[TSR] Kisah Si Atang, Mardun, dan Jono

Day 1,848, 02:21 Published in Indonesia Indonesia by Revip
Kembali lagi dengan kisah fiksi. Silahkan menikmati dengan kondisi ternyaman anda, hingga kepala tak mudah panas macam kawan-kawan di artikel-artikel sebelah.


Pada suatu hari, tersebutlah 3 saudara yang bernama Si Atang, Si Mardun, dan Si Jono. Mereka bertiga adalah saudara seibu dan sebapak, singkatnya adik-kakak. Ketiga orang ini merupakan pangeran dari kerajaan nun jauh disana yang bernama eIndonesia. Si Atang merupakan anak tertua, dan bertenaga besar karna badannya yang paling besar, namun otaknya kadang tak terpakai dengan baik. Si Mardun adalah anak kedua, memiliki otak cerdas dan cemerlang, dengan badan kecil cenderung lemah. Si Jono adalah anak ketiga atau bungsu, doi yang paling kesian, badannya kecil, otaknya pas-pasan, nyaris nggak punya kelebihan.

Alkisah, bapak-ibunya wafat karna keasyikan bikin anak keempat tujuh hari tujuh malem non stop. Masalah pun datang, karna kebetulan sang raja tak sempat menulis surat wasiat untuk menunjuk raja pengganti. Ya siapa menduga akan mati dengan cara sekonyol itu.

Atang sebagai anak tertua kekeuh, tampuk tahta harus menjadi miliknya, karna selain dia yang tertua, dia pun yang terkuat. Sementara Mardun tak terima, dia merasa dengan otak si kakak yang pas-pasan, kerajaan mereka takan dapat bertahan lama, si kakak cuma ngerti perang dan perang, dia rasa lambat laun dengan cara itu kerajaan pasti akan binasa jua, dirinyalah yang terpantas untuk memakmurkan kerajaan ini. Sementara si Jono tak memiliki obsesi, dia sadar diri tak punya kelebihan apapun, tak pantaslah dirinya untuk menjadi seorang raja.

Makin lama keadaan semakin memanas. Dilema pun muncul, karna biar bagaimanapun kerajaan ini segera membutuhkan pemimpin. Namun dengan aroganisme Atang dan Mardun, hal tersebut menjadi jauh dari kenyataan.

Rakyat resah dan gelisah, terlebih kala akhirnya pecah perang saudara. Atang dan Mardun menghimpun kekuatannya masing-masing. Mereka hasut para prajurit dan politikus untuk berpihak kepada masing-masing pihak. Sementara Jono diam terbingung-bingung.

Perang saudara berlangsung teramat panjang, kini nyaris masuk tahun keempat mereka bertikai. Rakyat yang semula terpengaruh menjadi menikmati konflik ini lama-lama menjadi muak. Ya, bagaimana tak muak, selama konflik ini berlangsung, kerajaan yang semula berkibar lambat-laun menjadi cacing lemah yang mudah digoyang oleh kerajaan lain. Terlebih efek dominonya pun langsung terasa kepada mereka, perekonomian melemah, perut rakyat terabaikan.

Banyak rakyat yang muak dan frustasi akhirnya memilih untuk bunuh diri. Mereka beternak sapi untuk kemudian menggabungkan dirinya didalam kandang sapi agar mati terinjak-injak. Cara ini menjadi tren masa kini. Karna mereka merasa bahwa cara itu membuat dirinya mati dengan keren dan terhormat. Sementara sisanya, yang tak memiliki kemampuan untuk beternak, memilih cara mengurung diri dirumah tanpa makan dan minum hingga mendapat status "warga mati". Cara terakhir ini cenderung minim peminat, karna dianggap tidak keren dan nama mereka akan lekas dilupakan khalayak banyak.

Perang saudara berlangsung semakin hebat. Apalagi kala Si Mardun berhasil mendeklarasikan dirinya sebagai raja baru. Hal tersebut membuat Atang menjadi semakin murka. Berbagai intrik dia gencarkan demi menggoyang kekuasaan si Mardun. Dari mulai menggencarkan propaganda media lewat surat kabar anonim, hingga mengutus bekas jendral perang kerajaan ini kala ayahnya masih ada yang memang berpihak kepadanya untuk bergabung dengan tentara kerajaan musuh, yang entah apa maksudnya, mungkin untuk mempermudahnya melakukan kudeta kelak.

Mardun dengan kecerdikan dan kefrontalannya, berhasil memancing amarah pendukung Atang. Lewat salah satu tangan kanannya, Mardun mengeluarkan surat edaran yang berisi mengharamkan setiap bekas tentara kerajaan pendukung Atang untuk kembali mengenakan atribut keprajuritan. Mungkin taktik ini dilakukan agar otak kubu Atang semakin memanas dan bertindak semakin tak teratur, sehingga semakin mudah pula mereka untuk dibinasakan.

Sementara bagaimana kabar si Jono? Seperti yang telah diduga dia semakin terlupakan, dia memilih untuk bergabung dengan rakyat yang muak dengan perang saudara ini. Tidak, dia tidak menjadi pemimpin bagi mereka, Jono tak memanfaatkan statusnya sebagai pangeran agar mendapatkan dukungan, ya karna disamping memang bloon dan lemah, si Jono cenderung orang yang tak memiliki ambisi kelewatan, karna dia hanya ingin kerajaan ini kembali seperti dahulu kala, tidak lebih.

Hingga akhirnya pecahlah perang terbesar sepanjang sejarah kerajaan ini. Gobloknya, perang terbesar ini ternyata perang saudara. Banyak prajurit dari kedua pihak akhirnya gugur di medan perang. Kasihan mereka, gugur tanpa arti, karna yang diperangi nyatanya 'saudaranya' sendiri.

Melihat peristiwa ini, rakyat yang tadinya diam ketakutan akhirnya murka. MEMANGNYA KERAJAAN INI CUMA MILIK SI MARDUN DAN SI ATANG? SEHINGGA BISA SEENAK UDEL BERPERANG MENGORBANKAN BANYAK JIWA DAN MENYENGSARAKAN RAKYAT?
Mereka menghimpunkan diri dalam koalisi tentara rakyat. Mereka mengganyang habis kubu Mardun dan Atang yang saat itu memasuki fase terlemah semenjak kehabisan prajurit di perang besar. Tinggalah Mardun dan Atang kebingungan, menangis sesegukan di pojokan.

Akhirnya perang bodoh antar saudara itupun usai. Rakyat secara sukarela menyerahkan kekuasaan pada si Jono. Ya, si pangeran ketiga yang bodoh dan lemah itupun akhirnya menjadi raja baru di kerajaan eIndonesia.

Bertahun-tahun kemudian, dibawah kepemimpinan Jono ternyata eIndonesia berhasil mengembalikan kegemilangannya. Bagaimana bisa terjadi? Bukankah si Jono itu bodoh dan lemah?
Ternyata kuncinya hanya satu,
Kesadaran dari warganya untuk menjadi eling, sehingga mereka dapat menyingkirkan virus-virus yang gemar akan konflik yang akhirnya merusak rasa persatuan diantara mereka.
Jono doing nothing, but people doing something.

-Sekian-