[Dongeng Erep] 24 Jam di Northern Teritory

Day 2,431, 03:55 Published in Indonesia Indonesia by Kampret7

INFO:
War di Luzon kita realese. Tolong jangan hit di sini. Order dari GOV. Terimakasih



Cerita ini juga bisa dilihat di sini

Selamat membaca.


Senin, 5 Mei 2014
Day 2356 Erepublik Time
Papua, eIndonesia


Hari itu merupakan salah satu hari yang sangat melelahkan dalam hidupku. Bertempur terus menerus tanpa henti sampai peluru terakhir. Dengan tujuan mengusir tentara Yunani dari tanah Northern Territory yang diberikan kepada Makedonia.

Semua bermula dari serangan udara yang dilancarkan Yunani untuk mengejar musuh bebuyutan mereka Makedonia yang berlindung di wilayah Northern Territory, South Australia dan Tasmania. Untuk mencegah Yunani masuk lebih jauh, Pemerintah Indonesia memutus perbatasan di South Australia. Presiden saat itu wandr1p pun segera membuat proposal Natural Enemy (NE) terhadap Yunani dan di sahkan oleh kongres. Perang pun tidak terhindarkan antara Indonesia dan Yunani.



Aku telah bersiap-siap di kabinku untuk pergi bertugas. Sambil bersiap-siap, aku menyalakan tv sekedar untuk mengetahui keadaan terkini dari medan tempur. Semua chanel tv membahas perkembangan yang terjadi di sana. Surat perintah pun datang, dan aku diperintahkan untuk berkumpul di pangkalan aju di Kupang, Nusa Tenggara timur (NTT) sebelum diterjunkan ke garis depan. Sudah beberapa tahun ini aku tidak sempat pergi ke Kupang untuk bertemu dengan saudara-saudaraku. Namun akhirnya kesempatan itu tiba.

Sesampainya aku di sana, aku diarahkan untuk masuk ke dalam ruang Indotank. Ruangan itu berbentuk seperti hanggar yang sangat besar, dan digunakan untuk koordinasi antara menteri pertahanan, para jenderal, serta pasukan di garis depan.

*** ditulis oleh Nurmillaty A.M ***
Di sana terdapat satu layar utama yang sangat besar di tengah untuk menampilkan keadaan di lapangan secara realtime yang didapat dari pesawat tanpa awak yang mengintari wilayah itu, serta beberapa layar yang lebih kecil untuk sudut pandang yang berbeda.

"Bagaimana sektor 2?" sekilas kudengar K A M B I N K, menteri pertahanan saat itu, bertanya pelan di sela ribuan suara.

"Belum ada tanker divisi tiga yang terlihat, Pak," seseorang menjawab. "Pasukan Makedonia masih standby di bunker. Sepuluh menit lagi satu batalyon Bulgaria akan tiba dari jalur darat." K A M B I N K mengangguk dan memandangi layar besar di hadapannya, memantau perkembangan yang terjadi dengan serius.

"ScimitarInd!"

Seorang pemuda tergopoh-gopoh menghadap MoD Indonesia itu. "Siap, Pak!"

"Hubungi MoD UK - cari tahu apakah bantuan divisi 3 bisa dipercepat tiga puluh menit dari rencana awal atau tidak."

"Laksanakan, Pak!"

Ia bergegas kembali ke tempatnya - tempat di mana belasan orang sibuk berkomunikasi dengan prajurit-prajurit melalui radio, di antaranya prajurit luar negeri Banyak teriakan-teriakan dalam percakapan radio itu yang meminta bantuan tembakan, suplai amunisi, medis, dan banyak lagi.

"Penanggungjawab UK lapor!" teriak ScimitarInd, cukup keras untuk didengar rekan-rekannya. Seorang mengacungkan tangannya cepat.

"Sepuluh detik lagi sambungan ke UK akan aku buka. Tanyakan apakah bantuan divisi 3 bisa dipercepat tiga puluh menit dari rencana awal atau tidak."

