KETIKA INDONESIA MENAKLUKKAN DUNIA

Day 2,768, 01:02 Published in Indonesia Indonesia by bolink
eIndonesia, Day 2768

Novel eRepublik

Copas dan diangkat dari Novel buatan eks pemain eRepublik Indonesia... Wonder Forward a.k.a Nafta S. Meika ... selamat menikmati 😃



Prakata

Buku ini diperuntukkan:
Untuk kang n3m0, panutanku, sesama penggila eRepublik,
Untuk semua warga eIndonesia,
Untuk semua kebahagiaan dan pengalaman tak terlupakan…


Sungguh terlalu banyak hal yang ingin saya ungkapkan
mengenai pengalaman saya yang tak ternilai dalam permainan
ini. Aspek dan dimensinya begitu banyak namun di saat yang
sama juga sangat sederhana dan gemilang.
Namun ruang yang tersedia untuk pengungkapan ribuan hal
ini hanya sedikit. Saya telah berupaya sedahsyat mungkin
memasukkan apa yang paling penting dan esensial, dan sisanya
bisa anda coba dan alami sendiri, menjadi petualangan dan
kisah hidup anda sendiri, saat anda bergabung dengan kami.
Saya berterima kasih atas hadirnya game ini dalam kehidupan
saya. Saya dikaruniai tidak hanya pengalaman yang berharga,
namun juga memperoleh keluarga dan komunitas yang
indah dan hangat, teman-teman dari dalam dan luar negeri,
juga rasa terima kasih saya diperuntukkan untuk Kang
Bolodewo, aban, Bima, wizzie_don, Ond3l, Suhuku Phortoz,
Donagung, Mamih Sandygee, Kang Nicosianipar, Mimihitam,
Nugelobudug, Masila, sukm, rekan-rekan di PReI (Partai
Republik eIndonesia) serta segenap warga negara eIndonesia
serta sekutu-sekutu eIndonesia di luar negeri yang namanamanya
susah dieja dan susah banget di-list.

Akhir kata, hidup eIndonesia.
Jayalah Indonesia, tanah airku tercinta.

Semua peristiwa dalam buku ini dijabarkan sesuai kenyataan sebenarnya
di New World, ranah eRepublik.

Ada pun penyampaian, nama, tokoh, organisasi, serta peristiwa yang
kebetulan persis sama dengan kejadian di Real Life, hanyalah kebetulan
belaka dari adanya masyarakat dan interaksi antar-manusia.



Seorang Gamer Juga Rakyat Indonesia!

"Jika Sauron membagikan cincin bagi penghuni dunia kita,
tentu ia akan membagikan ini:
Meditasi untuk para biarawan dan orang suci
Perhiasan dan perhatian bagi para wanita
Game, game, dan game bagi para lelaki"


Zaman agaknya sudah berubah.

Demikian juga para penghuni dunia ini.

Waktu kecil, mainanku lompat petak, petak umpet, lompat
tali, lompat karung, kasti, gobag sodor (atau nama kerennya:
galaksian), atau kadang-kadang jika terpaksa: bekel dan
congklak. Ketika mulai beranjak besar, permainanku pun
berubah. Mengikuti selera internasional dan tuntutan
kurikulum seperti: sepakbola, bola voli, basket, kasti, dan lari
keliling lapangan.

Sayangnya, aku ternyata dilahirkan bukan untuk menggeluti
hal-hal yang bisa membawaku ke kejurnas atau Olimpiade.
Aku dan kaumku mayoritas mufakat bahwa kami dilahirkan
untuk menikmati himpunan game digital alias video game
beranggotakan gimbot bin game boy, Atari bapaknya Nintendo,
lalu Sega hingga Playstation. Namun golongan permainan ini
hanyalah game dengan interaksi terbatas. Paling hanya satu
hingga delapan pemain yang bisa memainkan satu game
berbarengan. Yang lainnya hanya nonton melihat. Lawan pun
seringkali hanya komputer saja. Kurang terjadi dinamika dan
kurang seru.

Era Interaksi terbatas itu berakhir sudah kala ombak pasang
Multi-player Game Online menghantam ke Nusantara. Pada
saat mulai, kuliah dan internet murah sudah mulai mewabah
di Indonesia. Kami, para gamer, mendapat cakrawala baru
permainan yang setahap lagi lebih tinggi ini. Pas zaman
kuda gigit disket dulu ada Nexia: The Kingdom of the Wind. Lalu
menyusul zaman keemasan Ragnarok, Tantra, Runescape,
dll. Aku dulu mengira dulu game-game ini udah paling keren.
Aku salah, karena sampai terhuyung-huyung takjub sendiri
aku kala melihat kecanggihan Lineage II dan WoW (World of
Warcraft). Beruntung aku tidak memainkan dua yang terakhir,
jika tidak niscaya saya bisa makin ketagihan.
Saya akhirnya bisa keluar dari jenis permainan MMORPG
ini karena jenuh, bosan, serta harus bayar1. Alasan terakhir sih
yang paling dahsyat, tapi aku melihat komunitas permainan
mulai semakin tidak sehat, ramai, melelahkan, menyebalkan,
dan sumpek. Apa yang dulu hangat kini jadi hambar. Yang
dulu kekeluargaan beralih jadi iklim benci dan dendam serta
kecurigaan.

