Kala Undang-Undang Dasar Hanya Menjadi Mainan Segelintir
Revip
Selamat Malam eIndonesia!
Tanpa perlu banyak bercakap, disini saya ingin mencoba menanggapi pandangan mengenai rencana Amandemen Undang-Undang Dasar eIndonesia.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Undang-Undang Dasar merupakan Landasan Konstitusi sebuah negara. Hal tersebut menandakan sifatnya yang teramat krusial. Tentu karena sifatnya yang sedemikian krusial, idealnya Undang-Undang Dasar dirancang dengan penuh pertimbangan matang. Tak sembarang UUD ini disusun.
Namun hukum itu bersifat dinamis, aturan hukum yang paten di masyarakat era 60-an belum tentu sesuai dengan karakteristik masyarakat di era 2000-an. Dengan sifatnya yang selalu berkembang, seringkali muncul produk-produk hukum baru ataupun amandemen produk hukum lama yang dianggap sudah tidak sesuai.
Namun macam strata tingkatan, perubahan suatu aturan hukum tidak bisa disamaratakan. Tak perlu berbicara real life, karena di eIndonesia pun kita memiliki tingkatan tersebut. Seperti yang kita ketahui, di eIndonesia ini Undang-Undang Dasar mengamanatkan dalam pasal 8 dan 9. Pasal 8 menyebutkan bahwa Undang-Undang Dasar merupakan perangkat perundang-undangan tertinggi di eIndonesia, lalu dilanjutkan dengan pasal 9 yang menyebutkan 3 perangkat perundang-undangan dibawah UUD, yakni undang-undang, peraturan pengganti perundang-undangan, dan yang terakhir adalah peraturan pemerintah.
Sebagai perangkat perundang-undangan tertinggi dan juga landasan konstitusi negara, Undang-Undang Dasar eIndonesia dapat diibaratkan nyawa bagi negeri ini. Barangtentu sifatnya menjadi sakral. Namun di negeri ini, kesakralan dari UUD ini seakan hilang tak digubris. Setelah mengalami amandemen di beberapa bulan lalu, bulan ini dewan rakyat yang terhormat, kongres memutuskan untuk mengamandemen kembali UUD ini. Hal tersebut dirasa dapat dimaklumi jikalau amandemen tersebut mendapatkan persetujuan dari mayoritas wakil rakyat yang kini dibagi perfraksi. Namun yang terjadi, keputusan mengenai amandemen UUD ini hanya mengambil suara 3 fraksi yakni PReI, Frontal, dan PKeI, sementara 2 fraksi lain yakni Golkus dan AoI dihapuskan hak suaranya dengan alasan tidak ada ketua fraksi atau perwakilan yang hadir didalam rapat. Hasilnya adalah 2 banding 1, PReI dan PKeI menyetujui adanya amandemen, Frontal menentang adanya amandemen. Dan amandemen pun akan dilaksanakan.
Tanpa bermaksud naif, saya menyatakan bahwa ini jelas berpotensi melukai hati rakyat eIndonesia. Pertama, Undang-Undang Dasar merupakan nyawa bagi negeri tercinta ini, secara bijaksana seharusnya kongres meminta persetujuan dahulu dari rakyat negeri ini, karena disini kita tidak memiliki perangkat penegak hukum, kesadaran rakyat untuk menjalankan aturan merupakan satu-satunya alasan untuk terus tegaknya konstitusi negeri nan semu ini. Kita tak dapat memaksakan kaidah yang dibuat dengan punnishment tertentu, karena memang tak ada fitur penegaknya. Kedua, jikalau pun ingin bermain lebih cepat dan instan, seharusnya seluruh partai tetap diikutsertakan hak suaranya, karena setidaknya mereka adalah penyambung lidah rakyat. Mereka wakil dari rakyat yang ditunjuk didalam pemilihan umum yang sah.
Memang benar tidak seluruh anggota kongres aktif dalam rapat. Namun saya melihat sebenarnya kongres bulan ini mengalami kemajuan positif dibandingkan kongres dibulan-bulan sebelumnya, setidaknya semenjak pertama saya menginjakan kaki di ruang kongres beberapa bulan lampau. Didalam 2 rapat awal, anggota kongres yang hadir dan aktif terbilang cukup banyak. Gedung Kongres bukan hanya menjadi ruangan sepi pemuas hasrat tidur para cecunguk busuk pengincar medal dan gold. Berbagai pendapat mengalir begitu deras, hingga perdebatan memanas sekalipun. Suatu hal elok yang jarang kita rasakan, bahkan hingga dahulu sempat muncul suara sumbang bahwa kongres hanyalah fitur pelengkap tanpa guna. Baru di rapat ketiga tadi, gedung ini sepi pengunjung, entah karena apa. Namun jelaslah itu tak dapat menjadi tolak ukur dan mengambil kesimpulan begitu cepat, bahwa tak baik banyak menunggu dengan alasan karena gedung tersebut selalu terlampau sepi.
