[CERBUNG] HIKAYAT KADIROEN (25)

Day 3,172, 06:58 Published in Indonesia Colombia by kerikil

selamat malam kawan-kawan semua, mungkin kawan2 sudah lupa akan cerita kadiroen atau yang dahulu sempat membaca ini cerita. maap jika terbitnya ini cerita tidak stabil. saya harap tak masalah bagi kawan-kawan semua kapan ini cerita akan terbit, yang penting "aircraft war" jalan terus. (naikin rank)

selamat menikmati..

tetap serta kuat (onvergangkelijk).....


BAB VI
Mendapat Guru

Di sebuah tempat di Kota G, di bagian kota yang sunyi yang hampir mendekati desa-desa, di sana, di sebuah pekarangan yang tidak lebar tetapi banyak pohon-pohonan yang membikin sejuknya suasana, di situlah berdiri sebuah rumah kecil yang terbuat dari dinding bambu berkapur putih. Rumah itu memakai atap genting dan berubin semen batu yang bersih. Selusin pot bunga-bungaan dari tanah teratur rapi di muka rumah, sehingga kelihatan indah dan segar. Perkakas rumah, seperti kursi dan meja dan sebagainya teratur rapi di dalam rumah itu. Meskipun perkakas itu tidak mewah dan murah harganya, tetapi kelihatan begitu bersih, sehingga bisa menyenangkan semua orang yang memandangnya. Beberapa perhiasan rumah seperti pigura-pigura dengan gambar yang terpasang di dinding menunjukkan bahwa pemilik rumah itu bukanlah orang kaya. Tetapi, rumah itu menunjukkan juga si pemiliknya mempunyai perasaan halus dan telaten, sehingga bisa menata ruangan menjadi begitu rapi, bersih dan menyenangkan semua orang yang memandang seisi rumah, baik dari luar maupun dari dalam.

Di galeri muka, pada waktu jam setengah dua siang itu, duduk seorang perempuan muda. Wajahnya tidak begitu cantik atau molek, tetapi juga tidak jelek. Wajahnya malahan kelihatan lebih manis. Pakaiannya tampak seperlunya untuk kepentingan di rumah, yang menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai banyak uang untuk menghias dirinya. Gelang, tusuk konde, subang dan peniti dari emas atau perak yang sangat disenangi oleh kebanyakan kaum perempuan, barang-barang itu sama sekali tidak menempel di tubuhnya. Dan hanya cincin kawin dari swasa tanpa mata yang berkilau melingkar di salah satu jarinya. Tetapi caranya berpakaian yang sederhana itu memang kelihatan begitu bersih dan rapi, sehingga pemakainya kelihatan sangat pantas.

Pada waktu itu perempuan tersebut sedang bahagia memikirkan apa yang sudah ia kerjakan sampai saat itu. Pagi-pagi benar ia sudah bangun, lalu mandi seraya menyedu wedang kopi dan memasak nasi goreng sisa masak kemarin sore serta membikin telur dadar mata sapi dua. Lalu setelah suaminya bangun dan mengerjakan hal-hal yang perlu, mereka sarapan bersama-sama pada waktu yang biasanya. Sehingga laki-laki tersebut menjadi amat senang, sehingga semakin sayang dan berterima kasih kepada istri tercintanya itu. Setelah si lelaki berangkat bekerja, maka si perempuan pergi berbelanja ke pasar. Sedang seorang anak tetangganya menjaga rumahnya. Dari pasar ia lantas masak dan sambil menunggu masakannya matang, ia mencuci pakaian serta perabotan rumah tangga lainnya yang kotor. Lalu mengerjakan hal-hal lain sebagai kewajiban istri di rumah. Ya, ia memikirkan semua pekerjaannya yang sejak pagi hingga jam satu lebih tidak ada hentinya itu. Tetapi karena itu semua, hatinya menjadi begitu senang. Sehingga lalu teringat kepada Tuhan Allah dan mengirimkan doa beberapa kali. Perempuan tersebut merasa senang, karena dengan pekerjaannya tersebut ia merasa bisa membantu suaminya, menyenangkan lelaki meski hasilnya tidak seberapa besar. Dan karena rajinnya perempuan itu bekerja maka mereka bisa berumah tangga dengan tenteram dan bahagia. "O, bagaimanakah senangnya hati lelaki jika melihat semua pekerjaan di rumah sudah beres! Ya, saya akan menyongsong suamiku di muka rumah dengan muka manis dan senang hati. O, bagaimanakah tambah besarnya cinta lelakiku merasakan hidup berumah tangga yang begini nikmat'." Begitulah, perempuan tadi berpikir-pikir sambil menunggu kedatangan suaminya.

