[STORY] Awas! Terkadang Kritik Itu Berbahaya Loh!

Day 1,903, 22:06 Published in Indonesia Indonesia by Sang Jahus Jarzani
Bersatu dan Bersama Meraih Kejayaan



Hail eIndonesia...!!!

Selamat Siang, Sore, Malam dan ataupun Pagi untuk eIndonesia...



Kritik adalah hal yang terkadang sia-sia karena menempatkan seseorang dalam posisi defensif dan biasanya membuat orang itu berusaha mempertahankan dirinya. Kritik itu berbahaya, karena bisa melukai rasa kebanggaan seseorang, melukai perasaan pentingnya, dan membangkitkan rasa benci. Melalui pengalaman-pengalamannya (B.F Skinner - Psikolog) bahwa seekor binatang yang diberi hadiah karena tingkah laku baik, akan belajar jauh lebih cepat dan menyimpan apa yang dipelajarinya dengan jauh lebih efektif, dibandingkan dengan seekor binatang yang dihukum karena bertingkah laku buruk. Hal yang sama juga berlaku pada manusia (di balik setiap Char pastinya manusia, kan?).

Dengan mengkritik, kita tidak membuat perubahan yang langgeng dan seringkali malah menimbulkan rasa benci. Ada pepatah mengatakan “Kehausan kita akan persetujuan, sama besarnya dengan ketakutan kita terhadap kritik”. Rasa benci yang ditimbulkan oleh kritik kadangkala dapat menurunkan semangat kerja seseorang, dan tetap tidak memperbaiki situasi yang sudah dikritik.

Anda akan mendapatkan contoh-contoh tentang kesia-siaan dari kritik dalam ribuan halam sejarah. Sebagai contoh : pertengkaran antara Theodore Roosevelt dan Presiden Taft . Pertikaian yang memecah Partai Republik, yang menempatkan Woodrow Wilson di Gedung Putih, dan tercatat jelas sepanjang masa Perang Dunia. Pertama yang merubah arus sejarah. Mari kita lihat faktanya segera. Ketika Theodore Roosevelt melangkah keluar dari Gedung Putih tahun 1908, dia mendukung Taft, yang terpilih sebagai Presiden. Kemudian Theodore Roosevelt berangkat ke Afrika untuk berburu singa. Ketika dia kembali, dia meledak. Dia mengkritik Taft karena sikap konservatifnya, berusaha sendiri untuk mengamankan nominasi untuk masa pencalonan presiden yang ketiga kalinya, membentuk Partai Bull Mouse, dan semua hal lainnya kecuali menghapuskan G.O.P (Grand Old Party). Dalam pemilihan selanjutnya, Willian Howard Taft dan Partai Republik hanya mennag di 2 negara bagian (Vermont dan Utah). Kekalah paling besar yang pernah terjadi pada partai itu.

Theodore Roosevelt menyalahkan Taft, tapi apakah presiden Taft menyalahkan dirinya sendiri? Tentu saja tidak. Dengan berlinang air mata, Taft berkata: “Saya tidak melihat kemungkinan lain yang bisa saya lakukan”.


Siapa yang harus disalahkan? Roosevelt atau Taft? Terus terang, saya tidak tahu, dan saya tidak peduli. Hal penting yang saya coba ambil adalah kritik Theodore Roosevelt tidak membuat Taft mengakui bahwa dia salah. Kritik ini hanya mendorong Taft mempertahankan dirinya dan dengan mata berlinang mengulangi pernyataan: “Saya tidak melihat kemungkinan lain yang bisa saya lakukan”.

Begitulah sifat manusia (setiap Char pastinya manusia, kan?), mereka yang bersalah menyalahkan orang lain selain diri mereka sendiri. Kita semua seperti itu, baik Saya maupun Anda. Jadi, apabila Anda dan Saya tergoda untuk mengkritik seseorang, mari kita sadari bahwa kritik itu seperti Merpati Pos, mereka selalu kembali pulang. Mari kita sadari bahwa orang yang akan kita koreksi dan caci maki mungkin akan mempertahankan dirinya, dan mungkin (malah) membalas mencaci kita; atau, seperti Taft yang lembut, akan berkata: “Saya tidak melihat kemungkinan lain yang bisa saya kerjakan”.

Jangan menghakimi, maka Anda pun tidak dihakimi

Jangan mengkritik mereka; mereka hanya bertindak dengan cara yang sama seperti yang akan kita lakukan kalu kita berada dalam situasi yang sama”, kutipan Abraham Lincoln.

Berdasarkan pengalaman pahit, menurut saya kritik yang pedas hampir selalu berakhir dengan sia-sia. Theodore Roosevelt pernah berkata bahwa ketika dia, sebagai presiden, dihadapkan dengan masalah besar, dia biasa bersandar sambil memandang lukisan besar Lincoln yang digantung di atas mejanya di Gedung Putih, lalu dia bertanya pada dirinya, “Apa yang akan dilakukan Lincoln kalu dia berada dalam posisi saya? Bagaimana dia akan memecahkan masalah ini?

Anda ingin agar seseorang berubah dan memperbaiki sikapnya? Bagus! Hal itu boleh saja. Saya setuju dengan itu. Tapi mengapa tidak dimulai dengan diri Anda sendiri? Dipandang dari sudut diri sendiri, hal itu jauh lebih menguntungkan daripada berusaha memperbaiki orang lain, ya.... dan jauh lebih tidak berbahaya. “Jangan mengeluh tentang salju di atap rumah tetangga,” ujar Konfusius, “apabila serambi depan rumah Anda sendiri tidak bersih.”

Jika Anda ingin menimbulkan rasa benci yang mungkin akan bertahan dan menetap sampai mati, cobalah menuruti hati memberikan kritik yang tajam – betapapun yakinnya kita bahwa tindakan kita benar. Di saat kita berurusan dengan manusia (setiap Char pastinya manusia, kan?), mari kita ingat bahwa kita berurusan dengan makhluk penuh emosi, makhluk yang penuh dengan prasangka dan dimotivasi oleh rasa bangga dan sombong.

Kritik pedas pernah menyebabkan salah seorang novelis terbaik dalam sejarah Inggris, menolak selamanya untuk menulis fiksi. Kritik telah membuat penulis puisi terkenal tersebut bunuh diri.

Tentu saja Anda bisa membuat seseorang memberi Anda jamnya dengan menodongkan pistol ke rusuknya. Anda bisa membuat para pegawai Anda mau bekerjasama dengan Anda dengan ancaman memecat mereka. Anda bisa membuat seorang anak melakukan apa yang Anda kehendaki dengan cambukan atau ancaman. Tapi metode - metode kejam ini sudah sama sekali tidak bisa diharapak bereaksi.

Semua orang bodoh bisa mengkritik, mencerca dan mengeluh dan hampir semua orang bodoh melakukannya.

Namun perlu karakter dan kontrol diri untuk mengerti dan memberi maaf.

Seorang yang berjiwa besar akan memperlihatkan kebesarannya, dari cara dia memperlakukan orang kecil.


Sebagai ganti dari mencerca orang lain, mari kita coba untuk mengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang telah mereka lakukan. Hal tersebut jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik kejam; dan melahirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati (apakah sudah tidak ada lagi hati nurani yang tersisa?). "Untuk benar-benar mengenal semua, kita harus memaafkan semua."

Tuhan sendiri tidak menghakimi orang hingga tiba pada akhir hari-harinya.

Tertanda,

Sang Jahus Jarzani



Pancasila Harga Mati!!!