SENYUM MANIS DARI GEDUNG MERAH VOL.6

Day 2,892, 22:44 Published in Indonesia Indonesia by Fitzgerald.13




Salam satu jiwa companeros dan companeras!

Bicara soal eksistensi politik setiap partai politik pasti mengalami pasang surut. Hal tersebut merupakan suatu hal yang lumrah karena sejarah selalu bergerak dinamis. Begitu pun dengan PKeI, sebuah partai yang tercatat sebagai partai revolusioner dalam sejarah eIndonesia juga mengalami tambal sulam, bongkar pasang, maupun pasang surut dalam kehidupan politiknya.

Cukup membahagiakan melihat kondisi PKeI saat ini,bagaimana mahluk purba seperti Rudsaint masih aktif dan berkeliaran di shout partai maupun MU RGEC binaan PKeI, atau bersenda gurau bersama dalam chatroom RGEC dengan beberapa kader baru ataupun orang lama muka baru ataupun orang lama yang baru bangun.
Bahkan dalam bursa pilpres kemaren kita sempat meramaikan suasana politik eIndo, meskipun kita kalah tapi kita masih bisa menunjukan kekuatan politik kita yang selama ini dianggap mati suri. Yang cukup menyedihkan adalah melihat kondisi RGEC yang notabene adalah MU binaan PKeI, MU ini 80% isinya mayat tidur terutama untuk D3 dan D4 yang mati. Kekuatan damage MU ini sebagian besar sekali masih ditopang oleh komandan MU opa Imobil. Yang ramai bertarung hanya di D1. D2 pun masih bisa dihitung dengan jari jumlah fighternya.

Kenyataan pahit yang harus diterima oleh PKeI adalah kita terbebani oleh sejarah masa lampau yang dipenuhi dengan euforia dan kejayaan lampau. Hingga demoralisasi banyak menghinggapi kawan-kawan kita. Akan tetapi demoralisasi dan pengkhianatan kerap berjalan berdampingan, dimana di satu sisi demoralisasi terdapat sisi lain pengkhianatan di dalamnya.

Dalam pergerakan kita selama satu tahun belakangan ini kecenderungannnya adalah pasang surut, bahkan sudah terlihat tanda-tanda kemunduran dalam pergerakan kita. Inilah mengapa kita sebagai kaum proletar harus memiliki pemahaman mengenai proses dialektika dari perjuangan kelas. Banyak sekali kawan-kawan kita atau mantan kawan kita yang hanya bersandar pada romantisme perjuangan tanpa memahami betul perjuangan kelas. Menyaksikan perjuangan kelas yang berapi-api yang ada di sekitar mereka, lantas mereka tergerak untuk ikut berjuang. Dengan berapi-api mereka menceburkan diri mereka ke dalam gerakan dan mengorbankan hal-hal duniawi demi membela kepentingan kelas pekerja. Namun ketika gerakan mengalami kemunduran atau pukulan besar, atau tampaknya hanya berjalan di tempat, secepat itu juga api perjuangan mereka redup. Entah mereka-mereka ini jatuh ke dalam apati, atau jatuh ke dalam oportunisme dalam usaha mereka untuk mencari jalan pintas kepada kesenangan mereka. Dalam rentetan sejarah yang telah kita lalui, tidak sedikit kawan-kawan dari barisan kita yang lalu meninggalkan perjuangan karena patah semangat, atau bahkan menyebrang ke sisi yang lain. Sekali lagi saya tekankan demoralisasi dan pengkhianatan kerap berjalan bersandingan.

Banyak kawan kawan kita yang menyerah dan bahkan menyeberang ke sisi lain. Mereka menyerah bukan karena karakter mereka yang cacat, tetapi karena mereka tidak dilengkapi dengan pemahaman politik akan gerak dialektik dalam perjuangan kelas. Gerakan tidaklah bergerak dalam garis lurus. Ia bukanlah sesuatu yang bisa diciptakan dengan semangat belaka. Ia merefleksikan kondisi objektif yang ada, ekonomi, politik, dan sosial. Kita harus tahu kapan harus mundur, dan bagaimana untuk mundur. Momentum gerakan pada periode sebelumnya terkadang membuat kita kesulitan menginjak rem ketika periode selanjutnya tidak lagi kondusif untuk penyerangan, seperti halnya batu besar yang menggelinding akan sulit dihentikan dari jatuh ke jurang.

Lenin mengatakan bahwa “buruh harus menyadari bahwa kemenangan itu mustahil kecuali kalau kita belajar bagaimana menyerang dan mundur secara teratur.” Perjuangan kelas bukan berarti pemberontakan bersenjata yang avonturis untuk mendorong terjadinya revolusi. Revolusi tidak bisa diciptakan secara artifisial. Ia adalah hasil dari pertentangan-pertentangan antar berbagai kekuatan di dalam masyarakat, yang mencapai titik didihnya dan meledak. Yang seharusnya dilakukan oleh gerakan proletar pada saat ini adalah mundur secara teratur, menyelamatkan sebanyak mungkin pasukan yang ada untuk lalu maju menyerang kembali ketika situasinya sudah kondusif lagi. Ingat kawan satu langkah mundur, seribu langkah siap menggempur.

" Hanya lewat kekalahan lah kaum proletar bisa belajar bagaimana untuk menang. Hanya lewat kejatuhan lah kaum proletar bisa belajar untuk bangkit berdiri. “Yang terpenting bukanlah mereka yang meninggalkan kita, tetapi mereka yang tetap berada bersama kita dan mereka yang akan bergabung dengan kita di kemudian hari. "

HAI PKeI !! KARENA HAIL PKeI TERLALU FASIS !



Best regards,

F13
Ketua CC PKeI