Semua berlangsung singkat, cepat, hampir memusingkan. Tidak ada yang santai-santai saat itu, karena semua orang memiliki tugasnya masing-masing dan ingin melakukan tugasnya dengan benar. Mungkin bisa disamakan dengan Joint Operation Center (JOC) milik Amerika.
*** ditulis oleh Nurmillaty A.M ***



Semakin lama semakin banyak prajurit yang datang di sana dari berbagai macam kesatuan. Semua mulai memakai perlengkapan tempur masing-masing dan diberikan amunisi. Helikopter pengangkut kami pun sudah siap dan kami segera berlari menuju ke sana. Saat mengudara aku menoleh keluar dan melihat ada helikopter lainnya yang mengikuti, kemudian bertambah menjadi 10, 20, 50, sampai akhirnya langit tertutupi oleh banyaknya helikopter dan pesawat yang berterbangan. Sepertinya operasi ini sangat vital bagi supremasi Indonesia di kawasan.



Aku satu helikopter dengan Wisnu LA. Satu-satunya kawan yang aku kenali saat itu. Di dalam helikopter seorang prajurit melihat kepadaku lalu berkata,

kita nggak pernah dikasih perang besar oleh Aurora, dan sekarang malah kita yang harus menyelesaikan perang yang seharusnya bukan milik kita? Gila.

Aku hanya tersenyum dan tidak menanggapinya. Mencoba untuk tetap fokus untuk menjalankan perintah dengan baik. Moril pasukan masih sangat tinggi. Kita yakin masih bisa melanjutkan kemenangan seperti di battle-battle sebelumnya. Memasuki pesisir Darwin, aku melihat kehancuran yang terjadi selama pertempuran berlangsung dari ketinggian. Kapal pendarat banyak yang rusak parah dan tenggelam, banyak bangkai helikopter yang terbakar, petugas medis yang sibuk mengangkut prajurit yang terluka. Pertempuran kali ini sangat mengerikan.



Mendekati titik penerjunan aura pertempuran semakin terasa. Desingan peluru semakin jelas terdengar. Pilot menyuruh kita untuk bersiap-siap. Lalu tidak lama kemudian

jump jump jump jump!” teriak sang pilot

Seketika itu pula kita melompat keluar dari helikopter. Mereka tidak mendarat tetapi hanya melayang di ketinggian dua meter lalu saat seluruh pasukan sudah melompat langsung pergi dari zona pendaratan. Begitu juga dengan belasan helikopter lainnya. Lalu tidak sampai beberapa detik menginjakan kaki korban pertama gelombang kami pun jatuh. Sebuah helikopter tertembak dibagian ekor sehingga membuat hilang kendali lalu menabrak heli di sebelahnya.



Aku bertempur mulai dari battle ke-9 bersama divisi 1 Indonesia. Kami tetap bertempur secara efektif dan seefisien mungkin untuk menjaga inisiatif pertempuran selalu berada ditangan Indonesia. Kami hanya menyerang saat sudah mulai terdesak. Selebihnya kami hanya menunggu musuh datang dan sesekali maju perlahan. Cara ini sangat efektif untuk melemahkan kekuatan musuh tetapi tidak menghabiskan banyak energi dan amunisi karena kita menyerang secara serentak di saat yang bersamaan. Saat menunggu musuh datang sambil berbincang-bincang, tiba-tiba Wisnu LA melihat sesuatu di kejauhan dan dibalik pekatnya asap.

Dia berbisik kepada kami “Diam semuanya! Musuh datang! Musuh datang!

Segera kami mengokang dan mengarahkan senjata kearah mereka dan dia memberi aba-aba,

Tiga, dua, satu, tembak! Tembak! Tembak!” serunya.



Kami pun menembakan seluruh senjata yang ada sambil sesekali melempar granat untuk memecah konsentrasi musuh. Aku berperan sebagai riffleman dan bertugas menggunakan senapan serbu SS2. Senapan satu ini sangat bisa diandalkan disegala medan dan memiliki akurasi yang baik. Setelah semua musuh berhasil di eliminasi, kami berhenti menembak dan mengecek senjata masing-masing.

Reload!
Nice shot!
Yeah!
Divisi 1 strong!
Good job! Good job!
HAHAHA! Makan tuh! HAHAHA!

Semuanya saling bersahutan dan mengapresiasi satu sama lain. Sekedar untuk menjaga moril tetap tinggi dan membangkitkan rasa percaya diri antar prajurit. Beberapa kali kami melakukan taktik itu dan meraih kemenangan di battle tersebut.

Kami berhasil masuk lebih dalam ke jantung pertahanan Yunani. Tetapi itu tidak mudah. Kami harus bergerak dari satu lubang ke lubang pertahanan yang lain di bawah hujan artileri dan roket. Entahlah itu dijatuhkan dari pihak mana, semuanya begitu menakutkan dan sangat memekakan telinga.