"Kriiingg...kriiing...kriiinggg!"
"Na, suamiku datang!" kata si perempuan dalam hatinya. Dengan gembira dan senang hati ia bangkit dari duduknya serta menjemput suaminya yang datang menaiki sepeda.

"O, Mas, ini hari Kanda datang sedikit terlambat. Toh tidak ada halangan apa-apa 'kan Mas?" kata istri sambil mencium lakinya.

"Iya Dik, saya memang pulang terlambat. Tetapi tidak ada halangan apa-apa. Hanya sebentar lagi di sini akan kedatangan tamu, yang sekarang sedang naik dokar. Karena tadi sempat omong-omongan dengan tamu itu di jalan, jadi sekarang agak sedikit telat. Dinda menunggu lama barangkali?" kata si lelaki sambil mengelus kepala istrinya yang menempel di dadanya serta melihat pada istrinya itu dengan sepenuh perasaan cintanya.

Tamu datang! Si lelaki, Sariman menjemput ia dan terus memperkenalkan si tamu kepada istrinya. Sariman berkata; "Ini istri saya, dan ini Dik, Tuan Kadiroen."

Istri Sariman menjawab: "O, jadi Tuan yang bernama Kadiroen. Suamiku sering menceritakan perihal Tuan kepada saya. Saya menaruh hormat yang tinggi pada apa yang Tuan telah perbuat. Sudah lama saya ingin berkenalan dengan Tuan. Karena itu, hari ini saya senang sekali bertemu dengan Tuan. Tetapi saya berkata Tuan, saya ingin menjadi saudara Tuan. Apa sekiranya Tuan tidak keberatan kalau selanjutnya saya memanggil Kakandaku Kadiroen... Kanda?"

Kadiroen mendengarkan penyambutan istri Sariman. Kata-kata sambutannya itu kelihatannya memang keluar dari hati sanubari sehingga sekejab saja, saat itu juga, Kadiroen merasa memiliki saudara perempuan muda. Sudah barang tentu ia menyahut penyambutan istri Sariman itu dengan kata-kata yang mendekatkan persahabatan satu dengan yang lainnya.

Tidak lama mereka berbincang-bincang, maka ketiganya lalu makan bersama-sama. Waktu makan itu, Kadiroen tahu bahwa ikannya tidak begitu banyak. Sebab yang ada di situ hanya tempe, sambal, jangan dan sekadar daging sapi. Semua dimasak hanya menjadi empat macam. Tetapi Kadiroen menjadi heran, karena masakan itu begitu enak rasanya. Saat makan berbarengan sambil ngomong-ngomong yang baik-baik dan menyenangkan, Kadiroen merasa ada di dalam surga.

Sehabis makan, Sariman dan Kadiroen minum, rokok dan meneruskan pembicaraannya. Sedang si perempuan mengerjakan semua hal, seperti membersihkan taplak meja dan sebagainya. Persis jam tiga, maka Sariman mempersilakan Kadiroen untuk tiduran. Karena semua itu, Kadiroen merasa begitu senang. Sehingga ia merasa seperti ada di rumahnya sendiri. Dan karena ia merasa capek pulang bepergian dari Kota S ke Kota G, maka ia mau tiduran itu.

Ia tanya kepada Sariman apakah tuan dan nyonya rumah juga mau tiduran. Tetapi dengan heran ia mendapat keterangan bahwa mereka berdua itu tidak pernah tidur siang. Sebab Sariman mulai dari jam 2.30 sampai jam 4, mengajar istrinya. Dan hari itu istrinya harus belajar ilmu bumi. Istri Sariman menerangkan bahwa ia sangat senang belajar ilmu alam, ilmu bumi, ilmu hitung dan lain sebagainya. Perempuan itu ingin mengerti dan pandai supaya bisa ikut memikirkan dan membicarakan semua hal yang penting-penting yang terjadi di zaman kemajuan itu.

Sekarang Kadiroen mengerti, mengapa istri Sariman itu tadi begitu fasih ikut omong-omong membicarakan masalah politik.