Menimbang hal tersebut, barangtentu seharusnya permasalahan amandemen/tidaknya UUD harus mendapatkan persetujuan dari forum yang lengkap, dalam hal ini setidaknya diwakili oleh seluruh fraksi. Mengingat Undang-Undang Dasar ini merupakan landasan konstitusi dari eIndonesia.
Berlanjut, sebagai landasan konstitusi sebenarnya tak elok kaidah hukum ini kita permainkan. Dengan sifatnya yang sakral, kita seharusnya dapat menghargai produk hukum ini. Dengan tingginya frekuensi amandemen, menandakan bahwa tak ada rasa penghargaan terhadap UUD. Kembali lagi keatas, benar bahwa hukum itu dinamis. Namun bukan berarti seluruh produk hukum dapat kita amandemen seenak jidat. Jikalau memang tidak terlampau perlu mengapa harus kita paksakan untuk dirubah, apalagi ini adalah UUD. Undang-Undang Dasar seperti yang disebutkan didalam pasal 8 memiliki sifat umum. Oleh karenanya UUD tak mengatur seluruh aturan secara terperinci. Maka dari itu diperlukanlah adanya Undang-Undang (UU). UU difungsikan untuk mengatur hal khusus yang sudah/belum diatur didalam UUD dan tidak bertentangan dengan UUD itu sendiri. Maka kala ada aturan yang belum diatur/tidak lengkap didalam Undang-Undang Dasar, yang diperlukan adalah pembuatan Undang-Undang baru, bukan semerta-merta mengamandemen Undang-Undang Dasar.
Ya, meskipun ini hanyalah sebuah permainan. Namun disini dapat menjadi sarana dan tempat kita untuk belajar. Apalagi yang memainkan game ini bukan hanya kalangan mahasiswa keatas, melainkan juga ada adik-adik kita yang masih duduk di bangku sekolah. Tak terbayang tentunya, jika terpatri paradigma bahwa Undang-Undang Dasar (In game dan khususnya RL) hanyalah 'mainan' semata didalam benak mereka.
Terakhir, saya ucapkan terimakasih bagi anda yang telah sudi membaca hingga akhir. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua.
Salam,
Comments
Tidak adanya sistem peradilan membuat undang-undang itu seperti sampah
go epip go \o/
/me gagal pertamax
XT:
"Pertama, Undang-Undang Dasar merupakan nyawa bagi negeri tercinta ini, secara bijaksana seharusnya kongres meminta persetujuan dahulu dari rakyat negeri ini, karena disini kita tidak memiliki perangkat penegak hukum, kesadaran rakyat untuk menjalankan aturan merupakan satu-satunya alasan untuk terus tegaknya konstitusi negeri nan semu ini."
wow kk wow /me puk2 yang suaranya hilang XD
@revip : bukti UUD itu nyawa bagi negri ini apa? ketika tidak ada kesadaran menjalankan aturan mau kyk gimana?
XT: Erepublik itu game bernergara toh? Kaw punya rl toh? Kau tahulah apa itu fungsi UUD dan gimana sifatnya. Untuk pertanyaan terakhir terlihat terlalu memaksakan lho, udah jelas gua tegesin diatas, satu-satunya alasan untuk tegaknya konstitusi disini ya kesadaran. Masa perlu diulang terus
Salah, hukum tertinggi di game ini hukum admin 😛p
Mekanisme meminta persetujuan rakyat itu seperti apa konkretnya? Via artikel? Diitung jumlah komen?
Mini: Ya mekanisme bisa macam-macam toh, yang kaw sebut bisa, namun bisa pula kita adain musyawarah besar di irc, atau mungkin kaw punya ide brilian lain?
