TOP: Untuk Ibu Pertiwi Bagian 2

Day 1,819, 03:55 Published in Indonesia Indonesia by mukio
(artikel titipan...)
Beberapa bulan lewat sudah, setelah lebaran kami kumpul2x dan mulai mencanangkan program jalan setiap bulan sekali untuk mencari target yang bisa kita bantu dari sisi pendidikan. Pendanaan selama ini diminta kobis untuk setop dulu berhubung belum jelasnya dana akan disalurkan kemana. Namun dari kondisi yang ada (termasuk adanya donatur stable dari luar TOP), diperkirakan minimum kita bisa menyalurkan bantuan Rp. 500.000/bln. Cukup kecil tapi lumayan lah.

Setelah brainstorming lama, akhirnya disepakati opsi2x untuk membantu sekolah, apakah dengan membantu menyediakan buku untuk perpus, atau menyediakan baju sekolah, dan lain-lain tergantung sikon dari tempat yang kita survey. Untuk target dikarenakan di korang sering dibahas desa-desa miskin di Tangerang, akhirnya kami putuskan untuk survey ke kampung-kampung sekitar Tangerang. Setelah telah jelas apa gambaran kasarnya yang akan kita perbuat, mulailah kami berpetualang kembali.



Perjalanan ke Kampung DangDang - Mau Nambah Istri?
Sekitar pukul 10an, wandrip, orangeday dan gw sendiri telah berkumpul dan mulai pemanasan. Setelah cukup dengan briefing, akhirnya mulailah perjalanan kami. Berhubung yang menguasai daerah adalah wandrip, akhirnya Wandrip yang melead rombongan. Sasaran kami adalah sekolah di Desa Dangdang dekat perbatasan dengan bogor yang katanya menurut laporan Mei 2012 sangat mengkhawatirkan.

Perjalanan ke daerah tersebut cukup jauh dan melewati banyak truk-truk pasir. Cuaca cukup terik ditambah dengan debu yang mengepul benar-benar membuat perjalanan ini kurang nyaman. Belum lagi dengan jalanan yang hancur karena terlalu berat menahan beban truk-truk yang lewat.
SEtelah melewati jalanan utama, mulailah kami masuk ke pelosok-pelosok. Jalanan sepi tipical di desa dengan banyak pepohonan di sepanjang jalan. Ketika mendekati sasaran, kami memutuskan untuk makan siang dulu di satu-satunya tempat makan yang ada ditempat itu. Jalan sudah mulai sangat rusak dan becek pula.

Menu makan sangat sederhana, telur dadar dan ikan, karena memang menunya terlihat sangat terbatas. Kami makan dengan nikmatnya ditemani rombongan lalat-lalat yang satu atau dua diantara mereka ikut terjun bebas ke minuman kami. Tidak begitu lama, akhirnya kami terlibat obrolan dengan tuan rumah(TR).
Kami pun menanyakan jalan menuju SD Dangdang I dan II yang ada disitu. Mereka dengan ramah menunjukkannya kepada kami. Namun tentu saja kedatangan kami mulai membuat curiga mereka.

Bapak TR: "Ini kemari dalam rangka apa ya den?"

n3m0: "iseng aja pak.. kami lagi mencari SD untuk kami bantu.. yah cuman iseng-iseng aja pak."

Bapak TR: (sambil terus memperhatikan satu-persatu dari kami yang lagi makan), "Oh mau bantu renovasi ya? kalo mau bantu renovasi mah ini aja atuh rumah bapak juga perlu di renovasi?"

n3m0: "ah nggak pak, kita cuman sedikit kok dananya, buat sekolah bantu alakadarnya"

Bapak TR: "oooh gitu... (sambil terus memperhatikan kami). Aden-aden ini mau nambah istri gak? Ada nih kalo mau?"

Wandrip melotot, gw mangap, orangeday cuek makan karena dia gak ngerti sunda. Serta merta kami ketawa ngakak.

n3m0: "Nih pak orang depan saya aja nih, belum kawin! hahaha (orange day melotot)"

BApak TR: "nggak.. ini mah becanda aja yaaah heheheh" (terlihat dia malu-malu).