Aku kemudian beralih ke game strategi komputer.

Sayangnya, ada dilema besar dalam mendoyani game strategi
PC. Dilema yang menimpa semua penggemar game strategi
termasuk pencipta game yang akan dibahas dalam buku ini.
Apakah dilema itu? Begini, anda datang ke toko game lalu
membeli Civilization, Age of the Empire, atau Total War
terbaru. Game-game strategi mutakhir. Pokoknya top top
markotop dah! Lalu anda mulai memainkan permainan tadi
selama lima menit, sepuluh, lima belas… dan kemudian
saat anda sadarkan diri dan melihat jam: sudah jam 3 pagi!
Waarrghhhh! Enam jam (atau lebih) telah berlalu, matahari
udah keburu terbit lagi, malam sudah berlalu, dan pekerjaan
anda tidak ada yang selesai, plus kekasih anda siap-siap
menjatuhkan palu atau SP. Jika kegandrungan anda mulai
kronis bukan tidak mungkin jatuh itu vonis talak dengan
tuduhan merusak keharmonisan rumah tangga. Lantas orang
yang anda kasihi segera menghilang tanpa jejak, ke lain hati, ke
lain rumah. Inilah masalah keharmonisan perkawinan antara
waktu luang dengan kesukaan terhadap game dengan
hubungan sosial yang tak kunjung terpecahkan.
Akibatnya, dari game PC aku beralih ke game browser online.
Permainan yang lebih sederhana, praktis, tidak memerlukan
banyak waktu download, dan yang terpenting gratis. I love
gratis. Namun setelah kecanduan di dalamnya, dan lagilagi
memerlukan banyak waktu luang (sialan, aku jatuh dari
lubang ke lubang yang sama), akhirnya malah terbentur pada
masalah kedua yang sama-tak-terpecahkan-nya! Belum lagi
bisa memecahkan masalah pertama yang bisa membuat anda
menjadi pengasingan sosial, berpotensi merusak prestasi dan
kehidupan RL, kini tambah lagi masalah No.2.
Masalah No.2 dalam game strategi online seperti Travian,
Ikariam, Evony, Romance of Three Kingdom Online, sampai
game perang galaksi macam Astroempires, Ogames, dll. ini
baru bisa kelihatan kalau kita sendiri sudah terjun langsung di
dalamnya.

Dalam game-game seperti ini anda ditugaskan membangun
sebuah desa, kota, pulau, hingga koloni luar angkasa. Waktu
yang anda habiskan untuk membangun desa secara real time pada
awal permainan membuat anda tidak bisa (atau jadi malas) pergi
ke mana-mana. Anda juga harus terus menerus mengawasi dan
waswas akan serbuan dari desa atau planet tetangga. Buat gamer
yang punya banyak waktu luang tentu ini bukan masalah, mereka
malah makin getol. Makin sering online diberi imbalan makin
bergengsi dan keren. Namun kegetolan kadang tak berguna
ketika terbentur pada masalah kedua: perbedaan kekuatan
antara pemain yang telah lama bermain dengan anda.
Perbedaan kekuatan ini begitu besar sehingga semua aspek yang
telah anda bangun dengan membutuhkan waktu sedemikian
lama dalam permainan Travian (bisa sampai berbulan-bulan)
maupun Astroempire (Enam bulan kujabani membangun terus
dengan rajin, sampai punya 10.000.000 unit kapal perang, serta
bayar ke perusahaan gamenya 20 Euro setahun buat dapat account
unlimited!) bisa hancur dalam hitungan detik saja jika diganyang
kekuatan yang jauh lebih besar2.
Itu terjadi padaku berkali-kali. Membuatku patah arang bukan
main. Sekalipun kita mendedikasikan sepenuh waktu kita, selalu
yang lebih perkasa setiap saat bisa menghancurkan kita. Bahkan
terkadang, ironisnya… mereka bisa menyate kita tanpa adanya
korban sedikit pun jatuh di pihak mereka. Lalu mereka akan
datang dan menyatroni desa dan koloni mereka terus menerus,
jam demi jam, menjajah kita tanpa ampun. Istilahnya: kita di-
“farming”—dijadikan sekedar panenan atau diperas berkala
oleh mereka.