Archelven: Beda cakupan dong, hukum admin mengikat seluruh negara. UUD mempunyai posisi pengatur (tanpa mengikat) tertinggi di eIndonesia saja, itu kan ada pasalnya tentang kedudukan UUD
@revip : "Pertama, Undang-Undang Dasar merupakan nyawa bagi negeri tercinta ini,. "
"kesadaran rakyat untuk menjalankan aturan merupakan satu-satunya alasan untuk terus tegaknya konstitusi negeri nan semu ini.. "
Pake logika rakyat biasa aja lah, jangan pake ilmu konstitusi RL lu yg amat tinggi..
Trus kenapa loe ngusulin mekanisme itu setelah kalah voting di rapat cong? Ini udah jadi semacam modus keknya ya.... usul/kehendak gak di-acc di rapat cong, lantas "protes" via media, ntar kalo diturutin "ah dah telat, kenapa gak dari awal?"
Harusnya loe walk out dong pas dilakukan voting soal amandemen ini kalo emang keberatan karena 2 suara fraksi dihapus (dihapus atau karena aturan ketidakhadiran?), jangan setelah kalah suara terus koar2 di media
XT: Rasanya sbg pemain yang jauh lebih senior, harusnya mas XT ini yang lebih bisa ngejawab pertanyaan pertama. Sekarang gw balikin, apa fungsi pemain purba jaman dulu ngebuat uud? Ya emang karna ini cuma game, negrinya sih gk bakal mati, toh emang uud ini nggak punya kekuatan mengikat karna kita nggak dikasih fitur penegakan hukum. Cuma balik lagi aja, ini kan game bernegara, ya seyogiyanya ngejalanin bernegara dengan idealnya, btw ini ngapa jd gw yang ngejawab ya.
Dengan tingginya frekuensi amandemen, menandakan bahwa tak ada rasa penghargaan terhadap UUD.
======
Adanya wacana amandemen itu tandanya ada rasa kepedulian, kebutuhan akan update UUD. Menghargai UUD bukan berarti kita tetap membiarkannya.
Jadi intinya loe keberatan UUD diamandemen, apa keberatan proses pengambilan keputusan kongres sih? Ini artikel panjang tapi bias maksudnya
Yang kedua, ya matilah ini UUD, apa ada jawaban lain?
Mini: Fyi aja sih ini, semua yg ada diartikel ini sebelumnya gw ungkapin di rapat kongres. Walk out? Nggak perlu pake cara gitu juga kok, itu selama rapat gw berusaha perjuangin hak dari fraksi yg nggak hadir. Tapi ya apa daya, kebetulan 2 dari 3 fraksi yang hadir kepengen langsung instan hari ini juga keluar hasil ada amandemen/enggak.
Btw ini dr awal aja udh gw jelasin, pandangan bro pandangan. Coba baca lagi deh
@revip : gak usah ngeleber kyk ingus lah bahas seniar senior, fokus, hadapin itu pertanyaan gue, pakek nanya lagi alesan pemain purba ngebuat uud.. disini gue mempertanyakan kalimat yg lu buat, bukan orang lain. apa emg lu lagi mabok, gak sadar kalo itu tulisan yg gue pertanyakan itu lu yg buat ?
Dan yang kedua, gw mau tanya, biasnya di sebelah mana? Gw kan keberatan sama dua-duanya. Udah jelas gitu itu. Jangan jadi dibias-biasin sendiri kk
XT: gua apa lu sih yg mabok, itu udah gw jawab. Tidur dulu gih, baca lagi besok pagi
@revip : gue rangkum jawaban lu untuk pertanyaan gue yee..
1. Gk ada UUD , digame ini negara tetep ada
2. Gak ada kesadaran, UUD mati
nah, lu baca lagi dah kalimat yg lu buat..
semua yg gue bicarakan ini masih mengarah pada komen gue yang pertama yak.. jangan ngeleber2..
Gw gak ikut rapat sih hahahahhaa..... baru balik ke rumah jam 10 malem
Agak heran aja sih ini 2 fraksi yang gak hadir itu ketuanya apa seluruh anggota fraksi? Logikanya sih ya itu konsekuensi ketika berhalangan hadir maka dia/mereka harus sadar kalo haknya gak bisa digunakan (karena ketidakhadirannya), bukan karena dihapus atau hilang
Dan yang kedua, gw mau tanya, biasnya di sebelah mana? Gw kan keberatan sama dua-duanya. Udah jelas gitu itu. Jangan jadi dibias-biasin sendiri kk
=====
Seandainya tadi 2 fraksi tidak menyetujui adanya amandemen (sesuai dengan keinginan loe), apa loe bakal tetap nulis artikel ini? Secara prosesnya loe keberatan
alah mak jan, US aja udah 27 kali amandemen konstitusi
kalau konstitusi adalah nyawa negara, maka US udah ngalahin kucing yang punya 9 nyawa
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup mati
idup
Congress ada Mass PM-nya kan? voting saja lewat situ.