Akhirnya setelah makan dan administrasi selesai, beberapa bapak-bapak juga dateng dan memberikan petunjuk mengenai jalan kami.

Perjalanan tidak sulit karena jalanan tidak terlalu rusak, namun ketika kami tiba di sekolah-sekoalah itu, ternyata semua sekolah itu sedang di renovasi. Malah salah satu dari sekolah SD itu sudah ada perpus hasil sumbangan NGO internasional. Waaah, telat kita!


Pencarian Yang Melelahkan
Karena sudah terlanjur ditengah jalan, setelah berdiskusi kami putuskan untuk terus survey ke desa-desa lain yang menurut laporan tertinggal. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke desa legok, palasari, dan banyak lagi desa-desa lainnya.
Perjalanan lumayan nyaman, walopun orangeday sempat kaget karena melihat motor wandrip kok tiba-tiba ada ditengah sawah kwkwwk, padahal ternyata hanya tipuan optik saja karena ada jalan sangat landai ditengah sawah yang tidak terlihat dari arah orangeday. Beberapa kali wandrip dan kami menanyakan jalan yang tentunya terlihat perbedaan kami, kalo wandrip tanyanya ke bapak-bapak muluk, kalo gw tanya ke ABG dunk kwkwkwkw (gak deng becanda). Namun kembali kami melihat sekolah-sekolah itu telah di renov maupun sedang di renov. Penelusuran kami akhirnya sampai ke ujung kabupaten Tangerang yaitu Pantai Tanjung Kait.

Dari hasil perjalanan ini, kami mendata 9 SD dan semuanya sudah tersentuh bantuan pemerintah. Hal ini tentu saja sebuah tanda yang baik dari pemda yang peduli kepada rakyat. Jalan-jalan pun terlihat sudah di hotmix dan bagus.
Waktu itu tidak terasa telah sore sekitar pukul 4.30pm, akhirnya kita putuskan untuk mencoba bersantai makan2x di pinggir pantai. Namun, yang terjadi tidak lah seindah yang diangankan.


Tanjung Kait yang Kelam
Pada saat kami tiba disana, keadaan sangat ramai karena ada event pertemuan scooter se-Indonesia. Jalanan ramai oleh scooter2x penuh seni dan sejarah yang terlihat oleh orang lain seperti sampah berjalan. Selain ada yang terlihat seperti gubuk berjalan, ada pula model scooter dinaiki 4 orang yang memanjang heuheu. Unik-unik memang. Selain pengendara gimbal yang kita tidak aneh melihatnya, ternyata banyak pula cewek2x abg cakep bersih yang ikut serta.

Nah kami terus berjalan menyusuri jalan raya untuk mencari jalan masuk ke pantai. Karena kami orang baru, tentunya bingung dengan keadaan disitu. Akhirnya kita mengikuti beberapa motor pasangan muda/mudi yang masuk ke sebuah area melewati pangkalan ojek. Tiba-tiba kami disetop dan diminta uang masuk sebesar Rp. 5000.
"Sekali bayar doang, di dalam gak ada bayar-bayar lagi kok", demikian katanya. Ya udah kita akhirnya bayar saja. Namun tak dinyana, ketika kami berjalan, dari arah jalan raya menuju ke area tersebut banyak sekali jalan yang tidak melewati pangkalan ojek tadi, dan itu gratis tis tidak ada bayar apa-apa hahaha. Ternyata kita kena kibul... ya sudah lah.. terlanjur.

Setelah muter-muter akhirnya kami menemukan spot yang terlihat bersih dan nyaman. Keadaan sudah mulai sepi dan terlihat beberapa pasang muda/i masih santai-santai berikut motor mereka di beberapa warung. Nah entah kenapa, untuk motor kami, mereka memaksa agar masuk ke dalam satu-satunya gedung disitu. Gw tentu saja heran mengingat motor2x yang lain terlihat bisa bebas bertebaran, kenapa kita harus masuk? Bila terjadi sesuatu di salam gedung, misalkan gedung di tutup, orang di luar tidak akan ada yang melihat. Bisa berabe urusan...

