[Chapter 1] Intermezzo

Day 1,626, 03:43 Published in Indonesia Indonesia by Nurmillaty A.M

Selamat Pagi, Siang, Sore, dan Malam rakyat eIndonesia sekalian dimanapun Anda berada. Semoga masih aman dari naungan banhammer Platod Yang Maha Bergold dan sehat sentosa di antara tumpukan kolor yang siap untuk dibakar.

Artikel ini berawal dari kebosanan saya dan 'sepi'nya media eIndonesia, sehingga saya bermaksud untuk meramaikannya dengan sebuah cerita bersambung yang semi-fiktif. Jadi yang lagi nganggur monggo dibaca, kalau menarik tekan tombol vote, sebagai penyemangat tekan tombol subs, jika ada unek-unek atau mau kasih kesan pesan dan usul cerita silakan komen.
Selamat menikmati!


I am ...



Namaku Arcelven. Setahun yang lalu aku berangkat meninggalkan Bumi dengan pesawat jet Eufx-Triciclo rakitanku sambil mengemban misi super rahasia, yaitu menemukan Pakmi. Tapi karena suatu kesalahan, pesawatku kehabisan bahan bakar dan harus mendarat darurat di tengah perjalanan.

Ketidakberuntunganku membawaku terdampar di planet Platonoid. Kusebut begitu karena bentuknya yang tak lazim, mengingatkanku pada kepala ilmuwan jaman dulu bernama Plato, yang mensabdakan hal-ihwal tentang benua legendaris Atlantis.



Sebuah planet yang anehnya berstruktur sama dengan Bumi, dihuni oleh makhluk yang persis denganku, berbicara dengan bahasaku, dan berlaku sepertiku. Bedanya adalah planet ini penuh oleh desing peluru sejak kali pertama kuinjakkan kakiku di tanahnya.

Satu minggu pertama kugunakan mengamati keadaan sekitar sambil bertahan hidup dengan bekal yang masih tersisa. Makhluk-makhluk ini menyebut dunia mereka sebagai 'Erepublik', keluar dari rumah untuk berbelanja di market, mengatur uang di bank, bekerja, dan... berperang.

Selama setahun itu, aku mengurung diri di apartemen kecil yang kusewa dan hanya keluar untuk bekerja di perusahaan yang berhasil aku masuki suatu kali. Membeli makanan ala kadarnya dengan delivery order Black Market, dan membaca koran yang tiap pagi selalu ada di depan pintu apartemenku.

Tapi hari ini berbeda.
Aku penasaran oleh banner-banner yang terpasang di beberapa kolom koran. MU, Partai, Congress, begitu sebut mereka. Apa itu?
Sambil menimbang-nimbang agak lama, kuputuskan untuk keluar rumah. Seingatku boss pernah menyebut Balai Kota, tempat berkumpul makhluk-makhluk ini -tak disangka rupanya mereka juga makhluk sosial-. Maka berbekal koran yang memuat peta menuju Balai Kota, aku keluar.



This is something called beginning...
DAMN.
Aku salah perkiraan.
Seharusnya sebelum keluar, aku menyiapkan beberapa amunisi senjata. Sekarang? Tak kuduga aku mengambil jalur yang sedang dikenai perang pemberontakan. Kacau! Aku harus lari menghindari peluru-peluru ini atau aku akan mati. Dan tak pernah bisa kembali lagi ke Bumi.

Aku tak peduli lagi pada arah; aku hanya lari, lari, dan lari. Memasuki hutan, terus menjauhkan diri dari lahan peperangan. Tapi lagi-lagi kepanikan membuatku lalai memperhitungkan segala kemungkinan; ada bom ranjau di sana.

Entah dipasang siapa.
Entah untuk siapa.
Yang jelas bom itu meledak saat aku berada tak jauh darinya, dan mendadak sekeliling terasa gelap...




BERSAMBUNG ...
HA! BERSAMBUNG! Hahaha. Maaf ya kalau gak menarik 😃 dan maaf juga buat Arcelven yang namanya saya catut di sini 😛 sekedar iseng wkwkwk
Kalo ndak terima bilang aja, bisa diatur! Mungkin nanti tokoh utamanya aku bikin amnesia dan ditemuin sama oranglain yang ngasih dia nama baru :3
Ditunggu responnya btw, apakah cerita ini sebaiknya diteruskan atau tidak 😉

Best Regards,


Nurmillaty A.M