Lagipula perubahan eUUD bukanlah suatu hal yang mendesak.
> "Baru di rapat ketiga tadi, gedung ini sepi pengunjung, entah karena apa."
mungkin sudah bosan kak, maklum sudah masuk minggu ke-3.
Amandemen UUD eIndonesia menjadi :
1. Admin selalu benar
2. Bila admin salah, lihat no 1
^ jadi inget pas gw ngospekin maba =="
Amandemen di erep udah jadi hak kongres
There's 40 of you, dan klo emang majority mau amandemen, ya kenapa ngga?
Ga dateng rapat, salah sendiri
I'm not gonna talk anything about quorum, because the meeting started anyway, and you don't seem to have any objection about that
Well, bikin aja dulu rancangannya gimana
Klo udah ngerasa bagus, lempar ke rakyat n kongres
Dari situ baru diliat lg
Apa bener "Berpotensi melukai hati rakyat eIndonesia"? (pake bold)
keknya kalo amandemen konstitusi dengan sistem perwakilan suara rakyat (baca:kongres) itu sah-sah aj jika disetujui mayoritas anggota kongres melalui mekanisme sidang dan sesuai dgn tata tertib sidang yang sah..
dan dissenting opinion tidak akan dijadikan sebuah hal yang mengikat atau menjadi bagian dari keputusan amandemen UUD, namun idealnya tercatat dalam notulensi rapat pengambilan keputusan tersebut, sehingga nantinya bisa saja jadi bahan amandemen selanjutnya xD
dalam sistem demokrasi, wakil rakyat adalah penyampai suara rakyat. fitur ini diberikan sama mintot yang artinya apa yang disuarakan kongres itulah suara rakyat. kalo rakyat ga seneng ama kebijakan cong pasti ada yang bikin artikel, kaya masalah tax kemaren.
lagian alasan masa asal gitu, 'melukai hati rakyat'. udah ga ada ukurannya, baru potensi pula. pajak tinggi, gaji rendah, lapangan kerja jarang ga usah lu ukur dah jelas melukai hati rakyat tuh (setidaknya hatiku yang rapuh ini).
btw, dibikin list kehadiran dong. masa kompak 2 fraksi ga hadir ketua atau perwakilannya sepanjang rapat. apakah emang oon berjamaah atau sejak awal memang sepakat ga mau hadir karena menolak agenda amandemen euud?
^ setuja, dibikin aja list kehadiran
btw pip, sampe tahun jebot juga biar ada UUD kalo gak masuk ke mech gamenya gak bakal dipatuhin sama rakyat. Wong aturan mechnya aja dilanggar. kwkwokowkowkow. Menurut gw jalanin eUUD, seperti negakin benang basah. Dulu udah pernah gw ungkit malah sebelom gw juga udah, tetep aja ya ada pelanggaran.
Kirimin aja tiket ke admin, ditambahin fitur baru gitu yang bisa bikin setiap negara punya law khas sendiri-sendiri. hehe
kadang kadang lebih seru baca commentnya dari pada isi korannya 😉
kadang kadang lebih seru baca commentnya dari pada isi korannya
=======
iye om.. yg penting, perdebatan yg ada saling ngisi.. 1 lg, gak ada logical falensis.. biar gak debat kusir jadinya..
/me nyimak lagi..
seingat gw, passport terakhir eUUD soal amandemen ada aturannya. kongres bikin Tim amandemen. hasil rapat Tim amandemen dibabar dirapat kongres. yg diamandemen Pasal mana aja. kalo disetujui eUuD teramandemen pada Pasal tsb, kalo tidak maka tdk ada perubahan atau Tim amandemen hrs bekerja lagi.
correct me if im wrong
komen dikit ah..
BAB IX
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Pasal 23
(1) Usulan Perubahan Undang-Undang Dasar diajukan dalam sebuah rapat kongres yang sah sesuai Undang-Undang.
(2) Kongres dapat membentuk komisi adhoc atau komisi konstituante dalam penyusunan Perubahan Undang-Undang Dasar.
