[eHarkitnas] Saling Menunggu = Kebangkitan yang Layu

Day 1,638, 04:42 Published in Indonesia Indonesia by Nurmillaty A.M

Selamat Pagi, Siang, Sore, dan Malam rakyat eIndonesia sekalian dimanapun Anda berada. Semoga masih aman di bawah naungan atap #mentorjomblo yang menggalaukan dan #mentorgalau yang menestapakan.



HAIL eINDONESIA!!


Pertama-tama, artikel ini saya buat sebagai bentuk partisipasi atas event ini dikarenakan melirik tabungan yang mulai mengenaskan dan otak yang segar-bugar oleh kegalauan siap untuk diperas-peras sampai kering, ring, ring...

Berhubung temanya Harkitnas, aku pun membawa laptopku ke atas genteng buat cari inspirasi. Tapi ternyata hujan, maka aku urung bersemedi di sana dan balik ke kamar... setelah gulung-gulung beberapa menit barulah nyawa siap untuk memfokuskan perhatian ke jejeran tombol hurup-hurup yang minta dijamah ini. (curhat mode : ON)


APA SIH HARKITNAS ITU?
"Hari Kebangkitan Nasional yang dirayakan saban 10 Mei ini biasanya disingkat Harkitnas, cuma beda satu hurup sama Harpitnas yang suka bikin hati para pelajar serasa disayat sembilu. Disebut sebagai peringatan masa bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan Kemerdekaan Negara Indonesia tercinta di kala itu." begitu dongeng Pakdhe Wikipedia yang tak sengaja kutemui saat aku lewat di depan serambi rumah Eyang Gugel. Aku mantuk-mantuk saja karena terhipnotis sekumpulan ayam yang ribut di pekarangan, berebut menutul-nutul jagung.

"Peringatannya bertepatan dengan hari diresmikannya Boedi Oetomo. Merupakan salah satu dampak politik etis yang diperjuangkan Multatuli," lanjut Pakdhe sambil terbatuk-batuk. Aku mengangguk lagi, kali ini tersugesti mentog yang tiap kali jalan lehernya maju-mundur menggoda. Menggoda untuk dikeplak.

Pakdhe berdeham lagi seraya mengunyah tumbukan sirih yang konon katanya sintetis saat suatu waktu ia pamerkan padaku. Melihat aku asyik memperhatikan pekarangannya ia mengernyit. Paham jika aku sedari tadi mengabaikan dongengnya, tangan pun bersambut hendak menjewer telingaku. Aku kabur.


eHarkitnas : Makna yang Baru Berupa Kata
Hari Kebangkitan Nasional sudah sering kita dengar, tapi jarang kita renungkan karena tiga untai kata itu tak bisa ditelan bulat-bulat. Beda dengan "Hari Kebangkitan dari Kubur" atau "Hari Kebangkitan Kuntilanak", sekali lihat juga dapat gambaran sudah tentang apa yang akan terjadi.


mirip ndak sama yang mbaca?

Kita tengok lagi tentang Harkitnas di RL. Kebangkitan Nasional itu terjadi karena pergerakan nasional, karena kesadaran nasional, benul? Tak tertulis apapun tentang kesadaran seseorang atau persatuan seseorang, yang ada adalah Nasional. NASIONAL. Bukan individual.

Mari kita longok keadaan kita sekarang ini. Terjajahkah kita? Tidak, region asli semua ada di tangan. Tapi barangkali benar, yang terjajah di dalam sini tak tampak, namun lebih berbahaya. Ya... barangkali kita sedang terjajah ego, terjajah dengki, terjajah nafsu dan terjajah pesimistik.

Kau barangkali menggebrak meja sambil berkata lantang "Tidak aku tidak terjajah apapun!". Tidak apa, kuterima seru protesmu. Tiap-tiap dari kita tentu tidak terima dikatakan terjajah, aku pun sama.
Tapi coba, renungkan sejenak saja :

- Berapa jumlah permen dan bazookamu? Rela mengeluarkannya di battlefield penting tanpa minta log dan tanpa nunggu da cimporong mengeluarkan statement 50k IDR-nya? Rela mengeluarkannya di battlefield penting meski tahu takkan dapat medal?

- Rela turun di battlefield yang butuh pertolongan meski tanpa log?

- Rela tetap bertahan di eIndonesia, dengan CZ eIndonesia, meski eIndonesia dalam keadaan miskin resources?

- Rela tetap di sini sehancur apapun keadaannya?

- Rela berkonstribusi dengan aksi, bukan omongan basi? Meski tanpa ada yang tahu? Meski tanpa ada yang mengapresiasi? Meski di balik layar, tertutup masa dan ditelan penghargaan dalam keheningan?


Hanya sebagian kecil pertanyaan itu, akupun tak tahu lagi mesti menjawab apa. Entah kau pemain muda atau pemain tua. Entah kau oldbie atau nubie, sama semua. Kalau hanya satu dua orang memiliki kesadaran, apa pula gunanya? Hanya akan menjadi Hari Kebangkitan Individual, yang akan luruh juga digerus eWaktu yang kejam.

Kebangkitan eNasional itu bisa dimulai kapan saja. Mungkin ini saatnya kita berembuk lagi di room tua yang menanti semangat anak-anak bangsanya, #erepindo-talk, mungkin ini saatnya kita berkumpul membentuk lingkaran dan saling mendengarkan. Dengan kepala dingin, dengan perasaan saling memiliki. Mungkin ini saatnya kita berembuk lagi untuk langkah eBangsa ini, tidak sebulan, tidak juga dua bulan, melainkan untuk minimal satu tahun ke depan.

Apalah gunanya banyak kotak, jika sesuatu yang menjadi alasan berdirinya kotak-kotak itu hilang oleh pertarungan antar kotak yang sia-sia?

Ayolah yang muda, yang tua, yang eArwah, yang berkaki dua maupun berkaki empat atau bahkan tak berkaki,
berjuanglah bukan hanya untuk mengejar eMaho eCinta, bertarunglah melawan kegalauan penjajahan dari dalam diri, dan berdirilah dengan bangga di bawah nama eJomblo eIndonesia.
Jangan saling menunggu. MULAILAH SEKARANG! Saling menunggu sama dengan mengubur hidup-hidup kebangkitan yang ada di depan mata. Jangan saling menunggu. MULAILAH SEKARANG! Dari diri Anda, ke teman Anda, ke pengunjung yang satu room dengan Anda, dan akhirnya ke eIndonesia!



eINDONESIA BISA!

Demikian, maaf jika panjang. Semoga tidak ketiduran.
Salam penggalauan Semangat Kebangkitan,



Nurmillaty A.M