Di battle ke-10 kekuatan musuh masih sangat kuat, tetapi kami tetap bisa menahan gempuran mereka. Kami tetap melakukan taktik dan strategi yang sama. Bala bantuan tiba untuk memperkuat posisi kami termasuk temanku Wilson Tennedy. Kami berlari mencoba untuk maju lebih jauh. Tetapi terhambat oleh tembakan musuh. Aku merasa seperti semua tembakan hanya diarahkan kepadaku karena dihujani banyak sekali peluru. Saat akan memasuki lubang perlindungan,

BOOM! BOOM! BOOM! BOOM!

Empat peluru artileri jatuh di dekatku. Aku terhempas lalu tergeletak tak berdaya akibat gaya kejut dari ledakan itu dan telingaku seperti mendengar suara lonceng yang berdentang sangat kencang. Aku menoleh kearah kanan dan melihat di kejauhan tank kami sedang terbakar akibat serangan tersebut. Tiba-tiba muncul sesosok awak tank yang keluar melalui palka atas tank dengan tubuh terbakar. Beruntung dia sempat keluar dan diselamatkan oleh prajurit lainnya. Saat sudah sepenuhnya sadar aku mencari di mana Wilson berada. Dia pun luput dari serangan tersebut dan aku segera menariknya ketempat yang lebih aman.



Saat sepertinya sudah tidak ada harapan, muncul lebih banyak lagi bala bantuan. Termasuk prajurit asing yang tergabung dalam aliansi Aurora. Diantaranya drog27, prajurit asal Phoenix’s Legion dari Chile. Dia dan pasukannya memberi kami di divisi 1 tenaga tambahan untuk memenangkan battle. Dan memang pada akhirnya dia mendapat medali atas jasanya di battle tersebut dan juga di battle ke-11.

Battle terakhir menjadi battle penentuan buat kami. Langit siang itu sudah berubah menjadi gelap akibat banyaknya kepulan asap dan membuat jarak pandang berkurang. Kami mencoba mengumpulkan kekuatan, semangat, dan amunisi yang tersisa lalu maju untuk menghancurkan kantung-kantung pertahanan musuh yang ada. Jumlah mereka sudah mulai berkurang dan mulai menarik diri di semua front.

Aku sudah mulai merasakan lelah. Pandanganku mulai kabur dan perut terasa mual karena muak akan pertempuran ini. Serangan sporadis dari musuh masih terjadi dari balik kepulan asap, tetapi dengan mudah dipatahkan. Mendekati akhir pertempuran peluru senapanku sudah habis dan hanya bergantung oleh pistol Glock 17 kesayanganku. Sempat menghabisi beberapa prajurit Yunani sebelum akhirnya mereka menyerah kepada Indonesia.



Kami semua bahagia seperti anak kecil saat mengetahui kemenangan itu, meskipun dengan wajah yang sudah sangat terlihat lelah dan seragam yang kusam. Kami saling memberi menjaga satu sama lain dan kami bekerja sama dengan sangat baik. Operasi itu memakan waktu 24 jam. Dari 12 battle, divisi 1 melakukan sapu bersih tanpa memberikan sedikitpun kesempatan kepada musuh mencuri angka. Sebuah prestasi yang membanggakan terlebih bila kau ikut terlibat di dalamnya.



Helikopter datang menjemput kami sambil menurunkan pasukan cadangan yang ditugaskan untuk mengurus pemulangan pasukan Yunani yang menyerah. Dan sesampainya kembali di pangkalan aju, kami sudah disambut oleh suster-suster BAKI yang cantik dan disertai senyum yang manis yang memberikan segelas air dingin untuk kami. Rasanya sangat menyegarkan. Dan aku mengembil segelas lagi untuk mendinginkan kepalaku.

Pada akhirnya South Australia dan Northern Territory harus dikembalikan kepada Makedonia. Ada sedikit rasa kesal dalam diriku. Mengapa kemenangan yang sudah diraih dengan susah payah dan dengan pengorbanan yang begitu besar harus diberikan kepada pihak lain. Tapi tak apa. Dengan hasil ini Indonesia sudah membuktikan bahwa kita dapat mengalahkan kekuatan super power seperti Yunani dan yang lebih penting kita semakin dihormati kawan dan disegani oleh lawan.