Kita sempat memarkir motor2x kita di ruangan tersebut, pas kita keluar, rasa was-was dan curiga bertambah.. rasanya gak nyaman banget. Terutama gw sih yang merasa gak enak hati terus. Gimana mo makan tenang kalo udah gitu?
Akhirnya kita putuskan balik aja deh daripada ada sesuatu terjadi...

Nah, diperjalanan pulang ternyata wandrip menemukan jika kita tadi salah masuk. Seharusnya kita masuk ke belokan ke kiri yang ada pintu gerbang tulisan Tanjung Kaitnya. Karena penasaran, ya udah kita coba deh terusin masuk, dan dipintu masuk kita diminta bayar Rp. 5000 lagi permotor.. ya udah kita bayar deh, lagian ada karcisnya. Setelah kita masuk ternyata...

Kami dicegat kembali oleh serombongan pemuda yang mengatakan harus bayar lagi Rp. 5000, untuk parkir katanya. Alamak... Sedikit bersitegang terjadi namun karena kami pendatang yah sudah lah.. lagian capek juga.. kita coba terus ikutin bagaimana ujung cerita ini.

Masuklah kita di area warung2x ikan itu. Setelah parkir ditempat yang ditunjukan, gw diikuti wandrip ama orange langsung menuju ke warung terdekat disebelah kanan yang ternyata jreeeng.... cewek-cewek semlohe lagi nongkrong wkwkwkw Gw langsung balik kanan dan tarik orange ama wandrip menuju ke warung lain. Tak begitu lama, mulailah kampung yang tadinya sepi itu dengan panggilan-panggilan dari para pedagang ikan kwkwkw.

Akhirnya kita datangi deh tempat yang lebih terang dibanding yang lain, ternyata harga ikan disana sangat fantastik! Rp. 60.000/kg yang hanya dapat 1 ekor ikan, plus 3 cumi sekitar 120 ribu!. Padahal di muara angke kita bisa bebas milih hanya dengan Rp. 90 ribu saja. Lama kita bengong ngelamun, belum makannya, belum minumnya, wah.. pening, akhirnya kita putuskan balik kanan dan pulang saja deh!

Kedua anak top udah mulai curiga, jangan-jangan nanti pulang diminta ongkos parkir lagi?! Gw pun sama udah merasa demikian, tapi tetep berusaha menanamkan positive thinking sekuat-kuatnya. Dan ternyata ketika kami akan pergi dari area parkir....
"Bos... uang parkirnya bos..." wkkwkkwk kampret emang... Kalo kata wandrip, "udaah, sekedar tau aja!" wkwkkw

Akhirnya di perjalanan pulang kami bisa mampir dan makan dengan tenang di sebuah rumah makan yang nyaman lesehan. Perjalanan pulang tidak terlalu ada kendala, kecuali kami kehilangan orange day karena dia ketinggalan dan salah milih jalan, namun dia bisa sampe ke rumah dengan mengikuti tanda jalan. Insiden kecil juga terjadi ketika wandrip mencoba menunggu orangeday yang ilang di perapatan lampu merah. Wandrip vs supir avanza garuda wkwkwkww, wandrip sempat gedor kaca mobil avanza mo ngajak ngedate si supir, tapi supirnya emoh karena langsung cabut meninggalkan wandrip yang mencak-mencak.

Conclusion
Dari sikon yang ada, akhirnya kami putuskan bila kita harus bantu dengan dana yang besar. Banyak perusahaan-perusahaan dalam dan luar negeri yang perlu mengeluarkan dana untuk Corporate Social Responsibility (CSR) sesuai aturan pemerintah. Namun tentunya mereka mau mengeluarkan dana bila pihak yang diminta bisa dipercaya. Sulit tentunya bila kita bergerak tanpa badan yang formal, akhirnya kami bertiga berencana untuk membuat Yayasan TOP menjadi resmi.
Mudah-mudahan terwujud deh 🙂 Amin


TOP