Cerita Dari Ujung Timur Kota Bogor

Day 1,818, 10:20 Published in Indonesia Indonesia by Bang Jahus Jarzani

Seharusnya baik The Jak maupun Viking dapat saling mengintrospeksi dirinya masing-masing. Memang sudah semenjak lama permusuhan antar-kedua tersebut telah terjadi, dan bahkan sebelum aku jatuh hati terhadap Persija Jakarta dan menjadi The Jakmania. Aku lahir dan dibesarkan di kota Bogor, tepatnya di Cariu, yang berada di ujung timur Bogor. Tempatku sangat dekat dengan perbatasan dengan setidaknya 4 kota, yakni Cianjur, Karawang, Bekasi, dan Jakarta. Jadi, sungguh wajar apabila mayoritas di sekitar tempat tinggalku terdapat banyak penggemar Persib Bandung. Yang sangat disayangkan hampir tak ada penggemar dari Persikabo, yang notabene adalah tim sepakbola kebanggan Kota Hujan tersebut. Yang ada dan sangat tercium kental yakni persaingan dan bahkan menjurus ke permusuhan antara The Jak dan Viking yang memang sudah dianggap lumrah terjadi. Aku sebagai orang asli Bogor, aku sangat mendukung kemajuan Persikabo Bogor tentunya.

Sejak aku mempublikasikan dan terang-terangan mengakui bahwa aku adalah Jakmania, tidak sedikit dari teman-temanku yang menjauh. Sungguh aku tak mengerti pola pikir orang-orang seperti itu, tak mau berteman hanya karena beda pilihan? Bukanlah alasan yang dapat ku terima. Jujur, tak pernah sedikitpun terlintas dalam benakku, ya meskipun aku The Jak, untuk menjauhi teman-temanku walaupun mereka adalah Viking. Jikalau aku bisa menghargai dan menghormati Viking, mengapa mereka tidak bisa (teman-teman yang menjauhiku)?

Aku dapat berteman dengan siapa saja asal dia pun mau berteman denganku. Walaupun yang mengajak berteman itu adalah Viking, aku takkan menolaknya. Justru aku sangat bersyukur, setidaknya aku mengurangi perselisihan yang semakin manjamur beberapa tahun terkahir ini, khusunya di tempat tinggalku. Sampai kapanpun aku akan mendukung Persija dimanapun berada dan tetap berkomitmen terhadap slogan “PERSIJA SAMPAI MATI”.

Kalian mungkin sering menggunakan kata “ Lo asik Gw Nyantai, Lo Usik Gw Bantai”. Tapi kenapa disaat musuh tak mengusik, tetap saja dibantai? Bagiku diam bukan berarti takut ataupun kalah. Selama mereka (musuh) belum melakukan kontak fisik terlebih dahulu, aku takkan gunakan kekerasan. Ucapan dibalas dengan ucapan, hinaan dibalas dengan hinaan pula.
Memang, ditempat tinggalku aroma permusuhan The Jak dan Viking begitu kental dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan segala sesuatu selalu disangkutpautkan dengan hal itu. Mungkin itulah salah satu penyebab SDM dan SDA di kotaku tak pernah berkembang. Persatuan pun masih terpecah hanya karena berbeda di satu bidang saja. Sungguh miris dan tak ada habisnya apabila membahas tentang hubungan yang tak harmonis antara kedua kelompok tersebut.

Haruskah dendam ini dibiarkan berlarut-larut? Tentu saja tidak. Kesadaran diri masing-masing dan kedewasaan merupakan faktor yang sulit dibangun dan diterapkan dalam wajah supporter Indonesia. Ya, sebagai Jakmania, tentunya aku pun tak suka dan merasa tersinggung jika ada yang menghina The Jak dan Persija. Tak ada seorang pun yang terima pilihannya dianggap salah. Padahal kan pilihan itu adalah hak tiap warga Negara. Aku tak melarang dan takkan terusik jika Viking bangga terhadap Persib, bangga terhadap persahabatannya dengan supporter lain. Namun kalau mereka mengolok-olok tim kesayanganku, aku tak bisa hanya terus berdiam!

Sungguh ironis, disaat wajah persepakbolaan Nasional sedang menurun dan tak kunjung mendapat prestasi yang bagus, baik di level Asia maupun Internasional, justru kita masih saja disibukkan dengan supporter, supporter dan supporter yang selalu membuat masalah. Supporter bukanlah satu-satunya faktor penyebabnya, kepengurusan dalam PSSI pun dinilai buruk, apalagi dibawah kepemimpinan Ketua Umum PSSI Nurdin Khalid.

Contoh ketidak-akuran antar supporter yakni antara Aremania dan Bonekmania. Persaingan dan permusuhan mereka hampir dengan aroma The Jak-Viking. Walaupun The Jak dan Aremania mempunyai hubungan yang harmonis, tapi aku tak mau hubungan antara Viking dan Aremania pun ikut hancur pula. Apalagi akhir-akhir ini banyak berita berhembus bahwa hubungan mereka sudah mulai rapuh karena oknum-oknum tertentu. Kapan Indonesia bisa berdamai kalau seperti ini terus?

Cukupkanlah perselisihan yang telah banyak menjatuhkan korban jiwa ini, kita semua ini 1 tanah air, 1 bangsa, 1 negara. Apakah kalian semua tak bisa menghargai perjuangan para pahlawn-pahlawan yang bersusah payah menyatukan Negeri ini? Kita semua pasti sangat merindukan kata “DAMAI”, saling bergandeng tangan membangun dan meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu yang telah gugur di medan tempur demi anak cucu dan generasi penerusnya. Ya, kitalah generasi penerus yang seharusnya memperjuangkan persatuan dan kesatuan Tanah Air Tercinta Indonesia, khususnya para pemuda dan pemudi. Hilangkanlah egoisme, mengalah untuk menuju hari esok yang lebih baik tak ada salahnya kan?

AING JAKMANIA
PERSIJA SAMPAI MATI
PERSIJA NEPI KA MAOT
THE JAK CINTA DAMAI
SALAM SATU JIWA
BERSATULAH INDONESIAKU DIBAWAH BENDERA MERAH PUTIH