Sewaktu Kadiroen hendak tidur, maka ia merasakan dan memikirkan masalah Sariman dan istrinya itu. Dan ia tahu bahwa mereka berdua memang sangat berbeda dengan kebanyakan orang. Karena itu maka Kadiroen semakin ingin tahu, bagaimanakah kehidupan mereka berdua. Dan pada saat itu ia mengantuk dan lantas tidur.

Jam empat Kadiroen bangun dan mengetahui bahwa saat itu istri Sariman sedang menyedu wedang. Sedangkan Sariman membersihkan kursi-kursi, meja, mengisi lampu dengan minyak dan sebagainya. Lalu mereka mandi, sehingga persis jam 5 kurang sepuluh menit Sariman dan istrinya sudah siap minum teh di teras rumah yang sudah kelihatan bersih.

Kadiroen juga sudah disediakan teh. Begitulah, maka mereka bertiga ngobrol sambil minum teh. Dalam obrolan itu Kadiroen mengetahui bahwa biasanya Sariman dan istrinya mulai jam lima sore sampai jam enam pergi jalan-jalan ke alun-alun atau ke tempat-tempat lain. Kalau tidak jalan-jalan, biasanya mereka menerima tamu atau bertamu sebentar ke rumah sahabat-sahabat terdekatnya. Jam enam mereka pulang lalu menyalakan lampu dan Sariman lalu belajar sendiri bermacam-macam buku yang bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuannya sampai jam delapan. Sedang istrinya dari jam enam itu sampai jam tujuh memanaskan masakan dan menanak nasi. Mulai jam delapan mereka berdua sudah bisa makan bersama. Maka jam setengah sembilan sampai jam setengah sepuluh, istri Sariman belajar lagi. Sedangkan Sariman sendiri membaca koran-koran yang baru datang. Biasanya persis jam sepuluh mereka sudah tidur dan bangun lagi pada jam lima.

Apa yang dikerjakan istri Sariman sejak bangun pagi sudah diceritakan di atas. Adapun Sariman sejak bangun pagi lalu mandi dan melakukan gymnastiek, membersihkan perkakas rumah lalu sarapan pagi. Tepat jam tujuh pagi ia berangkat ke kantornya. Kadiroen mengetahui bahwa semua kebiasaan Sariman dan istrinya itu tiap harinya sudah diatur dengan pasti. Selain Sabtu sore adalah saat untuk mencari hiburan ke bioskop atau bertamu ke rumah sanak famili yang sedikit jauh.

Hari Minggu biasanya Sariman bekerja di kebun atau pergi ke tempat-tempat wisata yang sejuk.

Maka karena kepastian-kepastian di atas, hidup Sariman dan istrinya menjadi senang terus-menerus. Sedangkan badan mereka berdua selalu sehat pula meski di rumah mereka tidak ada seorang pembantunya. Gaji Sariman yang begitu kecil sebab surat kabar bumiputera waktu itu belum kuat membayar redaktur dengan gaji yang mencukupi tidak memperkenankan mereka untuk mencari pembantu seperti koki, babu atau jongos. Karena hal-hal itu, Kadiroen mengetahui bahwa Sariman berdua yang begitu luas pengetahuannya dalam semua hal itu, sudah menunjukkan bahwa mereka tidak suka menyombongkan diri dan menerima saja dengan ikhlas untuk hidup sederhana.

Sariman dan istrinya bukanlah manusia yang hanya mencari kekayaan duniawi seperti uang dan sebagainya dan juga bukannya manusia yang hanya mencari pangkat atau derajat lahiriah. Tetapi mereka mencari keselamatan batin dengan berusaha melayani dan membantu kepentingan rakyat Hindia yang pada waktu itu begitu merana keadaan lahir batinnya. Begitulah maka Kadiroen mengetahui bagaimana watak Sariman dan istrinya. Dengan pengetahuannya itu, Kadiroen bisa mengerti mengapa Sariman bisa begitu kuat memikul kewajibannya dalam pergerakan yang amat berat itu. Secara lahiriah mereka memang melarat, tetapi batiniah sangat bersih dan berhati ikhlas. Itulah rahasia kekuatan manusia yang berilmu tinggi, kekuatan yang mana akan bisa mampu melakukan semua pekerjaan atau siksaan dunia yang amat berat sekalipun.

bersambung...


nantikan episode selanjutnya..
terimakasih.