan hak-haknya sebagai istri lurah.”
"Ia merasa jiwanya menjadi amat sakit, karena ia sudah dibikin permainan oleh suaminya. Ia teramat sedih, batinnya menderita. Inilah perempuan tua yang sangat kasihan, Tuan. Dan hamba ingin sekali menolongnya. O, Tuan, apa sebabnya agama Islam hamba memperkenankan lelaki kawin lebih dari satu. Sedang biasanya ajaran agama sering dijadikan alasan oleh kaum lelaki yang hanya ingin mempermainkan perempuan.”

"Itulah sebabnya, hamba sebagai seorang perempuan, sering menderita batin. Hamba tahu, seorang perempuan perangainya sangat lembut, seorang lelaki banyak alasannya, bahwa di beberapa negeri, ada lebih banyak kaum perempuan daripada lelakinya. Hal ini yang menyebabkan mengapa ajaran agama kita memperkenalkan lelaki boleh kawin lebih dengan satu perempuan. Tetapi hamba tidak mengerti, mengapa seorang lelaki berani mengambil hak-hak itu tanpa meminta izin sang istri tua, tanpa menghormati dan turut merasakan bagaimana pedihnya dimadu. Demikian pula, perempuan mudanya, sebelum dinikahi seharusnya ditanyai bagaimana pendapatnya, mau apa tidak ia hidup rukun dengan istri tua. Dan si lelaki seharusnya bisa membagi perasaan cintanya kepada semua istrinya. Tetapi biasanya, tidak ada perdamaian semacam ini yang terjadi dengan tulus hati satu dengan yang lainnya secara terus-menerus. Selain itu, perempuan biasanya tidak ditanya pendapatnya lebih dahulu dan hanya dianggap sebagai benda yang tidak bernyawa saja. Kita perempuan memang lemah, lelaki kuat dan kuasa, mereka bisa berbuat sewenang-wenang kepada kita. Itulah yang sering terjadi di Hindia sini. Selama para lelaki belum bisa berbuat baik dan adil, maka lebih baik kalau agama kita melarang perkawinan lebih dari satu perempuan. O, Tuan Kadiroen, hamba merasa sendiri hidup dalam neraka dari kesewenang-wenangan lelaki, yang mengaku beragama tetapi tidak menjalankan ajaran agamanya tersebut. Meski begitu, saya tidak akan menggugat aturan agama kita. Atau tidak menggugat juga pada yang membikin aturan itu. Sebab, mestinya maksudnya baik. Tetapi hamba mencela semua laki-laki yang busuk seperti Kromo Nenggolo suami hamba. Lelaki seperti itu, wajib dikucilkan dari pergaulan orang banyak. Sekarang hamba sudah telanjur menikah dengan Ielaki yang tidak hamba cintai. Istri tuanya dalam kesusahan yang amat sangat dan mesti saya tolong. Oleh karena itu, hamba lalu minta cerai dari Kromo Nenggolo. Bukan karena hamba mementingkan diri sendiri karena susah. Tetapi hamba ingin menolong istri tuanya. Tetapi Kromo Nenggolo tidak mau menceraikan hamba. Ia memenuhi semua kewajibannya kepada hamba. Tetapi hamba tidak suka kepada dia. Sampai sekarang hamba menolak berhubungan dengan dia. Tetapi dia tetap tidak mau menceraikan hamba. Keadaannya sekarang, saya secara lahir diikat oleh seorang lelaki yang tidak saya sukai. Yaitu orang yang selalu membikin sakit hati kaum perempuan. Demikian pula, saya tidak bisa menolong istri tuanya. Itulah yang menyebabkan susahnya pikiran hamba. O, Tuan Kadiroen, berilah pertolongan untuk perkara ini."

Sampai di sini Ardinah menceritakan riwayatnya. Kadiroen mendengarkan betul dan berikhtiar bagaimana bisa membantu menolong Ardinah. Tetapi waktu itu sepertinya otaknya tidak bekerja. Hanya hati dan jiwanya terus-menerus gelisah. Oleh karena itu, ia berkata pada Ardinah: "Mbakyu, saya mengucapkan banyak terima kasih. Karena kamu mempercayai saya dan sudah menceritakan hal ini. Kau dengan gagah berani, melupakan kepentinganmu sendiri, dan berusaha untuk menolong orang lain. Kau telah memberikan contoh yang baik kepada saya. Selain itu, saya akan melupakan kepentinganku sendiri, kalau ada orang lain yang mesti ditolong. Pasal membantu kamu untuk menolong bini tua dari lurah tersebut, sesungguhnya amat sukar urusannya. Saya sekarang belum dapat berusaha. Oleh karena itu, saya minta waktu. Lain hari hal ini akan saya bereskan. Hanya satu hal lagi yang ingin saya ketahui, Ardinah istri muda seorang lurah, mengapa pergi ke pasar sendirian saban hari?"

