[Jelly] Ketika Kami Gantungkan Asa

Day 1,336, 22:28 Published in Indonesia Pakistan by BadMail

Barang-barang telah dikemas, namun kami masih tercenung. Beban berat menggelayut di tenggorakan dan ujung lidah kelu. Kami pun dengan amat sangat berat hati pergi, berharap yang lebih baik terjadi sepeninggal kami.

Beberapa malam sebelumnya, di sebuah goa yang terdalam di kepulauan maluku, kami berkumpul dan bercakap-cakap tanpa sepatah kata terucap. Benak kami penat dengan apa yang terjadi hari ini. Sebuah pertikaian kembali terjadi di bumi pertiwi, dan untuk kesekian kalinya, apapun yang terucap dari mulut kami seolah sebuah pisau yang menghujam mereka bagai dosa yang tak termaafkan.

"gimana nih.. kita diminta untuk menerima perubahan yang ada.. apakah memang kami ini semua adalah anomali?", demikian kata salah seorang diantaranya.

"Iya.. apa pun yang ucapkan kok sepertinya salah. Padahal jujur gw tulus sayang ama mereka semua", demikian kata seseorang yang bertanduk berbicara di ujung goa.

"Haaah! keparat! udah tinggalin aja negeri berengsek ini! toh kita udah disuruh diem!", salah seorang dari mereka dengan gusar memecah sunyi dengan murka.

"..iya.. kita ada yang bilangin, ini bukan jaman kita... Apa yang musti kita perbuat?", demikian kata salah seorang lagi sambil tetap asik menikmati lembaran photo seronok koleksinya... Sunyi senyap...


"...Baik... kita akan pergi", demikian kataku.. Goa begitu senyap dan semua mata tertuju pada ku.. tatap mata berat hati dan pedih, namun tak ada ucapan terungkap.

"Ayok kapan lagi, elo mah omong doang dari dulu!", "wwkwkwwkwk ho oh, dasar.. dari dulu gitu muluk", demikan jawab dua orang makhluk yang sepertinya udah gak jelas lagi apakah mereka manusia atau sapi karena saking seringnya mati.

"Okeh.. kita pergi.. mungkin dengan perginya kita, kontroversi yang berhubungan dengan kita akan sirna.. tidak ada lagi perasaan merasa di gurui, tidak ada lagi perasaan senioritas yang banyak atur, atau unsur kedekatan mimin yagn hinggap ke kita seolah kita sang dewa yang bisa menentukan sebuah wacana. Kita akan pergi... dan sampai saatnya tiba.. kita akan kembali...".

Ketika kami keluar Goa, ternyata sudah banyak pula warga lain yang menunggu, "kami ingin turut!", demikian kata salah satu dari mereka. "Ayoklah bro, daripada gw bunuh diri, mending gw ikut kalian dan ikut menggantung harapan!", "benar benar! kami hampir hilang asa! ikut bawa terbang kami ke angkasa! kami ikut!", riuh rendah semua berucap, hilangkan pedih dan putus asa.

"Baik kawan.. mari kita berangkat, tapi harap camkan.. tidak ada lagi perlu mengajak yang lain, tidak pula perlu untuk berkata selamat tinggal, tak perlu pula memberikan harap kepada yang lain sehingga ibu pertiwi di tinggal sendiri. Kita yagn sedikit ini, mari pergi"...


Kembali di pagi hari yang dingin di awal bulan Mei. Dengan gontai dan pedih dihati kami pergi tinggalkan sang ibu pertiwi.. Kami serahkan asa, harap dan cita-cita kami kepada mereka yang kami tinggal untuk membuat bumi ini lebih baik. Mungkin kami tidak akan ada lagi disini. Tapi kami akan selalu terus mengawasi, sampai pada waktunya kami akan kembali.

Beberapa bulan kemudian disebuah tempat di pegunungan Baltik. Segerombolan warga yang sepertinya berasal dari asia sedang bersantai di mulut sebuah goa. Ada yang main biji temennya, adapula yang sibuk membersihkan upil kawan sebelahnya.
"Gimana bro.. ada perubahan?", tanya salah seorang diantara mereka ketika seorang anggota memakai peci dan sarung datang menyeruak rimbunan pohon.

"hm....", demikian saja katanya sambil menggelengkan kepala dengan lemah. "Bahkan sepertinya masih berlarut-larut tak jelas..", demikian dia menambahkan.

"Apakah ada bayi-bayi kecil yang lahir? banyak kah mereka?", demikian sergahku bertanya.

"Bayi kecil... *sigh*, bro, sadar lah.. 90% bayi2x yang kita urus ternyata setelah besar menjelma menjadi sapi dan 10% lagi dari mereka mati kebosanan dan pergi dari dunia ini!".

Kami kembali termenung... dan kembali mengisi waktu menikmati tarian mumun yang gemulai. "Ya udah, gpp.. masih ada tersisa waktu, mungkin belom saatnya.." demikian kataku.


Dan kami pun kembali menunggu... pelita itu sangat kecil.. tapi tak pernah mati.
Dari pegunungan Baltik,
Jelly Army
Disini hari ini, Kita coba berbesar hati, Bahagia atau merana, Kita tetap berada disini






*bagi yang koment bisa aja dpt kejutan tank dr gw