Aku jadi muak dengan permainan macam ini. Lama aku
berhenti main game online. Aku kembali ke game-game
dunia nyata. Aku tertarik dengan kontrak bridge dan Tarot
yang sampai sekarang masih kugandrungi. Sampai suatu
saat, teman main bridgeku Chiruu (id eRepnya, bukan nama
aslinya) memperkenalkanku dengan game yang menurutnya
keren. Namanya Cybernations. Sebuah game di mana kita
bisa menciptakan negara kita sendiri dan mengurus ekonomi,
militer, serta politiknya.
Oke. Sounds good. Siapa yang gak kepengen memerintah negara
sendiri?
Namun, setelah memainkannya selama dua minggu aku
langsung kecewa setengah mati. Lagi-lagi... gameplay-nya
terlalu rumit, dan untuk sekedar bisa masuk dan diakui dalam
suatu persekutuan (guild atau geng), aku harus mengikuti
ujian sampai dua kali. Ujian beneran! Bener-bener kayak kita
harus duduk di kelas dan bener-bener harus menjawab 30
soal-soal rumit, setelah belajar dua hari penuh hanya untuk
bisa diterima masuk ke dalam sebuah kelompok. Lalu, setelah
mampus-mampusan lulus pun, sama pula akhirnya dengan
game sebelumnya. Aku hanya jadi sapi perah oleh yang mereka
kaya dan kuat bukan main.
Dalam semua permainan tadi, aku melihat pada hakekatnya
semua orang sesungguhnya hanya sendirian belaka. Mereka
selalu terpuruk dan takut dengan yang lebih kuat, lebih tua, dan
lebih perkasa. Tidak ada keadilan berpendapat selain melewati
tatanan senioritas guild, gang, klan yang kaku. Semangat main
yang ada di sana hanya mengganyang sumber daya sebanyakbanyaknya,
berburu mangsa atau panenan secara terkoordinir
bagaikan kawanan serigala atau hiu, mengejar ranking, begitu
terus… Tiada akhir. Kering dan dingin dan keji dan tamak,
itulah simpulanku.
Aku perih melihatnya. Karena pada dasarnya konsep bernegara
ini masih menarik perhatianku, maka aku segera mencari game
pengganti yang bertema sama. Bergentayanganlah diriku di
wikipedia, dan di halaman wikipedia mengenai cybernations,
aku menemukan game yang disebut eRepublik3. Dari namanya
saja saya sudah tahu ini game buatan orang Eropa Timur,
karena tulisan Republik-nya pakai “k” bukan “c”.
Aku sontak dan seketika terpesona pada game ini. eRepublik
adalah game berlatarkan peta bumi dan negara-negara yang
ada di dunia nyata kita (atau singkatnya kami sebut RL—
Real Life). Melalui simulasi bernegara dan bermasyarakat,
kita menjadi salah seorang warga negara yang bisa turut
berpartisipasi untuk “rewrite the history”. Menulis ulang
sejarah dunia!

Kita bisa membuat pengaruh kita terasa di bidang ekonomi
(dengan menjadi pekerja atau pengusaha), politik (menjadi
anggota partai sampai ketua partai, anggota DPR sampai
Presiden), ABeRI (berperang, menaikkan pangkat, menjadi
komandan, hingga panglima ABeRI, bahkan ikut wamil),
sampai bikin menjadi raja media (punya koran sendiri)!
Wow, angan-anganku langsung melambung tinggi. Rasa
nasionalismeku pun membuncah. Sehebat apa ya Indonesia di
dalam game ini? Kalau aku lahir di sana, cita-citaku mau jadi
apa ya? Apa mau jadi Presiden?4
Kemudian, dua dilema abadi game Online dan PC tadi pun
sirna diterpa konsep jenius game ini. Alexis Bonte, pencipta
game ini, sengaja menciptakan sebuah game simulasi yang
hanya perlu dimainkan 15 menit atau beberapa klik saja sehari,
kecuali jika anda ingin aktif membaca berita atau terlibat
dalam perpolitikan5. Jadi tidak ada masalah dengan banyak
waktu yang ludes terbakar game. Lalu, tidak ada bahaya bahwa
citizen atau warga negara anda bisa dihantam atau dibunuh
mentah-mentah, semena-mena, atau diserang saat kita tidak
online oleh yang lebih kuat. Semua penduduk, baik lama dan
baru, kuat dan lemah, memberikan kontribusi kepada negara
sesuai jatah dan kemampuannya dalam bidang militer, media,
ekonomi, serta tentu saja sosial-dan-politik.

Perbedaan kemampuan tiap citizen hanya ada di kepiawaian
pribadi kita dalam berkomunikasi, bersosialisasi, bersimulasi
ekonomi, dan politik, yang lebih menentukan keberhasilan
karir kita sebagai warga negara dalam eRepublik. Id yang lebih
lama mungkin punya kekuatan, pangkat, serta kemampuan
skill job lebih tinggi. Namun hal-hal seperti itu pudar
diterpa kilau kemampuan kepemimpinan, diplomasi, sosial,
ekonomi, administrasi, politik. Kemampuan-kemampuan yang
dilatarbelakangi pengetahuan mengenai sejarah, geografi,
kultur negara, serta mekanika game inilah yang membuat kita
bisa memiliki kontribusi tertinggi terhadap kejayaan bangsa.

Bagiku game ini adalah game yang sangat adil bagi semua
pemain, baik pemain lama maupun pemain baru. Seperti
halnya game-game zaman sekarang, semua fitur dan ringkasan
informasi game eRepublik ini pun tersedia dalam eRepublik.
wiki. Maka aku pun membuka-buka informasi tentang
negaraku, eIndonesia.

Dan aku tercengang dahsyat…

Aku ingat hari itu tanggal 31 Januari 2009…

~Bersambung~