(3) Rancangan Perubahan Undang-Undang Dasar disahkan oleh kongres melalui rapat kongres yang sah sesuai Undang-Undang.
(4) Khusus untuk Bab I Kedaulatan Negara tidak dapat dilakukan perubahan.
Mini: Seandainya tadi 2 fraksi tidak menyetujui adanya amandemen (sesuai dengan keinginan loe), apa loe bakal tetap nulis artikel ini? Secara prosesnya loe keberatan
Ya gua tetep nulis, hanya aja tulisan gua bakal tertuju ke 1 fokus: Bukan UUD yang harus di amandemen, tapi buat kaidah hukum baru yang lebih urgent. Contoh: Sekarang untuk kongres sekalipun kita belum punya acuan2 resmi, kenapa nggak fokus buat yang ini dulu daripada amandemen UUD yg sbenernya belum perlu-perlu amat?
Aliy1: Logika hukum nggak sesimpel itu bro, lo liat dulu usia negara US udh berapa tahun? Nah sekarang lo bandingin sama amandemen terakhir UUD eRI kapan? Atau yang simpel gua bandingin sama misal UUD RI (RL) diamandemen 27 kali dalam usianya yang baru 67 tahun. Apa wajar?
RyGnwn: Hampir sama ke jawaban ke maximus, menurut gua lebih baik buat kaidah hukum baru yang jelas-jelas belum ada aturannya untuk aspek tertentu. Lagipula perubahan UUD rasanya belum penting-penting amat, coba lo cek ulang, apa ada hal yang udh nggak kompatibel sama kondisi jaman skrg?
Gross: Iya makanya, kita nggak punya perangkat penegak hukumnya. Tapi skrg buat perubahan UUD dipaksakan cepar-cepat. Apa nggak lebih baik menunggu seluruh fraksi komplit kalau memang nggak mau lama dengan adain mubes eIndonesia? Karena menurut simpel gua, dengan suara yang bulat, seenggaknya itu bisa ningkatin kesadaran. Dengan nggak adanya fitur punnishment, ya kesadaran lah yg jadi kunci. SKrg kalo nggak ada sanksi+kesadaran, ya buat apa amandemen-amandemen? Malah jadi kerja sia-sia
def0: Iya, semalam kan baru permasalahan perlu apa tidaknya ada amandemen. Nah yang bikin gw kecewa, untuk nentuin itu beberapa orang terkesan terburu-buru dan kepengen instan malam itu juga beres. Padahal fyi, semalem itu ditaro di agenda akhir, dan yang bener2 ngobrol cuma 4 orang. Apa layak untuk nasib konstitusi negara?
Eno: Terus? Dari tulisan gw yang mana yg nggak memenuhin kriteria pesan dari UUD?
XT: Solusinya ya kesadaran, lu mau maksain sampe jadi kakek-kakek juga kalau emang admin nggak ngasih fitur sanksi atas pelanggaran kaidah dan ditambah dengan nggak ada kesadaran ya gak bakal jalan. Jadi gw harus jawab apa lagi coba?
Si Petung: Iya makanya gw tulis berpotensi, ya berpotensi kan berarti dapat terjadi iya atau tidak. Belum terjadi. Cmiw
Riansya: 2:1 dari 5 apa itu mewakili suara mayoritas? 2 lagi kemana? Kalau mereka ngejawab sih ya nggak masalah, namun kalau nggak dikasih kesempatan untuk ngejawab? = )
Btw gw sepakat kaw bilang sesuai dengan tata tertib sidang yang sah. Cuma masalahnya belom ada tuh tata tertibnya. Maka dari itu, dari pada kita ngerubah something yg belum urgent, kenapa kita nggak buat aturan baru yang emang lagi bener2 dibutuhin?
Cmiw geulis
selama gak ada game mech, mau bikin UUD seketat apapun ya susah.
Selama gak ada game mech, mau bikin UUD seketat apapun ya susah. x2
udah santai aja
pakai sistem "konvensi" atau "kebiasaan" aja
susah kalo buat peraturan yang gak didukung game mech
v58
peraturan Tuhan yg ada mekanisme aja dilanggar, apalagi peraturan manusia yg gak ada mekanismenya wkwkw.
menurut saya sih sia2 bikin eUUD, udah terlalu jauh
mekanisme hukuman yg maksudnya 😃
memang ada aspek2 RL yg bisa dibawa masuk ke game ini, tp kalo sampe undang2 kyknya berlebihan