DAN DIA KEMBALI!

Day 1,573, 12:17 Published in Indonesia Indonesia by Revip

Aku memarkirkan sepeda motorku di pelataran kampus baruku, lalu kulangkahkan kakiku untuk melihat kondisi institusi pendidikan yang dalam sebulan ini akan menggemblengku untuk mendapatkan ilmu-ilmu baru bagi kehidupan di eDunia ini.
Ketika sedang sibuk mengamati megahnya kampus baru ini , tepukan hangat dipundak dengan suara yang tak asing mengejutkanku..

"Hai Revip, apa kabarmu?

Ah Demon War, mentorku dahulu sekaligus rekan partaiku dahulu. Masih hangat rupanya dia, kupikir dia membenciku setelah peristiwa itu

"Hai DW (Panggilan akrabnya), kabarku baik, bagaimana kabarmu?"
Jawabku

"Aku baik Revip, kemana saja kaw tak pernah terlihat?"
Sambung DW menjawab pertanyaanku

"Aku sedang sibuk di dunia RL sana. Ah kaw, masih baiknya kaw padaku yang berkhianat ini"
Jawabku dengan rasa bersalah

"Haha tak masalah lah Revip, kaw punya pandangan ketika itu. Akupun mahfum, itu hak kaw kawan"
DW menyambung dengan senyum khasnya

"Haha, macam kacang lupa kulit aku ini. Ya syukurlah kalau kaw tak marah. Ngomong-ngomong bagaimana kabar Frontal?"

"Ah itu dia, ada kabar baik untukmu. Idolamu sedang berkunjung ke rumah lamamu lho. Kabarnya dia akan kembali"

Aku kaget bukan kepalang, idolaku! Ya idolaku, Si Tuan Idealis, begitu aku biasa menyebutnya.
Lekas kuarik tangan DW, kunyalakan mesin motorku untuk segera pergi ke Gedung Pancasila, #Frontal.

Gedung ini merupakan rumah lamaku, disana aku digembleng untuk menjadi "seseorang" di eIndonesia ini. Disana kulihat suasana riuh gaduh penuh dengan kader-kader yang sejak dahulu kukenal sebagai pribadi-pribadi penentang ketidak adilan. Ah langsung saja kuberi salam kepada mereka-mereka yang merupakan kawan politik lamaku. Banyak pula muka-muka baru menghiasi, ya seperti biasa, yang baru dan yang lama bersenda gurau tanpa ada batasan. Sesuai dengan cita-cita partai ini, menghapus jarak antara nubi dan senior.
Setelahnya, aku mulai sibuk mencari idolaku. Sulit juga rasanya, suasana Gedung Pancasila sedang amat riuh. Lagipula aku tentu tak sebebas dulu dapat masuk ke ruangan-ruangan khusus anggota, ya maklum dirilah aku, toh aku kini anggota partai sebelah. Terlebih aku belum pernah bertemu dengannya secara langsung. Selama ini aku hanya mengagumi lewat tulisan-tulisan tajam dan kritisnya didalam artikel-artikel lama yang telah usang.

DW melihatku kebingungan terkekeh hebat,
"Tak sabar kaw rupanya Revip? Tunggulah sebentar, kupanggil beliau kemari. Duduk dulu di sofa itu. Buatlah minuman, tak usah sungkan. Anggap saja ini tetap rumahmu"

Akupun pergi ke dapur untuk membuat kopi hangat. Haha, masih ada saja rupanya kopi tubruk kesukaanku disini. Rindu pula aku jadi dibuatnya. Selepas membuat kopi, akupun pergi menuju sofa. Ternyata disana DW telah kembali bersama Tuan Idealis, si idolaku. Ah, betapa kagetnya aku

"Mmm..aa..lam"
Sapaku grogi

"Hahahaha, macam kentut kaw Revip. Tak perlu grogi begitulah, toh dia bukan anjing yang menggigit, dia pun tak makan manusia, yang dia mangsa hanya satu, pemimpin-pemimpin keji yang durjana pada rakyatnya."

Ah kampret memang si DW ini, makin grogilah aku dibuatnya. Grogi campur tak enak jadinya

"Hahaha, halo Revip apakabarnya? Tak perlu didengar itu lebaynya Demon"
Idolaku itu menyambung omongan DW

"Hha..ha, kk..aa..bbarku baik"
Aku menjawab dengan segala kegrogian laknat, ya namanya juga bertemu idola

"Huahahaha, mas maklumi dia ya. Dia mengagumi kaw sejak lama. Ya jadi grogi macam itulah"
Sambung DW seraya tertawa keras

Aku pun berusaha menguasai diri. Setelahnya kami mulai mengobrol santai. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk banyak bertanya kepada beliau. Ya, banyak hal yang ingin kutanyakan padanya. Terutama masalah ketidak sukaan beliau pada PTO (Political Take Over). Lama mengalor ngidul, kami mulai membahas ungkapan-ungkapan yang dulu sempat heboh, yakni beliau vs eIndonesia. Ya ternyata itu permasalahan arisan presiden dahulu kala. Dimana seperti yang pernah kudengar sebelumnya, dahulu di eNegeri ini, pemilihan pemimpin berdasarkan "arisan". Beliau menentang itu, dan terjadilah pandangan-pandangan sinis padanya. Ah padahal apa yang salah? Tapi kumaklumi, seperti kata pepatah, dijaman edan, yang benar jadi salah yang salah jadi benar.

