[ANGIE] Surat untuk kekasih

Day 2,383, 02:03 Published in Indonesia Indonesia by Rif of Dream

sebodo sama yang laen gw pengen ikutan lomba ah...
Be honest, surat berikut sudah pernah dituliskan sebelumnya alias repost. Gw muat lagi dengan sedikit modifikasi biar sesuai, sedangkan yang aslinya bisa dilihat di http://susetioadi.wordpress.com/2012/06/06/surat-untuk-kekasih/




Salam dioisme, hail dio the e-prophet...

Aneh memang, mohon maaf jikalau saat ini saya hanya berani untuk menyampaikan sebuah surat tanpa pernah berani untuk mengucapkannya secara langsung. Dengan lisan yang cenderung akan banyak menghasilkan salah dan kehilangan kata, maka saya beranikan untuk menuliskan surat yang mungkin akan sedikit panjang. Saya akui, didepanmu lisan ini lebih sering terdiam, tangan ini kadang gemetar hanya karena rasa canggung dan ragu. Dari sekian banyak sahabat salah seorang yang belum pernah bisa saya anggap sebagai adik ataupun saudara perempuan untuk dapat mencairkan suasana adalah kamu. Termasuk saat ini, untuk menuliskan kata demi kata pun harus menggenapkan keberanian dan niatan untuk saya pribadi. Setelah ini, kamu berhak memutuskan untuk melanjutkan membaca, atau tidak usah menghiraukan surat ini, karena pun kamu mungkin sudah memiliki gambaran, meskipun saya tahu persepsi bukanlah hal yang baik, mengenai apa yang akan saya ungkapkan dalam surat ini, yang seharusnya dapat saya jelaskan secara langsung. Ijinkan tulisan yang dapat mengungkap kata-kata lebih banyak dibandingkan lisan untuk mengungkapkan dan menceritakan segala yang saya rasa dapat saya ungkapkan pada kamu.

Dilanjutkan dengan sebuah permintaan maaf, setelah apa yang pernah saya lakukan sebelumnya. Termasuk apa yang terucap pada saat pertemuan yang lalu di #mentornubi dulu. Seharusnya tak perlu saya tanyakan karena pastilah jawabnya “Ya” kamu menunggu seseorang yang akan datang, namun kapan dan siapanya yang mungkin hanya kamu dan atau Plato yang tahu. Semata-mata pertanyaan itu muncul karena ketidak beranian dan kelancangan saya. Tak ingin saya menjadi seorang yang melanggar aturan terutama karena kesempatan untuk dapat FP (famous point) terbatas hanya 5 kali.

Semuanya berawal dari pertemuan kesekian kalinya (saya mengangap itu adalah yang pertama, meskipun saya juga tidak menyangkal perkenalan awal saat kamu masih sekolah dulu). Masih teringat saat pertanyaan dari mulut ini terucap “dik, kamu itu siapa tha?” yang kemudian kamu balas dengan senyum sinis seolah memang menyalahkan kealpaan saya saat itu. Yang kemudian semuanya berlanjut dengan kisah pertemanan dan segala kisah perjumpaan. Hampir semua kenangan semenjak saat itu sampai dengan yang terakhir masih dapat saya ingat dengan baik, yang nyata-nyata terkadang seperti kembali diulas kembali dalam bentuk mimpi berulang kali.

Sering saya memperhatikanmu karena ketahanan fisikmu yang memang tidak sebaik yang lain, beberapa kali saya menghadapi kondisi kesehatanmu yang drop, baik karena keletihan ataupun karena keteledoranmu sendiri. Sebagai seorang teman berusaha untuk mengingatkan meskipun terkadang terkesan menjengkelkan. Dari situlah sebuah niatan muncul, untuk dapat terus menjagamu. Namun niatan tersebut tidaklah tepat, saya menyadarinya bukanlah hak dan kewajiban saya tatakala tak ada pintu yang sah terhadap hal ini.

Adapun di saat beberpa bulan yang lalu, sebuah ucapan yang seharusnya pun tak terucap menjadi sebuah kebodohan bagi saya. Nilai positivenya makin menguatkan pemahaman saya mengenai sikap erep-player yang hanya bisa bercita cita namun hanya Admin atau Plato lah yang maha memutuskan. Dan kini sudah lewat massa dari ucapan yang seharusnya sudah saya usahakan untuk diwujudkan.