"Tadi sudah hamba terangkan bahwa hamba tidak suka dengan lelaki yang secara agama telah sah menjadi suami hamba, tetapi pada praktiknya lain. Di mata orang banyak, hamba memiliki suami, tetapi yang sebenarnya bukan suami hamba. Hal yang demikian ini membikin marah dan bencinya Kromo Nenggolo kepada hamba. Dan oleh karena itu ia menyiksa hamba. Jam empat pagi hamba harus sudah bangun, pergi ke pasar yang begitu jauh. Dan kalau sampai di rumah, terus-menerus sampai malam, hamba harus bekerja. Selain itu, ia seringkali memukuli tubuh hamba juga. Ia sanggup meringankan nasib saya kalau hamba mau melayani keinginannya. Tetapi hamba tetap tidak mau, sebab supaya jangan menambah sakit hati istri tuanya. Itulah sebabnya mengapa sampai sekarang hamba disiksa terus-menerus. Tetapi hal itu tidak hamba pikirkan. Dan siang-malam hamba hanya memohon kepada Tuhan Allah, supaya diberi kekuatan memikul semua siksaan ini dengan hati sabar. Hamba memegang teguh nasihat ibu hamba, “Siapa yang berbuat baik, tentu akan dibalas kebaikan oleh Tuhan Allah. Dan oleh karena itu, dalam kesengsaraan tetaplah percaya kepada Tuhan Allah yang akan memberi kekuatan sampai saatnya anugerah itu datang.” lnilah pepatah yang selalu hamba ingat Tuan dan yang membikin saya tetap sabar serta sanggup memikul kesengsaraan ini dengan tidak sampai berputus asa."

Kadiroen mendengarkan semua pembicaraan Ardinah, dalam batinnya ia menghormati pendirian perempun yang herhati mulia itu. Mulia karena memang baik. Kadiroen merasa sepertinya ia mendapatkan pelajaran dari pepatah yang sudah diterangkan Ardinah tadi. Kadiroen sangat bahagia mendapat pelajaran mencari kekuatan Allah dalam kesengsaraan tadi. Dan pikirannya yang kebingungan memikirkan cinta menjadi bersabar. Lantas Kadiroen permisi pulang. Sungguh Kadiroen sudah bertemu dengan seorang perempuan yang cocok dengan jiwa, watak dan pikirannya. Karena terdapat tiga kesamaan dalam tiga masalah itu, maka tidaklah heran jika Kadiroen menaruh cinta yang amat besar kepada Ardinah. Seorang lelaki hanya akan betul-betul mencintai seorang perempuan jika watak, jiwa dan pikiran si perempuan memiliki kecocokan dengan si lelaki. Begitu pula sebaliknya seorang perempuan terhadap seorang lelaki. Cinta sejati adalah jika ia melihat dirinya sendiri dalam diri orang lain. Itulah percintaan sejati yang amat indah sinarnya.

Hari itu Kadiroen tidak jadi pergi ke Desa Meloko. Meski ia sangat suka, tetapi pikirannya sedang melawan semua pekerjaannya karena ia sangat tertarik oleh debaran jiwanya. Oleh karena itu ia lalu pulang. Dan karena ia merasa begitu tergoda, begitu sakit jiwanya, maka ia minta cuti 14 hari untuk menerangkan semua persoalannya kepada ayah dan ibu di rumah. Hari itu, pada tengah malam, ia mengerti ada tiga perkara yang mesti ia bereskan. Yaitu jiwanya sendiri, pertolongan untuk istri tua Lurah Meloko, serta kepada rakyat di desa itu.
Untuk pasal yang pertama, ia sudah dapat menyelesaikan dengan baik. Yaitu ia akan cuti menghibur hati di rumah orang tuanya. Dan untuk pasal yang kedua, ia sudah menemukan jalannya. Yaitu ia akan menyerahkan hal itu pada Asisten Wedono yang akan mewakilinya dalam 14 hari cuti itu. Hal itu tidak akan menyusahkan yang mewakilinya. Sebab Kadiroen sudah tahu duduk perkaranya. Dan hanya tinggal mengumpuIkan bukti-bukti saja. Untuk mengumpulkan bukti-bukti, wakilnya pasti tidak akan keberatan.

Begitulah, Kadiroen akan menyelesaikan dua perkara itu, sebab ia sudah tidak kuat lagi. Hanya perkara menolong istri tua Lurah Meloko, itulah yang masih belum bisa diselesaikan dalam pikiran Kadiroen. Beberapa ide telah membayang dalam pikiran Kadiroen untuk mengikhtiarkan perkara itu. Tetapi hanya satu cara yang dapat menyelesaikan masalah itu, "Ardinah harus cerai dengan Kromo Nenggolo". Tetapi bagaimana hal itu meski dijalankan. Itulah yang selalu dipikirkan otak Kadiroen. Ia berpikir, seumpama Ardinah sudah diceraikan oleh Kromo Nenggolo, istri tuanya pasti akan tertolong. Tetapi bagaimana hidup Ardinah selanjutnya, seorang perempuan muda yang tidak punya sanak famili?.

