Chapter 1: Prelude

Day 1,759, 10:43 Published in Indonesia Indonesia by SilverF0X

Day 1759th of eWorld
Fr, 13th Sept 2012
1:09 AM (GMT +7)

Menuliskan semua hal ini di lembaran jurnal ini, bagaikan mengulang 48 jam yang lalu. Bukan, mungkin lebih tepatnya satu minggu yang lalu dimana ketika aku memang masih belum terlahirkan di eWorld ini. Tepat satu minggu yang lalu ketika aku sedang bersantap makan siang dengan adikku, terbersit pembicaraan dari adikku tentang sebuah game.

"Kak, main game Trav*an itu seperti apa sih?", katanya penasaran.

Hmm, sepertinya dia mau mencoba permainan yang sempat membuat aku kecanduan itu. Seperti yang kita tahu, belakangan ini benyak game-game online (ataupun offline) yang meminta -atau lebih tepatnya, membuat- pemainnya harus terus bermain, agar 'kehidupan' character pemain tersebut tetap berlangsung. Tapi kali di hari itu aku tidak terlalu banyak mencoba mengguruinya dengan ancaman ataupun hal-hal yang buruk dari sebuah game online.

Di hari itu aku hanya bercerita bagaimana menariknya memainkan game yang ditanyakan adikku tersebut, bagaimana asiknya membangun sebuah 'account yang merasa hidup dan merasakan kejayaan', hingga akhirnya terlepas jugalah cerita tentang ketakutan-ketakutan yang harus dihadapi ketika kita berhenti sejenak untuk melakukan aktivitas di kehidupan nyata kita (yang ke depannya aku istilahkan dengan RL, Real Life). Ketakutan karena diserang oleh pemain lain ketika game tersebut kita tinggalkan untuk beberapa saat, ketakutan karena ditindas oleh pemain yang lebih kuat dengan sumber daya yang lebih besar, ketakutan akan segala sesuatu yang belum kita ketahui ke depannya bagaimana akan terjadi, sampai akhirnya kita akan benar-benar ketakutan karena kita sebenarnya hanya sendiri. Bekerja sendiri, berusaha sendiri, berjuang sendiri. Mungkin dalam beberapa game memang memiliki fitur untuk membentuk suatu group atau tim, tapi pada akhirnya kita harus menghadapi kenyataan bahwa 'si kecil tidak akan pernah menyamai, atau melampaui si besar'.

"That's all online games is a bullsh*t.", seperti itu akhirnya aku berucap pada diriku sendiri ketika aku menyadari sudah masuk ke dalam lingkaran setan yang tak berujung itu. Semua daya usaha, dana, dan waktu sudah banyak terbuang yang untuk menyadari kalau semua itu sia-sia, semua yang sudah aku lakukan itu tidak ada gunanya. Akhirnya aku sakit hati, kecewa. Perasaan untuk bermain game online sudah lama aku buang jauh-jauh.

Dan adikku? Sepertinya dia tidak tertarik untuk mengikuti jejak kakaknya.
Syukurlah... 🙂


* * *


Beberapa hari kemudian aku bertemu seorang sahabatku yang juga gemar bermain game online, untungnya aku tidak semaniak dia. Aku tidak tahu kalau hari itu akan mengubah pikiranku tentang game online. Sebuah permainan yang didominasi dengan individualistik dan keaktifan berpartisipasi dalam bermain, sejak hari itu dirubah total, bahkan seperti dicuci otak malahan.

"Vind, main game yuk. Ada yang rame nih, dijamin pasti ketagihan", ajaknya
"Ogah ah, palingan tar bosen lagi kayak dulu. Udah main, nanggung kalo ditinggalin, tapi musti ngurus ang lain juga", tolakku ketika diajak.

Lalu aku disodorkan sebuah buku yang lumayan tebal menurutku, dan ternyata itu adalah sebuah novel. Judulnya adalah "Ketika Indonesia Menaklukan Dunia", makin shock lagi ketika tahu itu adalah novel yang diterbitkan dan ditulis oleh komunitas dan anggota dari game online yang rekanku ajak itu. Ekstrim juga nih game, sampai ada novelnya juga, pikirku. Not bad lah..


* * *


Menghancurkan ekonomi sebuah negara yang paling efektif adalah dengan cara mengusulkan RUU yang menaikkan pajak pendapatan bagi perusahaan dan karyawan hingga 99%, lalu menaikkan upah minimum nasional sampai perusahaan tak mampu lagi membayar. Akibatnya sungguh mengerikan. Perusahaan-perusahaan gulung tikar. Karyawan luntang lantung tanpa penghasilan, lalu karena tidak ada perusahaa[n], maka tidak ada barang di pasar. Dalam tempo belasan hari, negeri itu bisa hancur.

Di atas merupakan cuplikan dari isi novel tersebut. Jancook*** (lhaa, ini di bangian mananya yang disensor??), rumit amat ni gamenya, ketika aku membaca novel tersebut, tapi itu juga yang menjadi ketertarikan tersendiri dari game itu. Terlebih lagi dalam novel tersebut dikisahkan dimana seorang pemula tidak dipandang remeh, pemain baru juga punya hak dan kewajiban yang sama dalam membela negaranya. Semakin aku baca novel itu, makin penasaran aku dibuatnya. Tidur gak tenang, buang air besar pun tak lancar (buset dah!). Pokoknya aku harus main itu game, titik!


* * *


Akhirnya pada tanggal 12 September 2012 (entah kenapa di profilku, tertulis 11 September), aku membuat account dengan nama SilverF0X, yep dengan angka nol sebagai pengganti huruf o. Awalnya terlihat 4lay, tapi mau bagaimana lagi, account dengan nama yang aku inginkan sudah terlanjur digunakan orang lain. Klik.. Klik.. Klikkk.. Dan akhirnyalah aku di sini.. Bersama-sama rekan-rekanku setanah air, sebangsa, seperjuangan. Rekan-rekan eIndonesiaku.




Ya, aku mau belajar mencintai negeri kita ini.
Ya, aku mau peduli terhadap bangsa ini.

Aku ingin menumbuhkan rasa nasionalisme ini.
Aku ingin nama bangsa Indonesia.
Aku ingin mengharumkan namamu, Indonesiaku.

Dengan keterbatasanku,
dengan kekuranganku,
dengan kemampuanku.

Izinkan aku bergabung bersamamu, bersama kalian.
Mari kita buktikan kepada dunia,
bahwa kita adalah bangsa pemenang!