Niatan itu sebenarnya sudah saya upayakan untuk diwujudkan semenjak setengah tahun lalu yang lalu. Namun saya menyadari betul apa yang akan saya lakukan haruslah berdasar pada kesiapan diri menghadapi perubahan modul yang beruntun dari Plato, nyatanya saya belum merasa siap untuk itu, bahkan sempat memisahkan diri dari komunitas dan permainan ini sampai dengan berhari hari. Hal ini menjadikan saya mengurungkan niatan untuk mengikat perempuan manapun, karena saya tak pernah berani menjanjikan suatu hal yang tak pasti dan semu. Namun kini, permasalahan ini sudah tidak ada lagi.

Terlalu banyak alasan, berarti terlalu banyak pembelaan diri terhadap apa yang saya lakukan dan saya akui penuh dengan kesalahan, namun biar saya coba untuk uraikan dan semoga kamu memahami keadaan saya. Ketertarikan saya pada kamu memang sudah lama dan beberapa kali saya urungkan niatan tersebut. Ketika saya mendengar kamu tertarik pada salah seorang sahabat saya, saat itu pula saya menjadikan diri saya dan sang sahabat sebagai pembanding. Bagi saya kamu adalah pilihan yang terbaik dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kamu miliki, meskipun mungkin masih ada hal lain yang belum saya ketahui, yang kemudian menjadikan saya memilih diam karena merasa lebih tak pantas bila dibandingkan dengan sang sahabat yang juga sahabatmu juga. Ataupun ketika niatan saya kembali muncul di masa berikutnya, yang kemudian muncul kabar kedekatanmu dengan teman sekolahmu dulu. Saya hanya bisa kembali diam dan mencoba untuk mencari pilihan yang lain, sampai akhirnya seolah komunikasi kita terputus. Namun Plato berkehendak lain, seorang yang sudah saya pilih lebih dulu sudah lebih dulu diberi plat merah oleh Plato.

Bukan berarti kamu menjadi pilihan kedua bagi saya, namun semua seolah mengarahkan kembalinya pertejumpaan dan memunculkan kembali niatan yang lama tertutup oleh laju waktu. Bukan seperti pedoman orang jawa “teklek nyemplung kalen, tinimbang golek yang karo sing gemiyen”, namun niat dan segala sesuatunya mengarahkan saya untuk mengungkapkan semuanya padamu.

Setelah saya ungkapkan hampir kesemua hal yang ingin saya ceritakan padamu, Ijinkan saya untuk melakukan apa yang seharusnya sudah saya lakukan dulu, berikan saya kesempatan untuk menyempurnakan pertanyaan yang pernah saya ajukan padamu beberapa waktu yang lalu, meskipun mungkin kamu tak pernah anggap pertanyaan itu serius, atau bahkan kini kamu sudah melupakannya. Bukan untuk memilikimu, bukan untuk memuaskan keinginan saya, melainkan untuk menyempurnakan setengah yang telah saya miliki, dan setengah yang kamu miliki. Setengah dari ehatiku, dan setengahnya ehatimu. Ijinkan saya untuk me-epinang dirimu.

Saya hanyalah seorang yang masih merasa malu, canggung, dan penuh rasa khawatir. Jawaban apapun dari kamu akan saya terima dengan lapang dada dan ikhlas. Mengutip kata-kata dari sebuah film “If this is the kingdom of Heaven, just let God do anything (He) wants” yang biasa saya artikan, ke-ehidupan ini adalah fasilitas setelah sign in dari Plato maka apapun yang Dia berikan setelah diupayakan akan saya syukuri.

Panjang betul ketika saya baca ulang seluruh isi surat ini, tak dipungkiri ada juga beberapa pemilihan kata tertentu, saya tak ingin surat ini terasa terlalu main main, namun tak ingin juga surat ini terasa terlalu kaku. Terima kasih sudah mau membaca surat ini, terima kasih sudah mau mengetahui yang ingin saya bagikan, Terima kasih.

salam Dioisme, Hail Dio the e-prophet...