Jadi dalam hal ini, Kadiroen harus mau memikul kehidupan Ardinah. Dan bisa memikulnya, sebab tentunya ia akan kawin dengan Ardinah. Kadiroen akan kawin dengan dia. Ia tahu, dari pertemuan tadi pagi, bahwa Ardinah mencintai dirinya. Sebaliknya jika Kadiroen ikut campur tangan masalah cerai itu, lalu ia kawin dengan Ardinah, bagaimana nantinya dalam pandangan umum? Tentunya ia akan kelihatan busuk sekali, sebab ia memaksa seorang lurah - seorang pegawai di bawah kekuasaannya - untuk bercerai dengan istrinya, buat dikawin sendiri oleh Kadiroen. Kadiroen yakin, cara ini akan kelihatan busuk sekali. Sebab jika hal itu sampai kejadian, namanya akan menjadi sangat tercemar. Dan lalu ia tidak begitu dipercaya oleh rakyat. Akhirnya ia tidak akan bisa membantu rakyat dalam wilayah kekuasaannya itu. Selain dari itu, dengan mengambil jalan yang demikian itu, ia akan memberi contoh yang buruk kepada semua orang. Pendek kata, bahwa jalan yang demikian sangat buruk sekali. Betul juga, Kadiroen sudah mengerti, pada zaman kuno banyak atasan yang memaksa bawahannya untuk memberikan istrinya pada atasannya. Mereka memaksa dengan ancaman, membenci, melepas pekerjaan atau pangkat seorang pegawai yang ada di bawah perintah kekuasaannya. Karena seorang pegawai biasanya amat takut kehilangan jabatannya. Ia malu. Jadi mereka menurut saja semua apa yang diperintahkan atasannya. Tetapi Kadiroen tidak suka berbuat begitu hina, memaksa bawahannya untuk urusan demikian. Ia lebih baik bunuh diri daripada harus berbuat yang demikian hina.

Pendek kata, Kadiroen tidak bisa ikut campur tangan dalam urusan cerai ini. Bisa juga dilaksanakan, tetapi sesudah Ardinah diceraikan, maka selanjutnya Kadiroen akan menghindari Ardinah. Padahal ia sangat khawatir akan hidup dan masa depan perempuan itu. Bahwa Ardinah akan hidup lebih sengsara dari pada sekarang. Meskipun kira-kira Ardinah akan sanggup memikul beban tambahan kesengsaraan itu. Tetapi Kadiroen sendiri yang tidak akan kuat melihatnya jika hal itu sampai terjadi. Ya, bagaimanapun Kadiroen memikir-mikir, selalu saja ia tidak mendapatkan jalan yang baik untuk menolong istri tua yang disakiti jiwanya oleh Kromo Nenggolo.

Semalaman Kadiroen tidak bisa tidur. Dan pagi-pagi ia sudah pergi ke Desa Meloko, ingin bertemu di jalan dengan Ardinah. Dan setelah bertemu maka Kadiroen meminta maaf kepada Ardinah karena sampai sekarang ia belum bisa membantu dengan semestinya apa yang dimaksud Ardinah. Lalu Kadiroen menjelaskan bahwa ia sudah minta cuti selama 14 hari untuk pulang ke rumah orangtuanya. Selain itu, ia meminta izin Ardinah, apakah ia boleh meminta nasihat ibu dan bapaknya mengenai kesulitan ini.

"Hamba mengucapkan beribu terima kasih atas kehendak Tuan yang mulia itu. Sesungguhnya Tuan adalah seorang kesatria. Tetapi tadi malam hamba sudah menemukan cara, dan akan berusaha sendiri, yang akan hamba lakukan dalam dua minggu jika Tuan cuti. Tuan pun tak usah turut campur tangan lagi. Sebab hamba tidak ingin Tuan ikut susah dalam masalah ini. Selain dari itu, Tuan jangan bilang pada ayah dan ibu Tuan, ya Tuan hamba," jawab Ardinah.
Pesan yang terakhir itu dikeluarkan dengan perkataan yang sangat terang dan dengan cara yang begitu menarik hati. Sehingga Kadiroen tidak bisa bilang apa-apa, selain "Saya menuruti kemauan Ardinah!"
Dengan begitu maka Ardinah melepaskan Kadiroen dari kewajibannya yang amat sukar, yang meringankan apa yang mesti dipikul Kadiroen.

Beberapa hari tidak lama sesudah kejadian ini berlangsung, maka Kadiroen mendapat telegram dari pembesar atasannya yang sebagian berbunyi; "cuti diizinkan. Habis verlof supaya terus menjabat dengan pangkat Wedono di Distrik Rejo...."
Sesungguhnya kabar itu membikin gembira Kadiroen. Batinnya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Tuhan Allah. Kenaikan pangkat itu bagi Kadiroen dapat menjadi sedikit obat bagi jiwanya yang sakit dan terguncang keras.

Bersambung....

Sampai jumpa di episode berikutnya