Didalam percakapan seru kami, tiba-tiba pintu Gedung Pancasila diketuk dengan keras. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat orang dibalik pintu itu masuk kedalam...
Ya, Kameraad Boncos!
Mau mati aku rasanya. Takut pula aku dikira sedang bermacam-macam dimari. Serentak aku berdiri dan memberi hormat..

"Salam Kameraad!"
Ucapku kikuk
"Salam Revip, sedang apa kaw dimari?"
Jawab Boncos dingin

Ah keringat dingin mengucur didahiku,
"Aa..kku seda..ang..."
Belum usai aku menjawab, DW datang keheranan
"Kenapa kaw berkeringat begitu Revip? Diluar sedang hujan, kaw malah kepanasan. Oh iya, selamat datang Boncos. Tadi aku yang mengundang Boncos, biarlah dia temu kangen dengan sobatnya ini" Ucap DW seraya melihat idolaku.

Hahaha, kaget benar aku dibuatnya. Kupikir Boncos datang untuk melabrakku, ternyata dia datang untuk idolaku.

"Ah ncos, apa kabarmu? Rindunya aku"
Sapa idolaku..

"Ah kaw, kemana saja sobat? Masih hidup kaw ternyata"
Jawab Boncos

"Haha tentu aku masih hidup cos"

Kedua legenda ini saling mengobrol hangat, sesekali aku dan DW ikut nimbrung dalam obrolan mereka. Namun karena tak enak pula akan mengganggu, aku dan DW memisahkan diri untuk ngobrol bersama kader-kader Frontal yang lainnya. Kami mulai bersenda gurau tentang masa lalu, haha dimana aku dari pitik hingga beranjak dewasa disini. Ya, hingga peristiwa itu. Dimana aku akhirnya memutuskan untuk hijrah. Namun ternyata mereka berbenah, Frontal tetaplah Frontal. Dimana dahulu aku jenuh itu hanya karena mereka sedang vakum sementara, bukan vakum selamanya.
Disaat kami sedang asyik bernostalgia, idolaku memanggilku, akupun tergopoh menghampirinya.

"Revip, kembalilah ke Frontal" Ajaknya

"Tapi ..."
Aku bingung, kulihat wajah Boncos, makin bingunglah aku

"Kembalilah kemari, disini rumahmu."
Idolaku menambahkan

"Tapi .. Tak apakah kameraad?"
Tanyaku ragu pada Boncos

"Tanyakan pada hatimu. Asalkan kaw nyaman dengan pilihanmu"
Boncos tersenyum menjawab pertanyaanku

Ah entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya. Setahuku pembicaraan politis begini amatlah sensitif.
Aku minta diri sejenak untuk memikirkannya. Ditengah kegundahan itu DW datang menghampiriku,
"Sudah Revip, kembalilah. Ini rumahmu, ayo kita berjuang bersama seperti jaman Kalkir dahulu"
"Ah DW, akupun ingin, tapi ..."
"Tapi apa? Jika kaw memang ingin kembali, kembali saja. Apa yang harus kaw ragukan?"

Akhirnya aku kembali kepada idolaku dan Boncos..
"Baiklah, aku kembali ke partai ini"
"Sudah kaw pikir masak-masak Revip?"
Tanya idolaku
"Ya, kurasa aku ingin berjuang bersamamu. Dan Kameraad, mohon maaf aku mengambil keputusan ini" Sahutku
"Tak apa, sekali lagi, turuti kata hatimu Revip" Boncos menjawab dengan penuh kebapakkan, ah terharunya aku..

Akupun pergi ke meja administrasi. Disana aku kembali membuat KTA Frontal. Ah baju oranye beremblem Pancasila di dada itu kembali kukenakan. Lalu aku kembali untuk pamit diri kepada Boncos dan Idolaku. Dengan satu pertanyaan dihati, yang akhirnya aku tanyakan..

"Mas, aku kembali untuk berjuang bersamamu. Maukah kaw memimimpin eIndonesia jika kaw benar kembali?"
Tanyaku pada idolaku ..

"Kudukung itu sobat! Majulah kaw pada pilpres mendatang, rebut medalmu yang tertinggal itu!"
Boncos menambahi

"Ah kalian ini. Andaikata pun aku maju, itu bukan karena medal atau apapun. Aku hanya mau maju untuk memajukan negeri ini, untuk menghapuskan ketidak adilan jika pemimpinnya lalim dan durjana." Sahut idolaku seraya tersenyum teduh

"Jadi, mas mau maju?"
Kejarku penasaran

"Ah kita lihat sajalah nanti. Tapi kalian terutama kaw cos, jikapun aku maju, tentu kaw dukung sebelum dan sesudah kan?"

"Hahaha, kaw ini, tentu saja kudukung. Tenanglah sobat!"
Jawab Boncos

"Haha terimakasih cos, ya pokoknya lihatlah nanti. Biar Tuhan yang menentukan segalanya"
Jawabnya sejuk ...

Ah Tuhan
Penasaran aku..
Maju atau tidak ya beliau nanti?
Tapi jika boleh aku berdoa,
Doaku hanya satu
Tetapkanlah takdir-Mu untuknya
Agar dia menjadi pemimpin kami kelak,
Pemimpin Bangsa eIndonesia